Kamis, 24 November 2022

Membuang Ma’mul Menyebabkan Maknanya Menjadi Umum


MEMBUANG MA’MUL[1] MENYEBABKAN MAKNANYA MENJADI UMUM

Kaidah ini merupakan salah satu dari kaidah yang sangat bermanfaat. Ketika kaidah ini diterapkan oleh seorang dalam memahami ayat-ayat al-Qur’ân, maka dia akan memetik banyak manfaat. Karena sebuah kata kerja atau yang semisal dengannya, jika sudah dikaitkan dengan sesuatu, maka makna kata kerja itu terikat dengan sesuatu itu. Namun jika sesuatu yang menjadi pengikat itu dibuang, maka maknanya akan meluas. Sehingga terkadang membuang ma’mûl lebih baik dan lebih bermanfaat daripada disebutkan. Contoh penerapan kaidah dalam al-Qur’ân banyak sekali. Misalnya, dalam banyak ayat, Allâh Azza wa Jalla berfirman :

لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ

… agar kamu memahami. [An-Nûr/24:61]

لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

… agar kamu ingat. [al-An’âm/6:152]

لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

… agar kamu bertakwa (menjaga diri-red), [al-Baqarah/2:21]

Selasa, 22 November 2022

Sifat-Sifat Mukmin Sejati Dalam Al-Qur’an


SIFAT-SIFAT MUKMIN SEJATI DALAM AL-QUR`AN

Keimanan merupakan kunci kebaikan dan keberuntungan seseorang di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, Allâh Azza wa Jalla sering sekali menyebutkan kata ‘iman’ ini dalam al-Qur’ân, baik dalam konteks perintah, larangan, anjuran, pujian dan lain sebagainya. Jika penyebutan lafazh ‘iman’ itu dalam konteks perintah, larangan atau penetapan hukum di dunia, maka itu berarti, ucapan itu diarahkan kepada seluruh kaum Mukminin, baik yang imannya sempurna ataupun kurang . Sedangkan, jika penyebutan kata ‘iman’ itu dalam konteks pujian kepada orang-orangnya dan penjelasan balasannya, maka itu berarti, ucapan itu diarahkan untuk orang-orang yang imannya sempurna. Kelompok yang kedua inilah yang hendak dijelaskan di sini.

Al-Qur’ân Memberikan Pengarahan Agar Tidak Melakukan Perbuatan Yang Mubah


ALQUR’AN MEMBERIKAN PENGARAHAN AGAR TIDAK MELAKUKAN PERBUATAN YANG MUBAH

Al-Qur’ân Memberikan Pengarahan Agar Tidak Melakukan Perbuatan Yang Mubah (Bersifat Boleh) Apabila (Hal Tersebut) Dapat Mengantarkan Kepada Perkara Haram Atau Meninggalkan Hal Yang Wajib

Kaidah ini telah tercantum dalam banyak ayat dalam al-Qur’ân, dan termasuk dalam kandungan kaidah al-wasâil lahâ ahkâmul maqâshid (sebuah perbuatan dihukumi berbeda tergantung tujuannya).

Yang termasuk dalam kaidah ini adalah firman Allâh Azza wa Jalla :

وَلَا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ

Dan janganlah engkau memaki sesembahan selain Allah yang mereka sembah karena nanti mereka akan mencela Allah dengan melampaui batas tanpa dasar ilmu pengetahuan” [al-An’âm/6:108][1]

Senin, 21 November 2022

Hukum Bersyarat


HUKUM BERSYARAT

Kaidah dasar pada ayat-ayat yang berisi hukum-hukum bersyarat adalah hukum-hukum itu tidak boleh ditetapkan kecuali setelah syarat-syaratnya terpenuhi. Namun hukum asal ini tidak berlaku pada beberapa ayat.

Ini merupakan kaidah yang sangat jeli. Ketika Allâh Azza wa Jalla menetapkan hukum pada sesuatu dan juga menetapkan syarat, maka penetapan hukum ini sangat bergantung dengan syarat yang ditetapkan Allâh Azza wa Jalla. Hukum seperti ini sangat banyak dalam al-Qur’ân. Misalnya firman Allâh Azza wa Jalla,

وَلَكُمْ نِصْفُ مَا تَرَكَ أَزْوَاجُكُمْ إِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُنَّ وَلَدٌ ۚ فَإِنْ كَانَ لَهُنَّ وَلَدٌ فَلَكُمُ الرُّبُعُ مِمَّا تَرَكْنَ ۚ مِنْ بَعْدِ وَصِيَّةٍ يُوصِينَ بِهَا أَوْ دَيْنٍ

“Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. [an-Nisa’/4:12]

Jumat, 18 November 2022

Surat Yang Diakhiri Dengan Asmaul Husna


SURAT YANG DIAKHIRI DENGAN ASMAUL HUSNA (NAMA-NAMA-NYA YANG INDAH) MENUNJUKKAN BAHWA HUKUM YANG DISEBUTKAN DALAM AYAT MEMILIKI KETERKAITAN DENGAN NAMA ALLAH AZZA WA JALLA YANG MULIA ITU

Ini adalah kaidah yang sangat mendalam dan bermanfaat. Bila ditelusuri pada seluruh ayat yang diakhiri dengan nama-nama Allah Azza wa Jalla, niscaya akan kita dapati adanya kesesuaian yang sangat tepat; yang menunjukkan bahwa syariat, perintah dan penciptaan semua itu muncul dari nama-nama dan sifat-sifat-Nya, sekaligus berkaitan erat dengannya.

Selasa, 15 November 2022

Metode al-Qur’an Dalam Menyeru Kaum Mukminin Kepada Hukum-Hukum Syari’at


METODE AL QUR’AN DALAM MENYERU KAUM MUKMININ KEPADA HUKUM-HUKUM SYARIAT

Allah Azza wa Jalla telah memerintahkan untuk berdakwah di jalan-Nya dengan cara paling baik yang mengantarkan kepada maksud dan tujuan yang diharapkan. Tidak diragukan lagi, bahwa metode Allah Azza wa Jalla dalam hal ini adalah yang paling baik dan paling tepat.

• Sering kali Allah Azza wa Jalla menyeru kaum Mukminin untuk melakukan kebaikan atau melarang dari keburukan dengan menggunakan gelar iman yang Allah Azza wa Jalla anugerahkan kepada mereka. Misalnya, Allah Azza wa Jalla berfirman : ”Wahai orang-orang yang beriman, lakukanlah hal ini atau tinggalkanlah perkara ini…”

Senin, 14 November 2022

Metode al-Qur’an Dalam Menetapkan Kenabian Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam


METODE AL-QUR’AN DALAM MENETAPKAN KENABIAN MUHAMMAD SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM

Allah Azza wa Jalla telah menetapkan landasan agung ini dalam al-Qur’ân dengan berbagai macam cara sehingga dapat diketahui kesempurnaan kebenaran risalah beliau.

1. Allah Azza wa Jalla mengabarkan bahwasanya beliau sama dengan para rasul lainnya. Beliau menyeru apa yang mereka seru. Semua kebaikan yang ada pada diri para rasul juga ada pada diri Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Keburukan apapun yang ditiadakan dari para rasul maka Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih pantas berlepas diri darinya. Syariat agama beliau (Islam) menjadi acuan kebenaran syariat-syariat yang lain. Begitu pula, kitab beliau (al-Qur’ân) menjadi barometer kebenaran bagi kitab-kitab sebelumnya. Segala kebaikan yang terdapat pada kitab-kitab dan agama-agama sebelumnya, telah terhimpun pada agama dan kitab Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan terdapat sisi-sisi keindahan dan keunggulan yang tidak ada di ajaran dan kitab terdahulu.

Minggu, 13 November 2022

Orang Yang Hendak Menafsirkan Al-Qur’ân


ORANG YANG HENDAK MENAFSIRKAN AL-QUR’AN HARUS MEMPERHATIKAN DALALAH MUTHABAQAH, DALALATUT TADHAMMUN DAN DALALAH ILTIZAM.

Orang yang hendak menafsirkan al-Qur’ân harus memperhatikan Dalâlah Muthâbaqah [1], Dalâlatut Tadhammun Dan Dalâlah Iltizâm yang ditunjukkan oleh ayat. Sebagaimana juga harus memperhatikan makna lain yang tidak ditunjukkan secara eksplisit oleh ayat

Ini merupakan salah satu kaidah terpenting dalam menafsirkan al-Qur’ân, yang menuntut kecerdasan, pengamatan yang cermat dan niat yang benar.

Selasa, 08 November 2022

Ayat-Ayat Al-Qur’an Yang Zhahirnya Terkesan Bertentangan


AYAT-AYAT AL-QUR’AN YANG ZHAHIRNYA TERKESAN BERTENTANGAN, WAJIB DIBAWA PENGERTIAN MASING-MASING KEPADA KONDISI DAN KEADAAN YANG SESUAI.

Ayat-ayat al-Qur’ân tidak mungkin ada yang bertentangan antara yang satu dengan yang lainnya. Karena al-Qur’ân itu kalamullâh. Allah Azza wa Jalla berfirman :

وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا

“Kalau sekiranya al-Qur`ân itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. [an-Nisâ’/4:82].

Namun tidak dipungkiri, ada beberapa ayat yang zhahirnya terkesan bertentangan. Supaya bisa memahami ayat-ayat yang zhahirnya terkesan bertentangan itu, maka di antara caranya yaitu mengembalikan masing-masing makna kepada kondisi atau keadaan yang sesuai.

Minggu, 06 November 2022

Al Qur’an Bukan Makhluk


AL-QUR’AN BUKAN MAKHLUK

Oleh Ustadz Ahmas Faiz bin Asifuddin

AL-QUR`AN KALAM ALLAH, BUKAN MAKHLUK
Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah mengatakan dalam kitab al-‘Aqidah al-Wasithiyah:

Termasuk beriman kepada Allah dan kepada kitab-kitab Allah ialah, beriman bahwa al-Qur`an Kalam Allah yang diturunkan dan bukan makhluk. Dari Allah al-Qur`an bermula dan kepada-Nya ia akan kembali. Dan sesungguhnya, Allah berbicara dengan al-Qur`an ini secara hakiki. Sesungguhnya al-Qur`an yang telah Allah turunkan kepada Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini adalah perkataan Allah yang sebenarnya, bukan perkataan selain-Nya. Tidak boleh melepaskan kata-kata bahwa al-Qur`an adalah hikayat dari kalam Allah atau ungkapan tentang kalam Allah. Bahkan apabila manusia membacanya atau menuliskannya dalam mushaf-mushaf, al-Qur`an tetap tidak keluar dengan demikian dari keadaannya sebagai kalam Allah yang sebenarnya. Sesungguhnya suatu perkataan hanya akan disandarkan secara hakiki kepada yang sejak semula mengatakannya, dan tidak disandarkan kepada orang yang mengatakannya sebagai penyampai. Al-Qur`an adalah kalam Allah; baik huruf-hurufnya maupun makna-maknanya. Kalam Allah bukan hanya huruf-huruf saja tanpa makna, dan bukan pula makna-makna saja tanpu huruf.[1]

Jumat, 04 November 2022

Tafsir Ibnu Abbas Rodhiyallahu Anhuma Terhadap Ayat Hukum


TAFSIR IBNU ABBAS RODHIYALLAHU ANHUMA TERHADAP AYAT HUKUM

Oleh Ustadz Arif Fathul Ulum bin Ahmad Saifulloh

وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ

“Dan barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa yang diturunkan Alloh, maka mereka itu adalah.orang-orang yang kafir“[Al-Ma’ idah/5: 44]

Di antara syubhat yang dilontarkan oleh kelompok Khowarij dan orang-orang yang terpengaruh dengan pemikiran dan aqidah mereka di zaman ini ialah menyebarkan keragu-raguan terhadap keshohihan tafsir Ibnu Abbas Rodhiyallahu anhuma terhadap ayat hukum’ [1] dari surat Al-Ma’idah ayat ke 44.

Kamis, 03 November 2022

Penulisan Al-Qur’an Dan Pengumpulannya


PENULISAN AL-QUR’AN DAN PENGUMPULANYA

Oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Penulisan dan pengumpulan Al-Qur’an melewati tiga jenjang.

Tahap Pertama.
Zaman Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Pada jenjang ini penyandaran pada hafalan lebih banyak daripada penyandaran pada tulisan karena hafalan para Sahabat Radhiyallahu ‘anhum sangat kuat dan cepat di samping sedikitnya orang yang bisa baca tulis dan sarananya. Oleh karena itu siapa saja dari kalangan mereka yang mendengar satu ayat, dia akan langsung menghafalnya atau menuliskannya dengan sarana seadanya di pelepah kurma, potongan kulit, permukaan batu cadas atau tulang belikat unta. Jumlah para penghapal Al-Qur’an sangat banyak

Selasa, 01 November 2022

Surat-Surat Makkiyah Dan Madaniyah


SURAT-SURAT MAKKIYAH DAN MADANIYAH

Oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam secara berangsur-angsur selama dua puluh tiga tahun, sebagian besar waktu Rasulullah dihabiskan di Makkah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

وَقُرْآنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَىٰ مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيلًا

“Dan Al-Qur’an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian” [Al-Israa/17 : 106]

Senin, 31 Oktober 2022

Israiliyyat


ISRAILIYYAT

Oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Israiliyyat adalah : berita-berita yang dinukil dari Bani Israil, kebanyakan dari Yahudi atau dari Nasrani. Ini terbagi menjadi tiga macam

Pertama :
Israiliyyat yang diakui dan dibenarkan oleh Islam, maka hal itu benar.

Minggu, 30 Oktober 2022

Bentuk-Bentuk Ayat Mutasyabih Dalam Al-Qur’an


AL-QUR’AN MUHKAM DAN MUTASYABIH

Oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

BENTUK-BENTUK AYAT MUTASYABIH DALAM AL-QUR’AN

Mutasyabih yang terdapat dalam Al-Qur’an ada dua macam.

Pertama:
Hakiki, yaitu apa yang tidak dapat diketahui dengan nalar manusia, seperti hakikat sifat-sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Walau kita mengetahui makna dari sifat-sifat tersebut, namun kita tidak pernah tahu hakikat dan bentuknya, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيطُونَ بِهِ عِلْمًا

“Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka, sedang ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmuNya” [Thahaa/20 : 110]

Sabtu, 29 Oktober 2022

Al-Qur’an Muhkam Dan Mutasyabih


AL-QUR’AN MUHKAM DAN MUTASYABIH

Oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Dilihat dari sisi pandang, muhkam dan mutasyabih, Al-Qur’an terbagi dalam tiga bentuk.

Pertama : MUHKAM
Umumnnya merupakan ciri Al-Qur’an secara keseluruhan, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

الر ۚ كِتَابٌ أُحْكِمَتْ آيَاتُهُ ثُمَّ فُصِّلَتْ مِنْ لَدُنْ حَكِيمٍ خَبِيرٍ

“Alif Laam Raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu” [Huud/11 : 1]

Jumat, 28 Oktober 2022

Bolehkah Menafsirkan Al-Qur’an Al-Karim Dengan Teori Ilmiah?


BOLEHKAH MENAFSIRKAN AL-QUR’AN AL-KARIM DENGAN TEORI ILMIAH ?

Oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Pertanyaan :
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Bolehkah menafsirkan Al-Qur’an Al-Karim dengan teori ilmiah modern ?

Rabu, 26 Oktober 2022

Apakah Pemberian Sakl [Harakat Tanda Baca] Dan Titik Dalam Al-Qur’an Termasuk Bid’ah?


PEMBERIAN SAKL (HARAKAT TANDA BACA) DAN TITIK DALAM AL-QUR’AN APAKAH TERMASUK BID’AH ?

Oleh Lajnah Daimah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta

Pertanyaan :
Lajnah Daimah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta ditanya : Sebagian ahli bid’ah berkata : “Bagaimana kalian bisa mengatakan bahwa semua bid’ah itu sesat ? (Kalau semuanya sesat) lantas apa yang dapat kalian katakan dengan pemberian sakl/ (harakat tanda baca) dan titik-titik dalam Al-Qur’an yang semuanya itu terjadi setelah masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ?” Bagaimana kita menjawab mereka ?

Senin, 24 Oktober 2022

Mengompromikan Antara Dua Ayat Yang Berlawanan ?


MENJAMA’ [MENGKOMPROMIKAN] ANTARA DUA AYAT YANG BERLAWANAN ?

Oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz

Pertanyaan :
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Bagaimana kita menjamak (mengkompromikan) dua ayat ini :

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni orang yang menyekutukanNya (syirik), tapi Allah akan mengampuni dosa lain selain syirik bagi siapa yang Dia kehendaki”. [An-Nisaa/4 : 48]

Minggu, 23 Oktober 2022

Kilas Kontradiksi Dalam Al-Qur’an


KILAS KONTRADIKSI DALAM AL-QUR’AN

Oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Kontradiksi dalam Al-Qur’an adalah jika ada dua ayat yang saling bertolak-belakang, yaitu petunjuk ayat yang satu menjadi penghalang bagi petunjuk ayat yang lain, seperti jika ayat yang satu menetapkan akan sesuatu hal sementara ayat yang lain meniadakannya.

Tidak akan mungkin terdapat dalam Al-Qur’an kontradiksi antara dua ayat yang petunjuknya adalah berita, karena hal itu mengharuskan salah satunya adalah dusta dan itu mustahil terjadi pada berita-berita Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ اللَّهِ حَدِيثًا

“… Dan siapakah orang yang lebih benar perkataan(nya) daripada Allah” [An-Nisa/4 : 87]

Sabtu, 22 Oktober 2022

Hukum Sesuatu yang Tidak Terdapat Dalam Al-Qur’an


HUKUM SESUATU YANG TIDAK TERDAPAT DALAM AL-QUR’AN

Oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Pertanyaan :
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Sebagian orang melakukan pembenaran terhadap amalan dan perbuatannya yang jahat, seperti merokok atau yang semcamamnya dengan alasan bahwa hal tersebut tidak terdapat dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah di dalamnya, maka bagaimana Syaikh menasehati mereka?

Kamis, 20 Oktober 2022

Keutamaan Pedagang Yang Jujur Dan Amanah


KEUTAMAAN PEDAGANG YANG JUJUR DAN AMANAH

عن عبد الله بن عمر رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه و سلم: « التَّاجِرُ الأَمِينُ الصَّدُوقُ الْمُسْلِمُ مَعَ الشُّهَدَاءِ – وفي رواية: مع النبيين و الصديقين و الشهداء – يَوْمَ الْقِيَامَةِ » رواه ابن ماجه والحاكم والدارقطني وغيرهم

Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiallahu ‘anhu bahwa Rasuluillah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang pedagang muslim yang jujur dan amanah (terpercaya) akan (dikumpulkan) bersama para Nabi, orang-orang shiddiq dan orang-orang yang mati syahid pada hari kiamat (nanti).”[1]

Selasa, 18 Oktober 2022

Penutup Prinsip Dasar Agama Islam


PENUTUP

Demikian Prinsip-Prinsip Dasar Agama Islam yang harus diketahui oleh setiap muslim dan muslimah. Mudah-mudahan bermanfaat bagi penulis dan seluruh kaum Muslimin.

لَّى اللهُ لَّمَ لَى لَى لِهِ ابِهِ الْحَمْدُ للهِ الْعَالَمِيْنَ.
انَكَ اللَّهُمَّ لاَ لَهَ لاَّ لَيْكَ.

Bogor, 14 Rabi'ul Akhir 1427 H /
12 Mei 2006
Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Senin, 17 Oktober 2022

Kemuliaan Akhlaq Ahlus Sunnah wal Jama'ah Keempat belas


KEMULIAAN AKHLAQ AHLUS SUNNAH WAL JAMA'AH

Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengajak manusia untuk beribadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla saja dan memperbaiki akhlak manusia. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan:

ا لأُتَمِّمَ الِحَ اْلأَخْلاَقِ

“ Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik ” [1]

Sesungguhnya antara akhlak dengan 'aqidah terdapat hubungan yang sangat kuat sekali, karena akhlak yang baik itu sebagai bukti dari semangat atas dan akhlak yang buruk sebagai bukti lemahnya iman, semakin sempurna akhlak seorang muslim berarti semakin kuat imannya. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

لُ الْمُؤْمِنِيْنَ انًا لُقاً ارُكُمْ ارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ

“ Kaum Mukminin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya di antara mereka, dan yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik untuk isteri-isterinya ” [2]

Rabu, 05 Oktober 2022

Hak-Hak Al-Bara’


Ketiga belas
AL-WALA’ WAL BARA’

Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

F. Hak-Hak al-Bara’[1]

Ahlus Sunnah memandang bahwa dalam al-bara’ (berlepas diri dari kekufuran) terdapat hak-hak yang harus dipenuhi, antara lain:

1. Membenci syirik dan kufur serta penganut-penganutnya dan senantiasa berlepas diri terhadap mereka. Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla :

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ إِنَّنِي بَرَاءٌ مِّمَّا تَعْبُدُونَإِلَّا الَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُ سَيَهْدِينِ

“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada ayahnya dan kaumnya, ‘Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu sembah, kecuali (kamu menyembah) yang menciptakanku; karena sungguh, Dia akan memberi petunjuk kepadaku”’ [Az-Zukhruf/43: 26-27]

Al-Wala’ dan Al-Bara’


Ketiga belas
AL-WALA’ WAL BARA’[1]

Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

A. Definisi ‘Aqidah al-Wala’ dan al-Bara’

Al-Wala’ dalam bahasa Arab mempunyai beberapa arti, antara lain: mencintai, menolong, mengikuti, mendekat kepada sesuatu. Selanjutnya, kata al-muwaalaah (الْمُوَالاَةُ) adalah lawan kata dari al-mu’aadaah(الْمُعَادَاةُ) atau al-‘adawaah(الْعَدَوَاةُ) yang berarti permusuhan. Dan kata al-wali (الْوَلِى) adalah lawan kata dari al-‘aduww (الْعَدُوُّ) yang berarti musuh. Kata ini juga digunakan untuk makna memantau, mengikuti dan berpaling. Jadi, ia merupakan kata yang mengandung dua arti yang saling berlawanan.

Dalam terminologi syari’at Islam, al-wala’ berarti penyesuaian diri seorang hamba terhadap apa yang disukai dan diridhai Allah berupa perkataan, perbuatan, kepercayaan dan orang. Jadi ciri utama wali Allah adalah mencintai apa yang dicintai Allah dan membenci apa yang dibenci Allah, ia condong dan melakukan semua itu dengan penuh komitmen.

Islam Adalah Satu-Satunya Agama yang Benar(2)


Kedua belas
ISLAM ADALAH SATU-SATUNYA AGAMA YANG BENAR

Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Maka kesimpulannya adalah :

1. Seluruh kaum Muslimin yang telah bersyahadat: Laa ilaaha illallaah, Muhammadur Rasulullaah, wajib menolak propaganda penyatuan agama tersebut, yang bertujuan menyatukan agama yang telah diselewengkan dan dihapus dengan agama Islam yang haq, muhkam (jelas), terpelihara dari penyelewengan dan penukaran serta sebagai penghapus agama sebelumnya. Ini merupakan prinsip yang paling mendasar dalam agama Islam. Propaganda penyatuan agama itu termasuk kekufuran, kemunafikan, pemecah belah persatuan dan termasuk usaha memurtadkan kaum Muslimin dari agama Islam.

Islam Adalah Satu-satunya Agama yang Benar(1)


Kedua belas
ISLAM ADALAH SATU-SATUNYA AGAMA YANG BENAR [1]

Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Satu-satunya agama yang benar, diridhai dan diterima oleh Allah Azza wa Jalla adalah Islam. Adapun agama-agama lain, selain Islam, tidak akan diterima oleh Allah Azza wa Jalla. Agama selain Islam, yaitu Nasrani, Yahudi, Kong Hu Chu, Hindu, Budha, Sinto dan yang selainnya, tidak akan diterima oleh Allah Azza wa Jalla, karena agama-agama tersebut telah melakukan penyimpangan yang fatal dan telah dicampuri dengan tangan-tangan kotor manusia . Setelah diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, maka orang Yahudi, Nasrani dan yang lainnya wajib masuk ke dalam agama Islam, ikuti Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Kamis, 22 September 2022

Dasar Islam Adalah Al-Qur'an dan As-Sunnah (2)


Kesebelas 
DASAR ISLAM ADALAH AL-QUR-AN DAN AS-SUNNAH YANG SHAHIH MENURUT PEMAHAMAN SALAFUSH SHALIH

Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

C. Dalil-Dalil dari Penjelasan Salafush Shalih

اللهِ اللهُ الَ: اِتَّبِعُوْا لاََ ا لُّ لاَلَةٌ.

Dari 'Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Hendaklah kalian mengikuti dan janganlah kalian melakukan bid'ah. Sungguh kalian telah dicukupi dengan Islam ini, dan setiap bid'ah adalah kesesatan . [1]

Dasar Islam Adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah (1)


Kesebelas
DASAR ISLAM ADALAH AL-QUR-AN DAN AS-SUNNAH YANG SHAHIH MENURUT PEMAHAMAN SALAFUSH SHALIH[1]

Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Islam bersumber kepada Al-Qur-an dan As-Sunnah yang shahih menurut pemahaman Salafush Shalih. Sedangkan yang dimaksud Salafus Shalih adalah para Shahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Seorang muslim berkewajiban untuk mengikuti (ittiba’) kepada manhaj (metode) Salafush Shalih ini. Adapun dalil-dalil yang menunjukkan hal tersebut adalah sebagai berikut:

Hadits-Hadits Tentang Kesempurnaan Islam


Kesepuluh
ISLAM ADALAH AGAMA YANG SEMPURNA

Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

C. Hadits-Hadits Tentang Kesempurnaan Islam
Hadits Pertama:

اللهُ الَ: ا لُ اللهِ لَّى اللهُ لَيْهِ لَّمَ ا ائِرٌ لِّبُ احَيْهِ الْهَوَاءِ لاَّ ا لْمًا. الَ: الَ لَّى اللهُ لَيْهِ لَّمَ : ا الْجَنَّةِ اعِدُ النَّارِ لاَّ لَكُمْ.

Dari Shahabat Abu Dzarr Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah pergi meninggalkan kami (wafat), dan seekor burung yang terbang membalik-balikkan kedua sayapnya di udara itu beliau mengatakan Shallallahu 'alaihi wa sallam telah pergi ke ilmunya kepada kami.” Berkata Abu Dzarr Radhiyallahu anhu, “Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam telah bersabda, 'Tidak ada sesuatu yang tertinggal di Surga dan juga dari Neraka telah dijelaskan semuanya kepada kalian.' ” [1]

Definisi Bid’ah


Kesepuluh
ISLAM ADALAH AGAMA YANG SEMPURNA

Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

B. Definisi Bid’ah
Bid’ah sama dengan kata al-ikhtira’ yaitu yang baru yang diciptakan tanpa ada contoh sebelumnya[1]. Imam asy-Syathibi berkata ketika mendefinisikan bid’ah, “Bid’ah adalah cara baru dalam agama yang dibuat menyerupai syari’at dengan maksud untuk berlebih-lebihan dalam beribadah kepada Allah.”[2]

Ungkapan ‘cara baru dalam agama’ itu maksudnya, bahwa cara yang dibuat itu disandarkan oleh pembuatnya kepada agama. Tetapi sesungguhnya cara baru yang dibuat itu tidak ada dasar pedomannya dalam syari’at. Sebab dalam agama terdapat banyak cara, di antaranya ada cara yang berdasarkan pedoman asal dalam syari’at, tetapi juga ada cara yang tidak mempunyai pedoman asal dalam syari’at. Maka, cara dalam agama yang termasuk dalam kategori bid’ah adalah apabila cara itu baru dan tidak ada dasarnya dalam syari’at.

Islam Adalah Agama Yang Sempurna


Kesepuluh
ISLAM ADALAH AGAMA YANG SEMPURNA

Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Agama Islam sudah sempurna, tidak boleh ditambah dan dikurangi. Kewajiban umat Islam adalah ittiba’.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا

“… Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu …” [Al-Maa-idah/5: 3]

Islam Adalah Agama yang Mudah


Kesembilan
ISLAM ADALAH AGAMA YANG MUDAH[1]

Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Islam adalah agama yang mudah dan sesuai dengan fitrah manusia. Islam adalah agama yang tidak sulit. Allah Azza wa Jalla menghendaki kemudahan kepada umat manusia dan tidak menghendaki kesusahan kepada mereka. Allah Azza wa Jalla mengutus Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai rahmat.

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ

“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” [Al-Anbiyaa/21: 107]

Rabu, 21 September 2022

Keindahan Islam yang Berupa Perintah dan Larangan


Kedelapan
KEUTAMAAN ISLAM DAN KEINDAHANNYA

Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

A. Keindahan Islam yang Berupa Perintah-Perintah:[1]

1. Islam memerintahkan kita agar bertauhid secara murni (beribadah hanya kepada Allah Azza wa jalla saja, tidak kepada yang selain-Nya), ber‘aqidah yang benar sesuai dengan pemahaman para Shahabat karena yang demikian itu dapat membawa kepada ketentraman hati. ‘Aqidah yang diajarkan Islam dapat menjadikan mulia, menampakkan harga diri dan memberikan kelezatan iman.

Keutamaan Islam Dan Keindahannya


Kedelapan
KEUTAMAAN ISLAM DAN KEINDAHANNYA[1]

Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Islam adalah agama yang memiliki banyak keutamaan yang agung dan membuahkan hal-hal yang terpuji dan hasil-hasil yang mulia. Di antara keutamaan dan keindahan Islam adalah:

1. Islam menghapus seluruh dosa dan kesalahan bagi orang kafir yang masuk Islam.
Dalilnya adalah firman Allah Azza wa Jalla :

قُل لِّلَّذِينَ كَفَرُوا إِن يَنتَهُوا يُغْفَرْ لَهُم مَّا قَدْ سَلَفَ وَإِن يَعُودُوا فَقَدْ مَضَتْ سُنَّتُ الْأَوَّلِينَ

“Katakanlah kepada orang-orang kafir itu, (Abu Sufyan dan kawan-kawannya) ‘Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa mereka yang telah lalu; dan jika mereka kembali lagi (memerangi Nabi), sungguh akan berlaku (kepada mereka) sunnah (Allah terhadap) orang-orang terdahulu (dibinasakan).” [Al-Anfaal/8: 38]

Pengertian Ibadah Dalam Islam


Ketujuh
PENGERTIAN IBADAH DALAM ISLAM[1]

Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

A. Definisi Ibadah
Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan menurut syara’ (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah:

1).   Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya.
2).   Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi.
3).   Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin. Yang ketiga ini adalah definisi yang paling lengkap.

Ibadah terbagi menjadi ibadah hati, lisan, dan anggota badan. Rasa khauf (takut), raja’ (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang), dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati). Sedangkan tasbih, tahlil, takbir, tahmid dan syukur dengan lisan dan hati adalah ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan dan hati). Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati). Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan dengan amalan hati, lisan dan badan.

Konsekuensi Dan Tanda-Tanda Cinta Kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam


Keenam
IMAN KEPADA NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM

Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Konsekuensi Dan Tanda-Tanda Cinta Kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam:

A. Mencintai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengharuskan adanya pengagungan, memuliakan, meneladani beliau dan mendahulukan sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam atas segala ucapan makhluk serta mengagungkan Sunnah-Sunnahnya.

B. Mentaati apa yang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam perintahkan
Allah memerintahkan setiap Muslim dan Muslimah untuk taat kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena dengan taat kepada beliau menjadi sebab seseorang masuk Surga.

Selasa, 20 September 2022

Iman Kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam


Keenam
IMAN KEPADA NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM

Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Muhammad Rasulullah[1] صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ

Beliau adalah Abul Qasim Muhammad bin ‘Abdillah bin ‘Abdil Muththalib bin Hasyim bin ‘Abdi Manaf bin Qushayy bin Kilab bin Murrah bin Ka’b bin Luayy bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin ‘Adnan, dan ‘Adnan adalah salah satu putera Nabi Allah Isma’il bin Ibrahim al-Khalil -salam terlimpah atas Nabi kita dan atas keduanya-.

Keutamaan Tauhid


Kelima
KEUTAMAAN TAUHID[1]

Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Orang yang bertauhid kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala memiliki banyak keutamaan, antara lain:

1. Orang yang bertauhid kepada Allah akan dihapus dosa-dosanya.
Dalilnya adalah sabda Rasulullah Shallallahu ‘aliahi wa sallam dalam sebuah hadits qudsi, dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah Yang Mahasuci dan Mahatinggi berfirman:

…يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ اْلأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيْتَنِي لاَ تُشْرِكُ بِي شَيْئاً لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً.

‘…Wahai bani Adam, seandainya engkau datang kepada-Ku dengan dosa sepenuh bumi, sedangkan engkau ketika mati tidak menyekutukan Aku sedikit pun juga, pasti Aku akan berikan kepadamu ampunan sepenuh bumi pula.’”[2]

Kesyirikan Dan Bahayanya, Akibat Orang yang Berbuat Syirik


Keempat
AZAS ISLAM ADALAH TAUHID DAN MENJAUHKAN SYIRIK

Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

C. Syarat-Syarat لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
Syarat Pertama: اَلْعِلْمُ (Al-‘Ilmu/ Mengetahui)
Yaitu mengetahui arti dari kalimat لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ (laa ilaaha illallaah).

Allah Azza wa Jalla berfirman:

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ

“Maka ketahuilah bahwa tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah…” [Muhammad/47: 19]

Azas Islam Adalah Tauhid Dan Menjauhkan Syirik


Keempat
AZAS ISLAM ADALAH TAUHID DAN MENJAUHKAN SYIRIK

Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Setiap muslim wajib mentauhidkan Allah Azza wa Jalla dan meninggalkan segala bentuk kesyirikan. Seorang muslim juga mesti mengetahui pengertian tauhid, makna syahadat, rukun syahadat dan syarat-syaratnya supaya ia benar-benar memahami tauhid.

Kalimat tauhid bagi kaum muslimin, khususnya Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah kalimat yang sudah tidak asing lagi, karena tauhid bagi mereka adalah suatu ibadah yang wajib dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari dan yang pertama kali didakwahkan sebelum yang lainnya.

Karakteristik Agama Islam


Ketiga
KARAKTERISTIK AGAMA ISLAM[1]

Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Di antara karakteristik yang mengokohkan kelebihan Islam dan membuat umat manusia sangat membutuhkan agama Islam adalah sebagai berikut:

1. Islam datang dari sisi Allah Subhanahu wa Taala dan sesungguhnya Allah lebih mengetahui apa yang menjadi mashlahat (kebaikan) bagi hamba-hamba-Nya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

أَلَا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ

“Apakah (pantas) Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui? Dan Dia Mahahalus, Maha Mengetahui.” [Al-Mulk/67: 14]

Pengertian Islam dan Tingkatannya


Kedua
PENGERTIAN ISLAM DAN TINGKATANNYA

Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

A. Pengertian Islam
Islam secara etimologi (bahasa) berarti tunduk, patuh, atau berserah diri. Adapun menurut syari’at (terminologi), apabila dimutlakkan berada pada dua pengertian:

Pertama: Apabila disebutkan sendiri tanpa diiringi dengan kata iman, maka pengertian Islam mencakup seluruh agama, baik ushul (pokok) maupun furu’ (cabang), juga seluruh masalah ‘aqidah, ibadah, keyakinan, perkataan dan perbuatan. Jadi pengertian ini menunjukkan bahwa Islam adalah mengakui dengan lisan, meyakini dengan hati dan berserah diri kepada Allah Azza wa Jalla atas semua yang telah ditentukan dan ditakdirkan, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala tentang Nabi Ibrahim Alaihissallam[1] :

إِذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ ۖ قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ

“(Ingatlah) ketika Rabb-nya berfirman kepadanya (Ibrahim), ‘Berserahdirilah!’ Dia menjawab: ‘Aku berserah diri kepada Rabb seluruh alam.’” [Al-Baqarah/2: 131]

Senin, 19 September 2022

Mensyukuri Nikmat Islam yang Allah Karuniakan Kepada Kita


Pertama
MENSYUKURI NIKMAT ISLAM YANG ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA KARUNIAKAN KEPADA KITA

Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Allah Azza wa Jalla berfirman:

اللَّهُ لِلْإِسْلَامِ لَّهُ لْ ا ا ا السَّمَاءِ لِكَ لُ اللَّهُ الرِّجْسَ لَى الَّذِينَ لَا

“ Barangsiapa yang menjanjikan Allah akan mendapat hidayah (petunjuk), Dia akan membukakan pembukaan untuk (menerima) Islam. Dan barangsiapa memperhatikan-Nya menjadi sesat, Dia seakan-akan berada di dekat sempit dan sesak, dia (sedang) mendaki ke langit. Demikianlah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman .” [Al-An'aam/6: 125]

Prinsip Dasar Agama Islam


PRINSIP DASAR AGAMA ISLAM

MUQADDIMAH

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

إِنَّ الْحَمْدَ ِللهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَـادِيَ لَهُ، وَأَشْـهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

Segala puji hanya bagi Allah, kami memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan kepada-Nya, kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri-diri kami dan kejelekan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang Allah beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang Allah sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.

Hukum Haidh Dan Nifas


KITAB THAHARAH (PERIHAL BERSUCI)

Oleh Syaikh Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi

Hukum Haidh Dan Nifas
Haidh adalah darah yang dikenal para wanita. Tidak ada ba-tasan tentang waktu maksimal dan minimalnya dalam syari'at. Itu semua berpulang pada kebiasaan masing-masing.

Sedangkan nifas adalah darah yang keluar karena kelahiran. Batasan maksimal adalah empat puluh hari.

Dari Ummu Salamah Radhiyallahu anhuma, ia berkata:

انَتِ النُّفَسَاءُ لِسُ لَى لِ اللهِ لَّى اللهُ لَيْهِ لَّمَ ا.

“Dulu para wanita yang nifas pada masa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menahan diri selama empat puluh hari.” [1]

Jika ia melihat dirinya telah suci (dengan terhentinya darah-pent.) sebelum empat puluh hari, maka dia harus mandi dan saat itu ia telah suci. Namun, jika darahnya terus mengalir setelah empat puluh hari, maka dia harus mandi pada keempat puluh dan ia suci ketika itu.

Minggu, 18 September 2022

Bahaya Memanggil Dengan Kafir Atau Fasiq


BAHAYA MEMANGGIL DENGAN KAFIR ATAU FASIQ

عَنْ أَبِي ذَرٍّ، أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ ‏ “‏ لَيْسَ مِنْ رَجُلٍ ادَّعَى لِغَيْرِ أَبِيهِ وَهُوَ يَعْلَمُهُ إِلاَّ كَفَرَ وَمَنِ ادَّعَى مَا لَيْسَ لَهُ فَلَيْسَ مِنَّا وَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ وَمَنْ دَعَا رَجُلاً بِالْكُفْرِ أَوْ قَالَ عَدُوَّ اللَّهِ ‏.‏ وَلَيْسَ كَذَلِكَ إِلاَّ حَارَ عَلَيْهِ 

Dari Abu Dzar, dia mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Tidak ada seorang lelakipun yang mengakui bapak kepada orang yang bukan bapaknya padahal ia tahu (kalau itu bukan bapaknya), kecuali dia telah kufur. Barangsiapa yang mengaku sesuatu yang bukan haknya, berarti dia tidak termasuk golongan kami dan hendaklah ia menempati tempat duduknya dari api neraka. Dan barangsiapa yang memanggil seseorang dengan panggilan “kafir” atau “musuh Allah” padahal dia tidak kafir, maka tuduhan itu akan kembali kepada penuduh.

Siapakah Jama’ah Takfir wal Hijrah


SIAPAKAH JAMA’AH TAKFIR WAL HIJRAH ?

Oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsari Al-Maidani

Syaikh Nashir bin ‘Abdul Karim al-’Aql menjelaskan secara sekilas tentang jama’ah ini sebagai berikut.

Jama’ah takfir wal hijrah merupakan bukti keberadaan Khawarij pada abad ini. Mereka menamakan diri Jama’atul-Muslimin. Muncul di Mesir dan diprakarsai Syukri Musthafa, seorang mahasiswa Fakultas Pertanian di Asyuth (Universitas Asyuth).

Pemikiran-pemikiran Khawarij menghinggapi pikirannya setelah ia dihukum sekitar tahun 1385 H. Dia banyak mendapatkan paham ini ketika berada di dalam penjara, hingga sekitar tahun 1391 H. Akhirnya jama’ahnya bertambah besar dan pemikirannya kian berkembang. Sikap mereka sangat berlebih-lebihan, hingga tokoh-tokoh mereka terbunuh setelah mereka menculik Dr. Muhammad Husain adz-Dzahabi.

Beda Salafi Dengan Takfiri


BEDA SALAFI DENGAN TAKFIRI

Mengingat kemunculan Khawarij itu bersifat terus menerus hingga kemunculan Dajjal dan hakikat senyatanya dari diri mereka di berbagai masa dan daerah tidaklah diketahui oleh sebagian kaum muslimin sehingga sebagian orang Islam beranggapan bahwa Khawarij itu berada di atas kebenaran. Sebagaimana sebagian orang yang hidup di masa salaf tidak mengetahui hakikat mereka yang senyatanya. Karena itu suatu hal yang vital adalah upaya membedakan antara mereka para Khawarij dengan para pengikut Salaf Shalih. Terlebih lagi opini yang dibuat media massa yang memiliki berbagai pandangan, tendensi dan pengetahuan sangat mempengaruhi banyak orang. Kita saksikan bahwa media tidak bisa membedakan antara salafi dengan takfiri [baca : khariji] yang ini tentu saja sangat merusak citra dakwah salafiyyah. Akibatnya takfiri khariji yang menyimpang dari dakwah salafiyyah dinilai sebagai salafi. Pemikiran dan tindakan takfiri khariji pun dinilai sebagai bagian dari dakwah salafiyyah. Kondisi ini menuntut kita untuk menegaskan perbedaan antara dakwah salafiyyah dengan dakwah yang diusung oleh Khawarij yang main vonis kafir seenaknya.