Jumat, 08 November 2019

Bahaya Ghibah


Bahaya Ghibah

Wanita cemburu itu wajar bukan? Iya wajar, bunda Aisyah saja pernah cemburu.

Akan tetapi Rasulullah shalalloohu alaihi wa sallam, menanggapi kecemburuan bunda Aisyah dengan sikap yang berbeda ketika itu dilakukan dengan cara ghibah dan bukan dengan cara ghibah.

Maksudnya bagaimana?

Rasulullah shalalloohu alaihi wa sallam mentolerir kecemburuan bunda Aisyah yang tidak disertai ghibah. Akan tetapi Rasulullah tidak mentolerir kecemburuan yang disertai ghibah.

Di sini kita mengambil pelajaran bahwa bahaya dosa ghibah itu tidak dipandang remeh oleh Rasulullah.

***

Darimana kita bisa mendapatkan keterangan riwayat mengenai hal itu.

Di dalam Sunan Abu Daud, hadits no 4875 dengan derajat yang shohih. Bunda Aisyah pernah berkata mengenai Bunda Shofiyyah, istri Rasulullah shalalloohu alaihi wa sallam yang lain dengan berkata,

حَسْبُكَ مِنْ صَفِيَّةَ كَذَا وَكَذَا

"Cukuplah bagimu bahwa Shofiyyah itu begini dan begini."

Yakni maksudnya adalah Bunda Shofiyyah itu pendek atau kecil orangnya.

Maka mendengar hal ini, Rasulullah shalalloohu alaihi wa sallam berkata kepada bunda Aisyah,

لَقَدْ قُلْتِ كَلِمَةً لَوْ مُزِجَتْ بِمَاءِ الْبَحْرِ لَمَزَجَتْهُ

"Sungguh engkau telah mengatakan suatu perkataan, yang semisal jika perkataan itu dicampur dengan air laut maka laut akan bisa berubah karenanya"

Maksudnya adalah jika keburukan kalimat ghibah itu dicampur dengan laut yang umumnya suci dan tidak ada yang bisa menajiskannya. Maka laut bisa berubah menjadi tidak suci dan najis karena bercampur dengan najis ghibah itu.

***

Disisi lain ketika Rasulullah shalalloohu alaihi wa sallam tidak mentolerir ghibah walaupun atas dasar cemburu. Namun Rasulullah shalalloohu alaihi wa sallam mentolerir sikap cemburu yang tidak bercampur dengan ghibah.

Ini sebagaimana yang disebutkan di dalam Shohih Bukhari. Ketika Rasulullah shalalloohu alaihi wa sallam sedang berada di dalam rumah bunda Aisyah, yang mana ini adalah hari bagian dari bunda Aisyah.

Pada waktu itu istri Rasulullah shalalloohu alaihi wa sallam yang lain, yakni Bunda Zainab binti Jahsy mengirimkan pembantu untuk mengantarkan makanan bagi Rasulullah di rumahnya Bunda Aisyah.

Maka timbul rasa cemburu yang hebat pada Bunda Aisyah ketika pembantu Bunda Zainab datang mengantarkan makanan. Langsung ditampik piring yang berisi makanan tersebut sampai pecah dan makanan berserakan kemana-mana.

Melihat hal itu, maka Rasulullah shalalloohu alaihi wa sallam mencoba menenangkan pembantu yang mengantarkan makanan itu sambil berkata,

غَارَتْ أُمُّكُمْ

"Ibu kalian sedang cemburu".

Rasulullah shalalloohu alaihi wa sallam pun juga membantu pembantu itu memberesi pecahan piring, dan membantu memunguti makanan yang berserakan. Kemudian Rasulullah berkata dengan hikmah, mari kita semua makan makanan ini.

Di sini Rasulullah shalalloohu alaihi wa sallam sama sekali tidak menyalahkan apa yang diperbuat bunda Aisyah. Beliau memakluminya, dan beliau membiarkannya.

Beliau hanya berkata,

غَارَتْ أُمُّكُمْ

"Ibu kalian sedang cemburu".

***

Jadi disini bisa kita lihat, bahwasanya masalah piring pecah dan makanan yang berhamburan itu dianggap masalah kecil bagi Rasulullah.

Akan tetapi dosa dan bahaya ghibah walau sekecil apapun. Tidak dianggap remeh oleh Rasulullah.

Padahal bagi kita ini mungkin sebaliknya.

Perkara piring pecah dan makanan berhamburan mungkin bisa dianggap masalah besar. Namun ghibah dianggap sebagai masalah kecil dan lumrah.

Kadang-kadang malah kita sengaja cari informasi ghibah karena saking kepo nya.

Inilah suatu kekurangan diri kita yang harus selalu kita coba perbaiki.

[Cerkiis.blogspot.com, Penulis: Ustadz Kautsar Amru]

🌐  WA Group : 08561456012
🌐  Webs : Cerkiis.blogspot.com
🌐  Fb : https://www.facebook.com/cerkiisOfficial/
🌐  Youtube : https://www.youtube.com/channel/UC_7jNhODU-Y9_VjTxbaI7qw