METODE AL-QUR’AN DALAM MENETAPKAN KENABIAN MUHAMMAD SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM
Allah Azza wa Jalla telah menetapkan landasan agung ini dalam al-Qur’ân dengan berbagai macam cara sehingga dapat diketahui kesempurnaan kebenaran risalah beliau.
1. Allah Azza wa Jalla mengabarkan bahwasanya beliau sama dengan para rasul lainnya. Beliau menyeru apa yang mereka seru. Semua kebaikan yang ada pada diri para rasul juga ada pada diri Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Keburukan apapun yang ditiadakan dari para rasul maka Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih pantas berlepas diri darinya. Syariat agama beliau (Islam) menjadi acuan kebenaran syariat-syariat yang lain. Begitu pula, kitab beliau (al-Qur’ân) menjadi barometer kebenaran bagi kitab-kitab sebelumnya. Segala kebaikan yang terdapat pada kitab-kitab dan agama-agama sebelumnya, telah terhimpun pada agama dan kitab Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan terdapat sisi-sisi keindahan dan keunggulan yang tidak ada di ajaran dan kitab terdahulu.
2. Al-Qur’ân menetapkan kenabian Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan menyebutkan bahwasanya beliau adalah seorang ummi (buta huruf) yang tidak bisa membaca ataupun menulis. Tidak pula pernah duduk belajar bersama seseorang yang mengetahui kandungan kitab-kitab terdahulu. Beliau pun tidak pernah mengumpulkan orang untuk menyusun al-Qur’ân. Sebuah kitab yang tidak mungkin ditandingi oleh buatan seluruh jin dan umat manusia, meskipun mereka saling membahu untuk membuatnya. Dengan demikian, mustahil al-Qur’ân merupakan hasil pemikiran Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Secara berulang-ulang, al-Qur’ân menetapkan perkara ini.
3. Al-Qur’ân menetapkan kenabian Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan penyebutan kisah-kisah para nabi terdahulu yang disampaikan dengan nyata secara panjang lebar sehingga tak membekaskan keraguan bagi seorang pun tentang kebenarannya.
4. Allah Azza wa Jalla menjelaskan bahwa tidak ada jalan bagi Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mendatangkan al-Qur’ân kecuali melalui wahyu dari-Nya. Misalnya, kisah Nabi Musa Alaihissallam yang panjang dalam surat al-Qashash/28 : 46 dan 44
وَمَا كُنْتَ بِجَانِبِ الطُّورِ إِذْ نَادَيْنَا وَلَٰكِنْ رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ
“Dan engkau (Muhammad) tidak berada di dekat Thur (gunung) ketika kami menyeru (Musa), tetapi (Kami utus engkau) sebagai rahmat dari Rabbmu…”
وَمَا كُنْتَ بِجَانِبِ الْغَرْبِيِّ إِذْ قَضَيْنَا إِلَىٰ مُوسَى الْأَمْرَ
“Dan engkau (Muhammad) tidak berada di sebelah barat (lembah suci Thuwa) ketika Kami menyampaikan perintah kepada Musa…”
Demikian pula dalam firman-Nya dalam Ali Imrân/3: 44
وَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ إِذْ يُلْقُونَ أَقْلَامَهُمْ أَيُّهُمْ يَكْفُلُ مَرْيَمَ وَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ إِذْ يَخْتَصِمُونَ
“Padahal engkau tidak bersama mereka ketika mereka melemparkan pena mereka (untuk mengundi) siapa diantara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan engkau pun tidak bersama mereka ketika mereka bertengkar”
Demikian pula, firman Allah taala dalam Yûsuf/12 :102:
وَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ إِذْ أَجْمَعُوا أَمْرَهُمْ وَهُمْ يَمْكُرُونَ
“Padahal engkau tidak berada di samping mereka, ketika mereka bersepakat mengatur tipu muslihat (untuk memasukkan Yusuf ke dalam sumur )”
Ketidakmampuan Ahlul kitab pada zaman itu maupun setelahnya untuk menolak atau mendustakan kisah-kisah terperinci ini termasuk tanda terpenting bahwa Muhammad adalah benar-benar utusan Allah Azza wa Jalla.
5. Pertolongan dan kemenangan dari Allah Azza wa Jalla bagi nabi-Nya atas bangsa-bangsa terkuat dunia masa itu, merupakan bukti nyata bagi orang-orang yang mau memperhatikan kenabian beliau.
6. Al-Qur’ân menetapkan risalah nabi Muhammad dengan menyebutkan sifat dan akhlak beliau yang indah nan mulia. Apabila ada orang yang memiliki sifat mulia, maka sesungguhnya Rasulullah memiliki sifat yang lebih tinggi dan lebih mulia darinya. Kejujuran yang merupakan akhlak paling luhur di antara akhlak yang dimiliki manusia adalah sifat beliau. Bukankah ini merupakan bukti terbesar bahwa beliau adalah utusan Allah Azza wa Jalla dan insan pilihan dari segenap makhluk yang ada?
7. Al-Qur’ân menetapkan kenabian beliau dengan menyebutkan keterangan yang ada pada kitab-kitab terdahulu dan kabar gembira yang disampaikan para nabi terdahulu. Baik berupa keterangan nama, sifat, umat ataupun agama beliau.
8. Al-Qur’ân menetapkan risalah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan penyebutan perkara-perkara gaib yang telah maupun belum terjadi. Perkara gaib yang hanya terjadi pada masa nabi terdahulu maupun yang selalu terjadi sepanjang masa. Seandainya bukan dari wahyu, beliau tidak akan mampu mengetahui berita ini.
9. Al-Qur’ân menetapkan risalah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan menyebutkan perlindungan Allah Azza wa Jalla kepada beliau. Allah Azza wa Jalla menjaga beliau dari segenap tekanan dan permusuhan para makhluk yang terarah kepada beliau. Beliau menghadapi permusuhan sengit dari para musuh yang telah mengerahkan segala daya upaya. Akan tetapi, Allah Azza wa Jalla menolong beliau. Tidak mungkin hal ini terjadi kecuali karena beliau adalah benar-benar utusan dan kepercayaan-Nya dalam mengemban wahyu.
10. Al-Qur’ân menetapkan risalah Muhammad dengan menyebutkan keagungan kitab suci yang beliau bawa, yaitu al-Qur’ân yang bercirikan:
لَا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَلَا مِنْ خَلْفِهِ ۖ تَنْزِيلٌ مِنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ
“(yang) tidak akan didatangi oleh kebatilan baik dari depan maupun dari belakang (pada masa lalu maupun yang akan datang) yang diturunkan dari Rabb yang Mahabijaksana, lagi Mahaterpuji.” [Fushshilat/41 : 42]
Beliau menantang para musuh-musuh dan orang-orang yang tidak beriman untuk mendatangkan kitab serupa Al-Qur’ân, atau sepuluh surat, bahkan satu surat al-Qur’ân saja. Ternyata mereka tidak mampu dan angkat tangan. Kitab suci al-Qur’ân salah satu bukti terbesar kenabian Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
11. Al-Qur’ân menetapkan kenabian Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan menyebutkan mukjizat-mukjizat, berbagai kejadian luar biasa dan karomah-karomah yang ada pada beliau. Masing-masing kejadian luar biasa itu sudah cukup menjadi pertanda akan kebenaran beliau sebagai utusan Allah yang jujur, apalagi jika semua itu muncul pada satu orang saja.
12. Al-Qur’ân menetapkan kenabian Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan menyebutkan betapa besar kasih-sayang beliau kepada seluruh makhluk, umat manusia dan kaum Mukminin. Tidak ada dan tidak akan pernah ada orang yang memiliki kasih-sayang kepada sesama sebesar yang dimiliki beliau.
Demikianlah metode-metode Allah Azza wa Jalla dalam al-Qur’ân untuk menetapkan kebenaran risalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah mengungkapkannya dengan beragam uslub. Permisalannya tak terhitung banyaknya di dalam Al-Qur’ân Wallahu a’lam.
(Dikutip dari kitab Al-Qawâidul Hisân, Syaikh Abdurrahmân bin Nâshir as-Sa`di, Hal 26-29)
[Artikel: almanhaj.or.id, Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun XII/1430H/2009. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]