Rabu, 03 Februari 2016

Apa Kata Ulama tentang Tarian Sufi ?


Sebelum membaca artikel ini, silakan membaca artikel kami berjudul : Tarian Sufi di Bawah Naungan Syari’at dan Salah Satu Ritual Ibadah yang Dibenci Imam Syaafi’iy. Setelah itu, mari kita simak apa kata para ulama tentang tarian sufi.

Tarekat Sufi / Tassawuf Breakdance Disco

Dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَشَبَّهَ بِغَيْرِنَا

“Bukan termasuk golongan kami siapa saja yang menyerupai selain kami” [HR. Tirmidzi no. 2695. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan]

1.     MADZHAB HANAFIYYAH.

(a).  ‘Abdul-‘Aziiz bin Ahmad Al-Hanafiy rahimahullah berkata :

السَّمَاعُ وَالْقَوْلُ وَالرَّقْصُ الَّذِي يَفْعَلُهُ الْمُتَصَوِّفَةُ فِي زَمَانِنَا حَرَام
ٌ
“Nyanyian, qaul, dan tarian yang dilakukan oleh orang sufi di jaman kita adalah haram” [Fataawaa Al-Hindiyyah, 43/447].

(b).  Abul-Barakaat ‘Abdullah bin Ahmad An-Nasafiy Al-Hanafiy rahimahullah berkata :

وهذا نصٌّ صريحٌ في تحريم الرقص الذي يسمّيه المتصوفة الوقت وسماع الطيب، وإنّما هو سماعٌ فيه أنواعُ الفسق وأنواعُ العذاب في الآخرة

“Ini adalah nash yang shaarih (jelas)[1] dalam pengharaman tarian yang dinamakan oleh kaum sufi jaman ini sebagai nyanyian (samaa’) yang baik. Nyanyian yang ada padanya hanyalah jenis-jenis kefasikan dan ‘adzab di akhirat” [Syarh Al-Kanz lin-Nasafiy].

(c).  Ahmad bin Muhammad Ath-Thahthaawiy Al-Hanafiy rahimahullah berkata :

وأما الرقص والتصفيق والصريخ وضرب الأوتار والصنج والبوق الذي يفعله بعض من يدعي التصوف فإنه حرام بالإجماع؛ لأنها زيُّ الكفار

“Adapun tarian, tepuk tangan, teriakan, petikan senar, pukulan simbal, dan tiupan terompet yang dilakukan sebagian orang sufi, maka haram hukumnya berdasarkan ijmaa’ karena ia adalah mode orang-orang kafir” [Haasyiyyah Ath-Thahawiy ‘alal-Maraaqiy, 2/311].

(d).  Alaauddiin Al-Khawarizmiy Al-Hanafiy rahimahullah berkata :

سُئل الحلواني عمَّن سَمّوا أنفسهم الصوفيّة، واختصّوا بنوع لِبْسةٍ، واشتغلوا باللهو والرقص، وادّعوا لأنفسهم المنزلَةَ، فقال: افْتَرَوا على الله كذبا
ً
“Al-Hulwaaniy pernah ditanya tentang golongan yang menamakan dirinya Shuufiyyah, yang mempunyai pakaian khusus, menyibukkan diri dengan permainan dan tarian, serta mendakwakan diri mereka sebagai manzilah; maka ia (Al-Hulwaaniy) berkata : ‘Mereka telah membuat-buat kedustaan terhadap Allah” [Al-Yatiimatud-Dahr fii Fataawaa Ahlil-‘Ashr].

(e).  Mahmuud bin Abil-Qaasim bin Badraan Al-Hanafiy rahimahullah berkata :

ألا فإن الرقص وإستماع الغناء الشبابات واللعب بالشطرنج ولبس الخرقة من المشايخ وتقليد الجهال من العباد أمر تبين زيغة عند أهل الإسلام والسنة

“Ketahuilah, sesungguhnya tarian, mendengarkan nyanyian seruling, bermain catur, mengenakan pakaian para masyaayikh, serta taqlid kepada orang-orang bodoh dari kalangan ahli ibadah merupakan perkara yang jelas menyimpang menurut orang-orang yang berpegang pada Islam dan sunnah” [An-Nahaa ‘an Ar-Raqs wal-Istimaa’, 2/676].
 
Tarekat Sufi / Tassawuf Naqsyabandiyah Birth Day

Dari Ibnu ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” [HR. Ahmad 2: 50 dan Abu Daud no. 4031. Syaikhul Islam dalam Iqtidho‘ 1: 269 mengatakan bahwa sanad hadits ini jayyid/bagus. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan]

2.     MADZHAB MAALIKIYYAH.

(a).  Statement Maalik bin Anas sebagaimana dinukil oleh Al-Qaadli ‘Iyaadl rahimahumallah :

قال التنيسي : كنا عند مالك وأصحابه حوله فقال رجل من أهل نصيبين يا أبا عبد الله عندنا قوم يقال لهم الصوفية يأكلون كثيراً ثم يأخذون في القصائد ثم يقومون فيرقصون.
فقال مالك: الصبيان هم؟ قال لا.
قال أمجانين؟ قال لا، قوم مشائخ وغير ذلك عقلاً.
قال مالك ما سمعت أن أحداً من أهل الإسلام يفعل هذا.

“At-Tuunisiy berkata : Kami pernah berada di sisi Maalik dan shahabat-shahabatnyayang mengitarinya. Ada seorang laki-laki dari penduduk Nushaibiin berkata : ‘Wahai Abu ‘Abdillah, di sisi kami dari suatu kaum yang bernama Shuufiyyah. Mereka makan banyak, setelah itu mereka mendendangkan qashiidah, lalu mereka berdiri dan menari’. Maalik berkata : ‘Apakah mereka itu anak-anak?’. Ia menjawab : ‘Tidak’. Maalik berkata : ‘Apakah mereka itu orang-orang gila?’. Ia menjawab : ‘Tidak. Mereka suatu kaum yang berakal terdiri orang-orang tua dan yang lainnya’. Maalik berkata : ‘Aku belum pernah mendengar seorang pun dari orang Islam melakukannya” [Tartiibul-Madaarik, 1/55].

(b).  Abu Bakr Ath-Thurthuusiy Al-Maalikiy rahimahullah berkata :

يرحمك الله - مذهب الصوفية بطالة وجهالة وضلالة، وما الإسلام إلا كتاب الله وسنة رسول، وأما الرقص والتواجد فأول من أحدثه أصحاب السامري، لما اتخذ لهم عجلا جسدا له خوار قاموا يرقصون حواليه ويتواجدون؛ فهو دين الكفار وعباد العجل؛ ....... وإنما كان يجلس النبي صلى الله عليه وسلم مع أصحابه كأنما على رؤوسهم الطير من الوقار؛ فينبغي للسلطان ونوابه أن يمنعهم عن الحضور في المساجد وغيرها؛ ولا يحل لأحد يؤمن بالله واليوم الآخر أن يحضر معهم، ولا يعينهم على باطلهم؛ هذا مذهب مالك وأبي حنيفة والشافعي وأحمد بن حنبل وغيرهم من أئمة المسلمين وبالله التوفيق.

“Semoga Allah memberikan rahmat kepadamu,… madzhab Shuufiyyah hanyalah kesia-siaan, kebodohan, dan kesesatan. Islam itu hanyalah Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Adapun tarian dan sikap berkasih-kasihan, yang pertama kali mengadakannya adalah rekan-rekan Saamiriy. Ketika ia berhasil membuat patung anak sapi yang bisa bersuara, maka mereka berdiri menari di sekitarnya sambil berkasih-kasihan. Perbuatan tersebut merupakan agama orang kafir dan penyembah anak sapi..... Adapun majelis Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersama para shahabatnya, (keadaannya) adalah seakan-akan di kepala-kepala mereka terdapat burung karena ketenangannya. Sudah seharusnya sulthaan dan para wakilnya melarang mereka (shufiy) menghadiri masjid-masjid dan yang lainnya. Tidak halal bagi seorang pun yang beriman kepada Allah dan hari akhir hadir pada kegiatan mereka. Tidak diperbolehkan menolong kebathilan mereka. Inilah madzhab Maalik, Abu Haniifah, Asy-Syaafi’iy, Ahmad bin Hanbal, dan yang lainnya dari kalangan imam-imam kaum muslimin. Wabillaahit-taufiiq” [Tafsiir Al-Qurthubiy, 11/238].

(c).  Abu Ishaaq Asy-Syaathibiy Al-Maalikiy rahimahullah berkata :

وقع السؤال عن قوم يتسمون بالفقراء، يزعمون أنهم سلكوا طريق الصوفية، فيجتمعون في بعض الليالي، ويأخذون في الذكر الجهري على صوت واحد، ثم في الغناء والرقص إلى آخر الليل، ويحضر معهم بعض المتسمين بالفقهاء، يترسمون برسم الشيوخ الهداة إلى سلوك ذلك الطريق؛ هل هذا العمل صحيح في الشرع أم لا؟.
فوقع الجواب بأن ذلك كله من البدع المحدثات، المخالفة طريقة رسول الله صلى الله عليه وسلم وطريقة أصحابه والتابعين لهم بإحسان.

“Terdapat pertanyaan tentang suatu kaum yang menamakan diri dengan fuqaraa’. Mereka menyangka bahwa mereka menempuh jalan orang-orang shufi. Mereka berkumpul pada sebagian malam, lalu mengumandangkan dzikir jahr dengan satu suara, kemudian diiringi dengan lagu dan tarian hingga akhir malam. Hadir pada acara tersebut orang-orang yang disebut fuqahaa’ yang mengenakan pakaian ala guru besar yang memberi petunjuk pada jalan tarekat shufiyyah tersebut. Apakah perbuatan ini dibenarkan menurut syari’at ?.
Jawabannya adalah bahwa semua hal itu termasuk perbuatan bid'ah yang dibuat-buat, bertentangan dengan jalan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, para shahabat, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik” [Al-I’tishaam, 1/337].

Shalawat Rasul Di iringi Musik Serta Break Dance

Diriwayatkan dari Sahl bin Sa’d Radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

يَكُونُ فِـي آخِرِ الزَّمَانِ خَسْفٌ وَقَذْفٌ وَمَسْخٌ قِيْلَ: وَمَتَى ذَلِكَ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: إِذَا ظَهَرَتِ الْمَعَازِفُ وَالْقَيْنَاتُ.

“Di akhir zaman nanti akan ada (peristiwa) di mana orang-orang ditenggelamkan (ke dalam bumi), dilempari batu dan dirubah rupanya.” Beliau ditanya, “Kapankah hal itu terjadi wahai Rasulullah!” Beliau menjawab, “Ketika alat-alat musik dan para penyanyi telah merajalela.” [HR. Ibnu Majah dalam Sunannya sebagian dari awalnya (II/1350) tahqiq Muhammad Fu-ad ‘Abdul Baqi.]

3.     MADZHAB SYAAFI'IYYAH.

(a).  Muhammad bin Idriis Asy-Syaafi’iy rahimahullah :

وَأَخْبَرَنِي زَكَرِيَّا بْنُ يَحْيَى النَّاقِدُ، حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ الْحَرُورِيِّ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ، قَالَ: سَمِعْتُ يُونُسَ بْنَ عَبْدِ الأَعْلَى، قَالَ: سَمِعْتُ الشَّافِعِيَّ، قَالَ: " تَرَكْتُ بِالْعِرَاقِ شَيْئًا يُسَمُّونَهُ التَّغْبِيرَ، وَضَعَتْهُ الزَّنَادِقَةُ يَشْغِلُونَ بِهِ عَنِ الْقُرْآنِ

Dan telah mengkhabarkan kepadaku Zakariyyaa bin Yahyaa An-Naaqid : Telah menceritakan kepada kami Al-Husain bin Al-Haruuriy : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ya’quub, ia berkata : Aku mendengar Yuunus bin ‘Abdil-A’laa, ia berkata : Aku mendengar Asy-Syaafi’iy berkata : “Aku meninggalkan ‘Iraaq sesuatu karena munculnya sesuatu di sana yang mereka namakan dengan At-Taghbiir yang telah dibuat oleh kaum Zanadiqah. Mereka memalingkan manusia dengannya dari Al-Qur’an” [Diriwayatkan oleh Al-Khallaal dalam Al-Amru bil-Ma’ruuf wan-Nahyu ‘anil-Munkar, hal. 99; shahih].

(b).  Ibnu Shalah Asy-Syaafi’iy rahimahullah pernah ditanya tentang orang yang memainkan alat musik duff dan melakukan tarian, apakah ia berdosa dan ‘adalah (keadilan)-nya gugur ? – maka ia menjawab :

نعم يَأْثَم بذلك ويفسق وَتسقط عَدَالَته وحالته هَذِه وَهَذَا السماع الْمُعْتَاد حرَام غليظ عِنْد الْعلمَاء ......

“Benar, ia berdosa atas perbuatan tersebut. Ia difasikkan dan digugurkan ‘adalah-nya. Dan keadaannya ini, serta nyanyian yang dibiasakannya ini sangat diharamkan menurut para ulama....” [Fataawaa Ibnish-Shalaah, 2/498].

(c).  Al-‘Izz bin ‘Abdis-Salaam Asy-Syaafi’iy rahimahullah berkata :

الرقص لا يتعاطاه إلا ناقص العقل، ولا يصلُح إلا للنساء

“Tidak ada yang melakukan tarian kecuali orang yang kurang akalnya. Tidak layak dilakukan kecuali bagi para wanita” [Qawaa’idul-Ahkaam, hal. 679].

Astagfirullah, Hal ini Terjadi Di INDONESIA
(Sufi / Tassawuf)

Telah tetap dalam Shahiih al-Bukhari rahimahullah, beliau berkata, Hisyam bin ‘Ammar berkata, Shadaqah bin Khalid meriwayatkan kepada kami (kemudian beliau membawakan sanad yang sampai kepada Abu Malik al-Asy’ari Radhiyallahu anhu, bahwasanya beliau mendengar Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda) :

لَيَكُونَنَّ مِنْ أُمَّتِي أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّونَ الْحِرَ وَالْحَرِيرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعَازِفَ، وَلَيَنْزِلَنَّ أَقْوَامٌ إِلَى جَنْبِ عَلَمٍ يَرُوحُ عَلَيْهِمْ بِسَارِحَةٍ لَهُمْ، يَأْتِيهِمْ يَعْنِي -الْفَقِيرَ- لِحَاجَةٍ فَيَقُولُونَ: ارْجِعْ إِلَيْنَا غَدًا، فَيُبَيِّتُهُمُ اللهُ وَيَضَعُ الْعَلَمَ وَيَمْسَخُ آخَرِيْـنَ قِرَدَةً وَخَنَازِيرَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.

“Akan datang pada umatku beberapa kaum yang menghalalkan zina sutra, khamr (minuman keras) dan alat musik, dan sungguh akan menetap beberapa kaum di sisi gunung, di mana (para pengembala) akan datang kepada mereka dengan membawa gembalaannya, datang kepada mereka -yakni si fakir- untuk sebuah keperluan, lalu mereka berkata, ‘Kembalilah kepada kami esok hari.’ Kemudian Allah menghancurkan mereka pada malam hari, menghancurkan gunung dan merubah sebagian mereka menjadi kera dan babi sampai hari Kiamat.” [Shahiih al-Bukhari, kitab al-Asyrubah, bab Ma Jaa-a fiiman Yastahillul Khamra wa Yusammihi bighairi Ismihi (X/51, al-Fat-h).]

4.     MADZHAB HANAABILAH.

(a).  Ibnul-Jauziy menukil pendapat Ahmad bin Hanbal rahimahumallah :

وروى عنه أبو الحارث أنه قال: التغيير بدعة، فقيل له أنه يرقق القلب. فقال هو بدعة. وروى عنه يعقوب الهاشمي: التغيير بدعة محدث. وروى عنه يعقوب بن غياث أكره التغيير وأنه نهى عن استماعه.

“Dan diriwayatkan dari Abul-Haarits, bahwasannya Ahmad berkata : ‘At-Taghyiir (musik dan tarian) adalah bid’ah’. Dikatakan kepadanya : ‘Ia dapat melembutkan hati’. Ahmad berkata : ‘Hal itu adalah bid’ah’. Diriwayatkan oleh Ya'quub Al-Haasyimiy darinya (Ahmad), ia berkata : ‘At-Taghyiir adalah bid’ah yang diada-adakan’. Dan diriwayatkan oleh Ya’quub bin Ghiyaats darinya (Ahmad), ia berkata : ‘Aku membenci at-taghyiir’ – dan bahwasannya ia melarang untuk mendengarkannya” [Talbiis Ibliis, 1/203].

(b).  Ibnul-Jauziy rahimahullah sendiri berkata :

وقال الفقهاء من أصحابنا لا نقبل شهادة المغني والرقاص والله الموفق

“Para fuqahaa’ dari kalangan shahabat kami (ulama Hanaabilah) tidak menerima persaksian penyanyi dan penari”. Wallaahul-muwaffiq’ [1/205-206].

(c).  Ibnu Rajab Al-Hanbaliy rahimahullah berkata :

قُلْت: وَلَهُ رسائل كثيرة إلى الأعيان بالإِنكار عَلَيْهِم والنصح لَهُمْ. ورأيت بخطه كتابا أرسله الى الخليفة ببغداد. وأرسل أيضًا إِلَى الشيخ عَلِي بْن إدريس الزاهد - صاحب الشيخ عَبْد القادر - رسالة طويلة، تتضمن إنكار الرقص والسماع والمبالغة فِي ذَلِكَ.

“Aku katakan : ‘Ia (Ishaaq bin Ahmad bin Muhammad bin Ghaanim Al-Hanbaliy) mempunyai banyak risaalah yang ditujukan kepada beberapa orang dalam rangka pengingkaran dan nasihat kepada mereka. Dan aku pernah melihat sebuah kitab dengan tulisannya, yang ia kirim kepada Khaliifah di Baghdaad. Ia juga pernah mengirimkan kepada Asy-Syaikh ‘Aliy bin Idriis Az-Zaahid – shahabat Asy-Syaikh ‘Abdul-Qaadir – sebuah risalah panjang yang berisi pengingkaran terhadap tarian, nyanyian, dan berlebih-lebihan dalam hal tersebut” [Dzail Thabaqaat Al-Hanaabilah, 1/164].

(d).  Ibnu Taimiyyah Al-Hanbaliy rahimahullah berkata :

وأما الرقص فلم يأمر الله به ولا رسوله ولا أحد من الأئمة بل قد قال الله فى كتابه واقصد فى مشيك وقال فى كتابه وعباد الرحمن الذين يمشون على الأرض هونا أى بسكينة ووقار. وإنما عبادة المسلمين الركوع والسجود بل الدف والرقص فى الطابق لم يأمر الله به ولا رسوله ولا احد من سلف الأمة بل أمروا بالقرآن فى الصلاة والسكينة

“Adapun tarian, maka itu tidak pernah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, serta tidak seorangpun dari kalangan imam kaum muslimin. Bahkan Allah ta’ala berfirman dalam kitab-Nya : ‘Dan sederhanalah kamu dalam berjalan’ (QS. Luqmaan : 19). Dan Allah juga berfirman dalam kitab-Nya : ‘Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati’ (QS. Al-Furqaan : 63), yaitu : dengan ketenangan. Ibadah yang dilakukan kaum muslimin hanyalah rukuk dan sujud. Akan tetapi permainan duff dan tarian di loteng rumah tidak pernah diperintahkan Allah dan Rasul-Nya. Tidak pula oleh seorang pun dari kalangan salafnya umat. Akan tetapi mereka (kaum muslimin) diperintahkan untuk membaca Al-Qur’an dalam shalat dan bersikap tenang” [Majmuu’ Al-Fataawaa 11/599].

Wallaahu a’lam. Semoga ada manfaatnya.

[Cerkiis.blogspot.com, Penulis: Ustadz Abul Juzaa’ – 25032014 – 01:50].

Footnote :

[1]      Yaitu hadits yang ia sebut sebelumnya :

كلُّ لَعِبِ ابن آدم حرامٌ إلا ثلاثة: ملاعبة الرجل أهله، وتأديبه لفَرَسه، ومُناضَلَته لقوسه

“Semua permainan anak Adam adalah haram kecuali tiga, yaitu : cumbuan seorang laki-laki terhadap istrinya, pengajaran yang ia lakukan terhadap kudanya, serta tembakan dari busur dan panahnya”.