Senin, 06 Agustus 2018

Hukum Memakai Tasbih

Hukum Memakai Tasbih

HUKUM MEMAKAI TASBIH

Oleh : Syekh Muhammad Shaleh Al-Munajjid

Apa hukum memakai tasbih ?

Alhamdulillah,
Sebagian ulama berpendapat dalam masalah ini dengan memperbolehkan penggunaannya disertai dengan pendapat bahwa bertasbih dengan tangan itu lebih utama. Sementara sebagian lainnya memasukkan dalam perkara bid’ah.

Jumat, 27 Juli 2018

Pengertian Ilmu Yang Bermanfaat

Pengertian Ilmu Yang Bermanfaat

Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Di dalam Al-Qur-an terkadang Allah Ta’ala menyebutkan ilmu pada kedudukan yang terpuji, yaitu ilmu yang bermanfaat. Dan terkadang Dia menyebutkan ilmu pada kedudukan yang tercela, yaitu ilmu yang tidak bermanfaat.

Adapun yang pertama, seperti firman Allah Ta’ala,

قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ

“… Katakanlah: ‘Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?’…” [Az-Zumar: 9]

Rabu, 25 Juli 2018

Pengertian Ilmu Syar'i

Pengertian Ilmu Syar'i

Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Secara bahasa اَلْعِلْمُ (al-‘ilmu) adalah lawan dari اَلْجَهْلُ (al-jahl atau kebodohan), yaitu mengetahui sesuatu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, dengan pengetahuan yang pasti.

Secara istilah dijelaskan oleh sebagian ulama bahwa ilmu adalah ma’rifah (pengetahuan) sebagai lawan dari al-jahl (kebodohan). Menurut ulama lainnya ilmu itu lebih jelas dari apa yang diketahui.

Rabu, 11 Juli 2018

Menuntut Ilmu Jalan Menuju Syurga

Menuntut Ilmu Jalan Menuju Syurga

MENUNTUT ILMU JALAN MENUJU SURGA

Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Segala puji hanya bagi Allah, kami memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan kepada-Nya, kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri-diri kami dan kejelekan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang Allah beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang Allah sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.

Defenisi Al - Ilmu (Ilmu)

Definisi Al - Ilmu (Ilmu)

DEFENISI AL-ILMU (ILMU)

Oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Secara bahasa, al-ilmu adalah lawan dari al-jahl (kebodohan), yaitu mengetahui sesuatu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dengan pengetahuan yang pasti.

Secara istilah dijelaskan oleh sebagian ulama bahwa ilmu adalah ma’rifah (pengetahuan) sebagai lawan dari al-jahl (ketidaktahuan). Menurut ulama lainnya, ilmu itu lebih jelas dari apa yang diketahui.

Selasa, 10 Juli 2018

Golongan Awam Tergesa-gesa Dalam Mengeluarkan Fatwa

Golongan Awam Tergesa-gesa Dalam Mengeluarkan Fatwa

GOLONGAN AWAM TERGESA-GESA DALAM MENGELUARKAN FATWA

Oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Pertanyaan :
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Ketika dilontarkan pertanyaan yang berkaitan dengan syari’at pada suatu majlis, umpamanya, orang-orang awam berlomba-lomba mengeluarkan fatwa dan mengemukakan pendapat dalam masalah tersebut yang biasanya tidak berdasarkan ilmu. Apa komentar Syaikh yang mulia mengenai fenomena ini? Dan apakah ini merupakan kebaikan terhadap Allah dan RasulNya?

Senin, 09 Juli 2018

Menuntut Ilmu Untuk Meraih Materi Dan Ijazah

Menuntut Ilmu Untuk Meraih Materi Dan Ijazah

Oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz

Pertanyaan :
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Dilema yang berkembang di kalangan para pelajar (mahasiswa) terutama di fakultas-fakultas dan lembaga-lembaga pengajaran, ungkapan bahwa “ilmu telah sirna bersama para ahlinya. Tidak ada seorang pun yang belajar di lembaga-lembaga pengajaran kecuali untuk memperoleh ijazah dan materi.” Bagaimana menyangkal mereka dan apa hukumnya bila terpadu antara tujuan materil dan ijazah dengan niat menuntut ilmu untuk kemanfaatan diri dan masyarakatnya?

Keharusan Memiliki Ilmu Dalam Nasehat Dan Berda'wah

Keharusan Memiliki Ilmu Dalam Nasehat Dan Berda'wah

Oleh Al-Ustadz Fariq Bin Gasim Anuz

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menyebutkan beberapa sifat yang harus dimiliki oleh seorang da’i yang mengajak kepada perbuatan ma’ruf dan melarang orang lain berbuat mungkar, di antaranya :

“…Yang dimaksud dengan niat terpuji yang diterima di sisi Allah dan mendapatkan ganjaranNya adalah hendaknya amalan tersebut ditujukan untuk mencari ridha Allah dan yang dimaksud dengan amal terpuji yang merupakan amal saleh adalah amal yang diperintahkan, dan apabila demikian adanya maka orang yang melakukan amar ma’ruf nahi munkar wajib menerapkan pada dirinya sendiri dua syarat tadi, dan tidaklah disebut amal saleh apabila tidak berdasarkan ilmu dan pemahaman ….”

Minggu, 08 Juli 2018

Penuntut Ilmu Dan Masyarakat

Penuntut Ilmu Dan Masyarakat

Oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz

Pertanyaan :
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Problem terbesar yang dihadapai seorang penuntut ilmu adalah problem berpalingnya masyarakat darinya dan dari ilmunya, sementara ia sendiri tidak mengetahui peran yang cocok baginya di masyarakat, karena masyarakat materialistis di zaman sekarang tidak menilai orang kecuali dengan standar materi yang dihasilkan dari kerja apa saja. Bagaimana mengatasinya menurut pandangan Syaikh yang mulia?

Nasehat Bagi Penuntut Ilmu Untuk Menetapi Kebenaran Dan Kesabaran

Nasehat Bagi Penuntut Ilmu Untuk Menetapi Kebenaran Dan Kesabaran

Oleh Syaikh Ali bin Hasan Abdul Hamid Al-Halabi

Alhamdulillah pada tanggal, 15–19 Muharram 1427 H atau bertepatan 14–18 Februari 2006 M daurah syar’iyyah para da’i kembali diadakan oleh Ma’had Ali Al–Irsyad di Surabaya yang bekerjasama dengan Markaz Imam Al–Albani Yordania. Hadir dalam kesempatan kali ini Syaikh DR. Muhammad Bin Musa, Syaikh Salim Bin I’ed. Pada edisi kali ini, sebagai bentuk penyebaran ilmu, kami angkat muhadharah ilmiyyah Syaikh Ali Hasan ketika beliau berkunjung ke Ma’had kami (Ma’had Al-Furqon) pada tanggal, 18 Muharram 1427 H. Semoga bermanfaat.

Berjihadlah Dengan Ilmu Dan Dengan Al-Qur'an

Berjihadlah Dengan Ilmu Dan Dengan Al-Qur'an

Oleh Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Ali Syaikh

Pertanyaan :
Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Ali Syaikh ditanya : Apakah arahan dan bimbingan Syaikh kepada peserta daurah yang berasal dari negeri yang banyak didapati perbuatan bid’ah dan kesyirikan ?

Jumat, 06 Juli 2018

Dakwah Tanpa Ilmu Tidak Akan Istiqomah Selamanya


Oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Pertanyaan :
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Kita sering menemukan sebagian da’i memiliki perhatian terhadap dakwah ke jalan Allah dan ukhuwah di jalan Allah serta saling mencintai di dalamnya, namun tidak memperhatikan persoalan ilmu dan tafaqquh dalam perkara-perkara Ad-Dien dan aqidah serta dalam menghadiri majlis-majlis ilmu, maka apakah komentar Syaikh terhadap hal ini ?

Mengoleksi Buku Tapi Tidak Membacanya, Kedudukan Dan Keutamaan Ahlul Ilmi

Mengoleksi Buku Tapi Tidak Membacanya, Kedudukan Dan Keutamaan Ahlul Ilmi

MENGOLEKSI BUKU TAPI TIDAK MEMBACANYA, KEDUDUKAN DAN KEUTAMAAN AHLUL ILMI

MENGOLEKSI BUKU TAPI TIDAK MEMBACANYA

Oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz

Pertanyaan :
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Saya seorang laki-laki yang memiliki banyak buku yang bermanfaat, alhamdulillah, termasuk juga buku-buku rujukan (maraji’), tapi saya tidak membacanya kecuali memilih-milih sebagiannya. Apakah saya berdosa karena mengoleksi buku-buku tersebut di rumah, sementara, ada beberapa orang yang meminjam sebagian buku-buku tersebut untuk dimanfaatkan lalu dikembalikan lagi?

Rabu, 04 Juli 2018

Akhlak Penuntut Ilmu : Wajah Berseri-seri Atau Bersikap Ramah

Akhlak Penuntut Ilmu : Wajah Berseri-seri Atau Bersikap Ramah

BERAKHLAK BAIK DAN PENTINGNYA BAGI PENUNTUT ILMU

Oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah

Dan pada kesempatan ini saya ingin untuk mengingatkan atas suatu masalah yang dilakukan oleh banyak manusia dengan maksud berbuat baik. Yaitu suatu kejadian menimpa seseorang lalu orang lain meninggal disebabkannya. Maka datanglah keluarga terbunuh lalu meminta tebusan (sebagai pengganti hukuman mati) terhadap pelaku, maka apakah perbuatannya itu terpuji dan dianggap sebagai sikap berakhlak baik ? atau apakah dalam masalah ini ada perinciannya ? Ya benar, yang demikian itu ada perinciannya.

Sabtu, 30 Juni 2018

Akhlak Penuntut Ilmu : Ridha Dan Sabar Pada Taqdir Allah

Akhlak Penuntut Ilmu : Ridha Dan Sabar Pada Taqdir Allah

BERAKHLAK BAIK DAN PENTINGNYA BAGI PENUNTUT ILMU

Oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin

ADAPUN PERKARA KETIGA DALAM PEMBAHASAN BERAKHLAK BAIK KEPADA ALLAH ADALAH : RIDHA DAN SABAR PADA TAQDIR-TAQDIR ALLAH

Ridha dan sabar pada taqdir-taqdir Allah, dan kita semua telah mengetahui bahwa taqdir-taqdir Allah yang Allah timpakan kepada mahluk-Nya, sebagiannya sesuai dan sebagiannya tidak disukai.

Apakah sakit disukai manusia ? (tidak sama sekali). Manusia menyukai sehat.

Apakah kefakiran disukai manusia ? Tidak, manusia menyukai menjadi orang kaya.

Apakah bodoh disukai manusia ? tidak, manusia menyukai menjadi seorang yang pandai (alim).

Akhlak Penuntut Ilmu : Menerima Hukum-hukum Allah Dengan Bentuk Mengamalkannya

Akhlak Penuntut Ilmu : Menerima Hukum-hukum Allah Dengan Bentuk Mengamalkannya

BERAKHLAK BAIK DAN PENTINGNYA BAGI PENUNTUT ILMU

Oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin

KEDUA : MENERIMA HUKUM-HUKUM ALLAH DENGAN BENTUK MENGAMALKANNYA

Sesungguhnya berakhlak baik dalam bermuamalah dengan Allah dalam hal yang berkaitan dengan hukum-hukumNya adalah (dengan cara) menerima, mengamalkan dan merealisasikannya, serta tidak menolak sedikitpun hukum-hukum Allah. Jika seseorang mengingkari suatu hukum Allah, maka tindakan ini adalah (termasuk) berakhlak buruk kepada Allah.

Jumat, 22 Juni 2018

Akhlak Penuntut Ilmu : Menerima Berita Dari Allah [Al-Qur’an] Dengan Membenarkannya

Akhlak Penuntut Ilmu : Menerima Berita Dari Allah [Al-Qur’an] Dengan Membenarkannya

BERAKHLAK BAIK DAN PENTINGNYA BAGI PENUNTUT ILMU

Oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin

Wahai saudara-saudara sekalian, (pada) kesempatan baik ini saya akan menyampaikan pembicaraan tentang berakhlak baik. Dan akhlak, sebagaimana dikatakan ulama adalah gambaran batin manusia, karena (pada dasarnya) manusia mempunyai dua bentuk, bentuk luar (yaitu fisik) yang Allah ciptakan badan padanya. Dan sebagaimana kita ketahui bersama bahwa bentuk luar ini ada yang diciptakan dalam bentuk yang indah, dan ada yang diciptakan dalam bentuk yang buruk, dan ada yang diciptakan dalam bentuk diantara keduanya. Dan bentuk batin (demikian juga) ada yang baik dan ada yang buruk, serta ada yang diantara keduanya, dan bentuk batin inilah yang dikatakan sebagai akhlak.

Jarak Pemisah Antara Ulama Dan Masyarakat

Jarak Pemisah Antara Ulama Dan Masyarakat

JARAK PEMISAH ANTARA ULAMA DAN MASYARAKAT

Oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz

Pertanyaan :
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Di zaman ini, kami mendapati jarak pemisah antara para ulama dengan para penuntut ilmu dan masyarakat umum. Jarak ini dianggap sebagai suatu problem. Apa solusinya menurut pendapat Syaikh?

Kamis, 21 Juni 2018

Melawan Rasa Putus Asa


Oleh Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Ali Syaikh

Pertanyaan :
Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Ali Syaikh ditanya : Bagaimana saya melawan rasa putus asa dan kemauan yang lemah dalam menuntut ilmu agama ?

Rabu, 20 Juni 2018

Sekilas Tentang Standar Pengeluaran Fatwa Di Dunia Islam

Sekilas Tentang Standar Pengeluaran Fatwa Di Dunia Islam

Oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz

Pertanyaan :
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Syaikh yang mulia, apa komentar/evaluasi anda tentang standar pengeluaran fatwa di dunia Islam? Apa baik-baik saja atau Syaikh punya pandangan tertentu?

Senin, 11 Juni 2018

Setiap Muslim Akan Menghadapi Ujian Dan Cobaan

Setiap Muslim Akan Menghadapi Ujian Dan Cobaan

Oleh Ustadz Sa’id Yai, Lc

لَتُبْلَوُنَّ فِي أَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا أَذًى كَثِيرًا وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ

Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu benar-benar akan mendengar dari orang-orang yang diberi al-Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan [Âli 'Imrân/3 : 186]

Kamis, 07 Juni 2018

Surat Ini Untukmu


Assalamu’alaikum,

Segala puji Ibu panjatkan kehadirat Allah ta’ala yang telah memudahkan Ibu untuk beribadah kepada-Nya. Shalawat serta salam Ibu sampaikan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, keluarga dan para sahabatnya. Amin…

Wahai anakku, Surat ini datang dari Ibumu yang selalu dirundung sengsara… Setelah berpikir panjang Ibu mencoba untuk menulis dan menggoreskan pena, sekalipun keraguan dan rasa malu menyelimuti diri. Setiap kali menulis, setiap kali itu pula gores tulisan terhalang oleh tangis, dan setiap kali menitikkan air mata setiap itu pula hati terluka… Wahai anakku! Sepanjang masa yang telah engkau lewati, kulihat engkau telah menjadi laki-laki dewasa, laki-laki yang cerdas dan bijak! Karenanya engkau pantas membaca tulisan ini, sekalipun nantinya engkau remas kertas ini lalu engkau merobeknya, sebagaimana sebelumnya engkau telah remas hati dan telah engkau robek pula perasaanku.

Kamis, 26 April 2018

Bolehkah Membuat Kue dengan Motif Hewan?

Bolehkah Membuat Kue dengan Motif Hewan?

Pertanyaan :
Apa hukum membuat permen atau kue dengan bentuk gambar makhluk bernyawa dan apa hukum memperjualbelikannya?

Jawab :
Alhamdulillah, Tidak diperbolehkan membentuk permen atau kue dan yang lainnya dengan bentuk gambar makhluk bernyawa. Berdasarkan keumuman hadits yang menunjukkan akan haramnya tashwir (menggambar makhluk bernyawa) .

Minggu, 07 Januari 2018

Pasal Kesembilan : Bumi Tempat Berkumpul, Mahsyar Ini Terjadi di Dunia

Pasal Kesembilan : Bumi Tempat Berkumpul, Mahsyar Ini Terjadi di Dunia

KITAB : HARI KIAMAT (2)

Pasal Kesembilan API YANG MENGUMPULKAN MANUSIA

Oleh Dr. Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil

3. Bumi Tempat Berkumpul
Pada akhir zaman manusia digiring ke Syam, yaitu tempat berkumpulnya manusia. Sebagaimana dijelaskan dalam berbagai hadits shahih, di antaranya:

a. Diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma ketika menjelaskan keluarnya api, di dalamnya diungkapkan: beliau berkata, kami bertanya, “Wahai Rasulullah! Apa yang engkau perintahkan kepada kami?” Beliau menjawab, “Hendaklah kalian berkumpul di Syam.” [1]

Pasal Kesembilan : Tempat Keluarnya Api, Cara Api Tersebut Mengumpulkan Manusia

Pasal Kesembilan : Tempat Keluarnya Api, Cara Api Tersebut Mengumpulkan Manusia

KITAB : HARI KIAMAT (2)

Pasal Kesembilan API YANG MENGUMPULKAN MANUSIA

Oleh Dr. Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil

Dan di antara tanda-tanda Kiamat adalah keluarnya api yang sangat besar, ia adalah tanda terakhir dari tanda-tanda besar Kiamat, dan sebagai tanda per-tama yang mengisyaratkan tegaknya Kiamat.

Pasal Kedelapan : Dari Jenis Binatang Apakah Binatang Bumi Tersebut?

Pasal Kedelapan : Dari Jenis Binatang Apakah Binatang Bumi Tersebut?

KITAB : HARI KIAMAT (2)

Pasal Kedelapan KELUARNYA BINATANG DARI PERUT BUMI

Oleh Dr. Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil

2. Dari Jenis Binatang Apakah Binatang Bumi Tersebut?
Para ulama berbeda pendapat tentang jenis binatang bumi tersebut. Pada kesempatan ini kami utarakan beberapa pendapat ulama tentangnya.

a. Al-Qurthubi rahimahullah berkata, “Pendapat yang pertama bahwa binatang tersebut adalah anak unta yang disapih dari unta Nabi Shalih, dan inilah pendapat yang paling tepat, wallahu a’lam.”[1]

Pasal Kedelapan : Keluarnya Binatang Dari Perut Bumi

Pasal Kedelapan : Keluarnya Binatang Dari Perut Bumi

KITAB : HARI KIAMAT (2)

Pasal Kedelapan KELUARNYA BINATANG DARI PERUT BUMI

Oleh Dr. Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil

Munculnya binatang bumi di akhir zaman adalah salah satu tanda dekatnya Kiamat telah tetap berdasarkan al-Qur-an dan as-Sunnah:

1. Dalil-Dalil Kemunculannya

a. Dalil-dalil dari al-Qur-an al-Karim
Allah Ta’ala berfirman:

وَإِذَا وَقَعَ الْقَوْلُ عَلَيْهِمْ أَخْرَجْنَا لَهُمْ دَابَّةً مِنَ الْأَرْضِ تُكَلِّمُهُمْ أَنَّ النَّاسَ كَانُوا بِآيَاتِنَا لَا يُوقِنُونَ

“Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami.” [An-Naml: 82]

Pasal Ketujuh : Setelah Matahari Terbit Dari Barat Iman Dan Taubat Tidak Lagi Diterima

Pasal Ketujuh : Setelah Matahari Terbit Dari Barat Iman Dan Taubat Tidak Lagi Diterima

KITAB : HARI KIAMAT (2)

Pasal Ketujuh TERBITNYA MATAHARI DARI BARAT

Oleh Dr. Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil

3. Setelah Matahari Terbit dari Barat Iman dan Taubat Tidak Lagi Diterima
Jika matahari terbit dari barat, maka keimanan tidak lagi diterima dari seseorang yang sebelumnya tidak beriman, sebagaimana tidak diterimanya taubat orang yang melakukan maksiat. Hal itu karena terbitnya matahari dari barat adalah salah satu tanda besar Kiamat yang dapat dilihat oleh setiap orang yang ada pada zaman tersebut. Maka ketika itu berbagai kenyataan akan ter-buka dan ketika itu mereka akan menyaksikan segala kegoncangan yang me-maksa mereka untuk membenarkan Allah dan tanda-tanda kebesaran-Nya. Hukum mereka dalam hal itu sama dengan hukum orang yang menyaksikan siksa Allah Ta’ala, sebagaimana difirmankan oleh-Nya:

فَلَمَّا رَأَوْا بَأْسَنَا قَالُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَحْدَهُ وَكَفَرْنَا بِمَا كُنَّا بِهِ مُشْرِكِينَ فَلَمْ يَكُ يَنْفَعُهُمْ إِيمَانُهُمْ لَمَّا رَأَوْا بَأْسَنَا ۖ سُنَّتَ اللَّهِ الَّتِي قَدْ خَلَتْ فِي عِبَادِهِ ۖ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْكَافِرُونَ

“Maka tatkala mereka melihat adzab Kami, mereka berkata, ‘Kami beriman hanya kepada Allah saja dan kami kafir kepada sembahan-sembahan yang telah kami persekutukan dengan Allah.’ Maka iman mereka tiada berguna bagi mereka tatkala mereka telah melihat siksa Kami. Itulah sunnah Allah yang telah berlaku terhadap hamba-hamba-Nya. Dan di waktu itu binasalah orang-orang kafir.” [Al-Mu’min: 84-85]

Pasal Ketujuh : Terbitnya Matahari Dari Barat

Pasal Ketujuh : Terbitnya Matahari Dari Barat

KITAB : HARI KIAMAT (2)

Pasal Ketujuh TERBITNYA MATAHARI DARI BARAT

Oleh Dr. Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil

Terbitnya matahari dari barat adalah salah satu tanda besar Kiamat, hal tersebut telah tetap berdasarkan al-Qur-an dan as-Sunnah.

1. Dalil-Dalil Terbitnya Matahari dari Barat
a. Dalil-dalil dari al-Qur-an al-Karim
Allah Ta’ala berfirman:

يَوْمَ يَأْتِي بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ لَا يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيمَانِهَا خَيْرًا

“... Pada hari datangnya sebagian tanda-tanda Rabb-mu tidak berguna lagi iman seseorang yang belum beriman sebelum itu, atau (belum) berusaha berbuat kebaikan dengan imannya itu...” [Al-An’aam: 158]

Pasal Keenam : A s a p

Pasal Keenam : A s a p

KITAB : HARI KIAMAT (2)

Pasal Keenam ASAP

Oleh Dr. Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil

Munculnya asap pada akhir zaman adalah salah satu dari tanda besar Kiamat yang ditunjukkan oleh al-Qur-an dan as-Sunnah.

Dalil Kemunculannya
a. Dalil dari al-Qur-an al-Karim

Allah Ta’ala berfirman:

فَارْتَقِبْ يَوْمَ تَأْتِي السَّمَاءُ بِدُخَانٍ مُبِينٍ يَغْشَى النَّاسَ ۖ هَٰذَا عَذَابٌ أَلِيمٌ

Maka tunggulah pada hari ketika langit membawa asap yang tampak jelas. Yang meliputi manusia. Inilah adzab yang pedih.” [Ad-Dukhaan: 10-11]

Pasal Kelima : Tiga Penenggelaman Ke Dalam Bumi

Pasal Kelima : Tiga Penenggelaman Ke Dalam Bumi

KITAB : HARI KIAMAT (2)

Pasal Kelima TIGA PENENGGELAMAN KE DALAM BUMI

Oleh Dr. Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil

1. Makna al-Khasf
Dikatakan (خَسْفُ الْمَكَانِ، يَخْسِفُ خُسُوْفًا) maknanya adalah ditenggelamkan ke dalam bumi dan hilang di dalamnya[1], di antara makna kata ini adalah firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ الْأَرْضَ

“Maka Kami benamkan Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi....” [Al-Qashash: 81]

Tiga penenggelaman ke dalam bumi yang termasuk tanda-tanda Kiamat disebutkan dalam beberapa hadits seputar tanda-tanda besar Kiamat.

Pasal Keempat : Dinding Ya'-juj Dan Ma'-juj

Pasal Keempat : Dinding Ya'-juj Dan Ma'-juj

KITAB : HARI KIAMAT (2)

Pasal Keempat YA'-JUJ DAN MA'-JUJ

Oleh Dr. Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil

4. Dinding Ya'-juj dan Ma'-juj
Dzul Qarnain membangun dinding Ya'-juj dan Ma'-juj untuk menghalangi antara mereka dan tetangga mereka yang telah meminta pertolongan kepada Dzul Qarnain dari kejahatan Ya'-juj dan Ma'-juj.

Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Allah dalam al-Qur-an al-Karim:

قَالُوا يَا ذَا الْقَرْنَيْنِ إِنَّ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجًا عَلَىٰ أَنْ تَجْعَلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ سَدًّا قَالَ مَا مَكَّنِّي فِيهِ رَبِّي خَيْرٌ فَأَعِينُونِي بِقُوَّةٍ أَجْعَلْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ رَدْمًا

“Mereka berkata, ‘Wahai Dzul Qarnain, sesungguhnya Ya'-juj dan Ma'-juj itu (makhluk) yang berbuat kerusakan di bumi, maka bolehkah kami membayarmu imbalan agar engkau membuatkan dinding penghalang antara kami dan mereka?’ Dzul Qarnain berkata, ‘Apa yang telah dianugerahkan Rabb-ku kepadaku lebih baik (daripada imbalanmu), maka bantulah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku dapat membuatkan dinding penghalang antara kamu dan mereka.’” [Al-Kahfi: 94-95]

Pasal Keempat : Dalil-Dalil Akan Keluarnya Ya'-juj Dan Ma'-juj

Pasal Keempat : Dalil-Dalil Akan Keluarnya Ya'-juj Dan Ma'-juj

KITAB : HARI KIAMAT (2)

Pasal Keempat YA'-JUJ DAN MA'-JUJ

Oleh Dr. Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil

3. Dalil-Dalil Akan Keluarnya Ya'-juj dan Ma'-juj
Keluarnya Ya'-juj dan Ma'-juj pada akhir zaman adalah salah satu tanda dari tanda-tanda besar Kiamat. Kemunculan mereka telah ditunjuki oleh al-Kitab dan as-Sunnah.

a. Dalil-dalil dari al-Qur-an al-Karim:

1) Allah Ta’ala berfirman:

حَتَّىٰ إِذَا فُتِحَتْ يَأْجُوجُ وَمَأْجُوجُ وَهُمْ مِنْ كُلِّ حَدَبٍ يَنْسِلُونَ وَاقْتَرَبَ الْوَعْدُ الْحَقُّ فَإِذَا هِيَ شَاخِصَةٌ أَبْصَارُ الَّذِينَ كَفَرُوا يَا وَيْلَنَا قَدْ كُنَّا فِي غَفْلَةٍ مِنْ هَٰذَا بَلْ كُنَّا ظَالِمِينَ

“Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya'juj dan Ma'juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. Dan telah dekatlah kedatangan janji yang benar (hari Berbangkit), maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang kafir. (Mereka berkata,) ‘Aduhai, celakalah kami, sesungguhnya kami adalah dalam kelalaian tentang ini, bahkan kami adalah orang-orang yang zhalim.” [Al-Anbiyaa': 96-97]

Pasal Keempat : Ya'-juj Dan Ma'-juj

Pasal Keempat : Ya'-juj Dan Ma'-juj

KITAB : HARI KIAMAT (2)

Pasal Keempat YA'-JUJ DAN MA'-JUJ

Oleh Dr. Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil

1. Asal Usul Mereka
Sebelum berbicara tentang Ya'-juj dan Ma’-juj kami melihat sangat tepat jika kita berbicara tentang asal mereka, dan apakah yang dimaksud dengan kata Ya'-juj dan Ma'-juj.

Lafazh Ya'-juj dan Ma'-juj adalah dua isim ‘Ajam (non Arab), ada juga yang mengatakan berasal dari bahasa Arab. Jika demikian, dua kata ini diambil dari kata (أَجَّتِ النَّارُ أَجِيْجًا) maknanya adalah api yang menyala, atau diambil dari kata (اَلأُجَاجُ), maknanya adalah air mendidih yang amat sangat hingga bergolak (membeku). Ada juga yang mengatakan berasal dari kata (اَلأَجُّ) maknanya ada-lah cepatnya memusuhi. Ada juga yang mengatakan Ma'-juj berasal dari kata (مَاجَ) maknanya adalah goyah. Keduanya dengan wazan (يَفْعُولُ) pada kata Ya'juuj dan dengan wazan (مَفْعُولُ) pada kata kata Ma'-juuj, atau dengan wazan (فَاعُولُ) untuk keduanya.

Pasal Ketiga : Tersebarnya Rasa Aman Dan Keberkahan Pada Zaman ‘Isa Alaihissallam

Pasal Ketiga : Tersebarnya Rasa Aman Dan Keberkahan Pada Zaman ‘Isa Alaihissallam

KITAB : HARI KIAMAT (2)

Pasal Ketiga TURUNNYA NABI ISA ALAIHISSALLAM

Oleh Dr. Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil

7. Tersebarnya Rasa Aman dan Keberkahan Pada Zaman ‘Isa Alaihissallam
Zaman ‘Isa Alaihissallam adalah zaman yang dipenuhi dengan keamanan, kesejahteraan dan kemakmuran serta kelapangan. Allah akan menurunkan hujan lebat pada zamannya, bumi mengeluarkan buah-buahan dan keberkahannya, harta akan melimpah, sementara percekcokan, kebencian juga sikap saling hasad (dengki) akan hilang.

Pasal Ketiga : Hikmah Turunnya Nabi ‘Isa Alaihissallam, Bukan Nabi Yang Lainnya

Pasal Ketiga : Hikmah Turunnya Nabi ‘Isa Alaihissallam, Bukan Nabi Yang Lainnya

KITAB : HARI KIAMAT (2)

Pasal Ketiga TURUNNYA NABI ISA ALAIHISSALLAM

Oleh Dr. Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil

5. Hikmah Turunnya Nabi ‘Isa Alaihissallam, Bukan Nabi yang Lainnya
Para ulama berusaha mengetahui hikmah turunnya Nabi ‘Isa Alaihissallam pada akhir zaman, sementara yang lainnya dari kalangan Nabi tidak demikian. Menurut mereka ada beberapa hikmah tentang hal itu.

a. Sebagai bantahan terhadap klaim orang-orang Yahudi bahwa mereka telah membunuh Nabi ‘Isa Alaihissallam, lalu Allah Ta’ala menjelaskan kedustaan mereka. Sesungguhnya beliaulah yang akan membunuh mereka juga membunuh pemimpin mereka, Dajjal. Sebagaimana hal itu telah dijelaskan dalam pembahasan tentang peperangan dengan orang-orang Yahudi.[1]

Pasal Ketiga : Hadits-Hadits Tentang Turunnya Nabi ‘Isa Adalah Mutawatir

Pasal Ketiga : Hadits-Hadits Tentang Turunnya Nabi ‘Isa Adalah Mutawatir

KITAB : HARI KIAMAT (2)

Pasal Ketiga TURUNNYA NABI ISA ALAIHISSALLAM

Oleh Dr. Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil

4. Hadits-Hadits Tentang Turunnya Nabi ‘Isa Alaihissallam Adalah Mutawatir
Telah kami sebutkan sebelumnya sebagian hadits yang menjelaskan turunnya ‘Isa Alaihissallam. Akan tetapi kami tidak menyebutkan semua hadits tentangnya karena tidak ingin memperpanjang pembahasan. Hadits-hadits tersebut telah diriwayatkan dalam kitab Shahiih, Sunan, Musnad dan yang lainnya dari kitab-kitab hadits, semuanya secara jelas menetapkan turunnya ‘Isa Alaihissallam di akhir zaman, dan tidak ada hujjah bagi orang yang membantahnya dengan mengatakan, “Sesungguhnya hadits tersebut adalah ahad sehingga tidak bisa dijadikan hujjah,” atau “Sesungguhnya turunnya ‘Isa Alaihissallam tidak termasuk di antara ‘aqidah kaum muslimin yang wajib mereka imani [1], sebab jika suatu hadits itu sudah shalih (baik shahih atau hasan,-penj.) maka wajib diimani, membenarkan segala sesuatu yang dikabarkan oleh ash-Shaadiqul Mashduuq Shallallahu 'alaihi wa sallam dan tidak dibenarkan bagi kita untuk menolak sabdanya hanya karena hadits tersebut ahad. Penolakan mereka dengan hujatannya sangat lemah sebagaimana telah kami jelaskan dalam satu pasal secara khusus di awal pembahasan. Di dalamnya kami menjelaskan bahwa hadits ahad jika shahih, maka isinya wajib dibenarkan, dan jika kita berkata, “Sesungguhnya hadits ahad bukan hujjah, maka berarti kita membantah semakin banyak hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, dan apa-apa yang dikatakan oleh beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjadi sesuatu yang tidak berarti, apalagi dengan kenyataan sesungguhnya para ulama telah menetapkan bahwa hadits-hadits tentang turunnya ‘Isa Alaihissallam adalah mutawatir?!

Pasal Ketiga : Dalil-Dalil Turunnya ‘Isa Alaihissallam

Pasal Ketiga : Dalil-Dalil Turunnya ‘Isa Alaihissallam

KITAB : HARI KIAMAT (2)

Pasal Ketiga TURUNNYA NABI ISA ALAIHISSALLAM

Oleh Dr. Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil

3. Dalil-Dalil Turunnya ‘Isa Alaihissallam
Turunnya ‘Isa Alaihissallam di akhir zaman telah tetap dalam al-Kitab dan as-Sunnah yang shahih lagi mutawatir, hal itu merupakan salah satu tanda dari tanda-tanda besar Kiamat.

a. Dalil-dalil turunnya Nabi ‘Isa Alaihissallam di dalam al-Qur-an al-Karim.

1). Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :

ضُرِبَ ابْنُ مَرْيَمَ مَثَلًا إِذَا قَوْمُكَ مِنْهُ يَصِدُّونَ إلى قوله تعالى وَإِنَّهُ لَعِلْمٌ لِلسَّاعَةِ

Dan tatkala putera Maryam (‘Isa) dijadikan perumpamaan tiba-tiba kaummu (Quraisy) bersorak karenanya. Sampai dengan firman-Nya: Dan sesungguhnya ‘Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari Kiamat...” [Az-Zukhruf: 57-61]

Pasal Ketiga : Turunnya Nabi ‘Isa Alaihissallam

Pasal Ketiga : Turunnya Nabi ‘Isa Alaihissallam

KITAB : HARI KIAMAT (2)

Pasal Ketiga TURUNNYA NABI ISA ALAIHISSALLAM

Oleh Dr. Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil

Sebelum berbicara tentang turunnya Nabi ‘Isa bin Maryam Alaihissallam alangkah baiknya bagi kita untuk mengenal terlebih dahulu sifat-sifatnya yang dijelaskan dalam nash-nash syara’.

1. Sifat Nabi ‘Isa Alaihissallam
Sifat beliau yang dijelaskan dalam berbagai riwayat bahwa beliau seorang laki-laki, perawakannya sedang, tidak terlalu tinggi juga tidak terlalu pendek, berkulit merah dan berbulu, dadanya bidang, rambutnya lurus, seolah-olah dia baru keluar dari pemandian, beliau memiliki rambut yang melebihi cuping telinga, disisir rapi hingga memenuhi kedua pundaknya.

Pasal Kedua : Penyebutan Dajjal Dalam Al-Qur-an

Pasal Kedua : Penyebutan Dajjal Dalam Al-Qur-an

KITAB : HARI KIAMAT (2)

Pasal Kedua AL-MASIH AD-DAJJAL

Oleh Dr. Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil

13. Penyebutan Dajjal Dalam al-Qur-an
Para ulama bertanya-tanya tentang hikmah tidak disebutkannya Dajjal secara jelas di dalam al-Qur-an padahal fitnahnya sangat besar. Demikian pula peringatan para Nabi terhadapnya (dalam al-Qur-an), juga perintah agar me-mohon perlindungan dari fitnahnya di dalam shalat. Mereka menjawabnya dengan beberapa jawaban di antaranya:

Pasal Kedua : Melindungi Diri Dari Fitnah Dajjal

Pasal Kedua : Melindungi Diri Dari Fitnah Dajjal

KITAB : HARI KIAMAT (2)

Pasal Kedua AL-MASIH AD-DAJJAL

Oleh Dr. Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil

12. Melindungi Diri dari Fitnah Dajjal
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam memberikan bimbingan kepada umatnya dengan sesuatu yang dapat bisa menjaga mereka dari segala fitnah Dajjal, beliau telah meninggalkan umatnya dengan jalan hidup yang sangat jelas, malamnya bagaikan siang, tidak akan ada orang yang menyimpang darinya kecuali dia akan celaka. Maka beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam sama sekali tidak meninggalkan kebaikan kecuali menunjuki umat kepadanya, demikian pula tidak pernah meninggalkan kejelekan kecuali memberikan peringatan kepadanya umat agar meninggalkannya, dan di antara hal yang beliau peringatkan adalah fitnahnya karena ia adalah sebesar-besarnya fitnah yang dihadapi oleh umat ini sampai tegaknya Kiamat. Sebelumnya setiap Nabi telah memberikan peringatan kepada umatnya akan adanya Dajjal yang buta matanya, adapun Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam secara khusus diperintahkan untuk memberikan peringatan yang lebih, dan Allah Ta’ala telah banyak menjelaskan mengenai sifat-sifat Dajjal kepadanya agar umatnya selalu hati-hati. Sesung-guhnya dia akan keluar kepada umat ini, karena ia adalah umat yang terakhir dan Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah penutup para Nabi.

Pasal Kedua : Keluarbiasaan Dajjal Adalah Hal Yang Sebenarnya

Pasal Kedua : Keluarbiasaan Dajjal Adalah Hal Yang Sebenarnya

KITAB : HARI KIAMAT (2)

Pasal Kedua AL-MASIH AD-DAJJAL

Oleh Dr. Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil

10. Keluarbiasaan Dajjal Adalah Hal Yang Sebenarnya
Telah diuraikan sebelumnya berbagai keluarbiasaan yang menyertai Dajjal dalam pembahasan tentang fitnah yang dilakukannya. Semua keluarbiasaan ini adalah sesuatu yang hakiki, bukan khayalan atau tipuan, sebagaimana yang dianggap oleh sebagian ulama.

Sabtu, 06 Januari 2018

Pasal Kedua : Tempat Keluarnya Dajjal, Dajjal Tidak Akan Memasuki Makkah Dan Madinah

Pasal Kedua : Tempat Keluarnya Dajjal, Dajjal Tidak Akan Memasuki Makkah Dan Madinah

KITAB : HARI KIAMAT (2)

Pasal Kedua AL-MASIH AD-DAJJAL

Oleh Dr. Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil

5. Tempat Keluarnya Dajjal
Dajjal akan keluar dari arah timur, dari Khurasan[1], dari perkampungan Yahudi Ashbahan [2], kemudian ia mengembara di atas bumi, tidak ada satu negeri pun yang ditinggalkannya kecuali Makkah dan Madinah, dia tidak akan bisa memasukinya karena para Malaikat menjaganya.

Pasal Kedua : 4f. Beberapa Pendapat Ulama Tentang Ibnu Shayyad

Pasal Kedua : 4f. Beberapa Pendapat Ulama Tentang Ibnu Shayyad

KITAB : HARI KIAMAT (2)

Pasal Kedua AL-MASIH AD-DAJJAL

Oleh Dr. Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil

f. Beberapa Pendapat Ulama Tentang Ibnu Shayyad
Abu ‘Abdillah al-Qurthubi rahimahullah berkata, “Pendapat yang benar bahwa Ibnu Shayyad adalah Dajjal, berdasarkan dalil-dalil yang telah lalu, dan tidak mustahil bahwa dia telah ada sebelumnya di pulau tersebut, dan ada di depan para Sahabat di waktu yang lain.” [1]

Pasal Kedua : 4e. Apakah Ibnu Shayyad Adalah Dajjal Yang Sesungguhnya?

Pasal Kedua : 4e. Apakah Ibnu Shayyad Adalah Dajjal Yang Sesungguhnya?

KITAB : HARI KIAMAT (2)

Pasal Kedua AL-MASIH AD-DAJJAL

Oleh Dr. Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil

e. Apakah Ibnu Shayyad adalah Dajjal yang Sesungguhnya?
Telah dijelaskan sebelumnya keadaan Ibnu Shayyad dan pertanyaan Nabi kepadanya yang menunjukkan bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak mengatakan jati diri Ibnu Shayyad secara detail, karena beliau sama sekali tidak mendapatkan wahyu bahwa dia adalah Dajjal atau yang lainnya.

Pasal Kedua : Apakah Dajjal Masih Hidup (Sekarang Ini)? Dan Apakah Dia Sudah Ada Pada Zaman Nabi ?

Pasal Kedua : Apakah Dajjal Masih Hidup (Sekarang Ini)? Dan Apakah Dia Sudah Ada Pada Zaman Nabi ?

KITAB : HARI KIAMAT (2)

Pasal Kedua AL-MASIH AD-DAJJAL

Oleh Dr. Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil

4. Apakah Dajjal Masih Hidup (Sekarang Ini)? Dan Apakah Dia Sudah Ada Pada Zaman Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam?
Sebelum menjawab dua pertanyaan ini, hendaknya kita mengetahui keadaan Ibnu Shayyad, apakah dia Dajjal atau bukan?

Jika Dajjal itu bukan Ibnu Shayyad, apakah dia sudah ada sebelum ia menampakkan fitnahnya atau belum?

Dan sebelum menjawab pertanyan-pertanyaan ini, kami akan mengenal-kan Ibnu Shayyad terlebih dahulu.

Pasal Kedua : Al-Masih Ad-Dajjal

Pasal Kedua : Al-Masih Ad-Dajjal

KITAB : HARI KIAMAT (2)

Pasal Kedua AL-MASIH AD-DAJJAL

Oleh Dr. Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil

1. Makna al-Masiih
Abu ‘Abdillah al-Qurthubi rahimahullah menyebutkan dua puluh tiga pendapat tentang asal kata tersebut [1]. Sementara penulis kitab al-Qaamuus melanjutkan-nya menjadi lima puluh pendapat.”[2]

Lafazh ini dimutlakkan untuk orang yang benar, juga dimutlakkan untuk orang yang sesat lagi pendusta.

Al-Masih ‘Isa bin Maryam Alaihissallam adalah orang yang benar, sementara al-Masih ad-Dajjal adalah yang sesat lagi pendusta.

Allah menciptakan dua al-Masih, salah satu dari keduanya adalah lawan untuk yang lain.

Nabi ‘Isa Alaihissallam adalah al-Masih yang membawa petunjuk, dia menyembuhkan orang buta sejak lahir, yang berpenyakit kusta, juga menghidupkan yang mati dengan seizin Allah.

Hadits Pertama : Hadits Tidak Ada Al - Mahdi Kecuali ‘Isa Bin Maryam Dan Bantahannya

Hadits Pertama : Hadits Tidak Ada Al - Mahdi Kecuali ‘Isa Bin Maryam Dan Bantahannya

KITAB : HARI KIAMAT (2)

Pasal Pertama AL-MAHDI

Oleh Dr. Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil

8. Hadits لاَ مَهْدِيُّ إِلاَّ عِيْسَـى بْنُ مَرْيَمَ (Tidak Ada al-Mahdi Kecuali ‘Isa bin Maryam) dan Bantahannya
Sebagian orang yang mengingkari hadits-hadits tentang al-Mahdi berhujjah dengan hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, juga al-Hakim dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ يَزْدَادُ اْلأَمْرُ إِلاَّ شِدَّةً، وَلاَ الدُّنْيَا إِلاَّ إِدْبَارًا، وَلاَ النَّاسُ إِلاَّ شُحًّا، وَلاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ إِلاَّ عَلَى شِرَارِ النَّاسِ، وَلاَ الْمَهْدِيُّ إِلاَّ عِيْسَى بْنُ مَرْيَمَ.

“Suatu urusan tidak akan bertambah melainkan akan semakin sulit, dunia semakin mundur, dan manusia semakin kikir, tidaklah Kiamat terjadi kecuali kepada manusia yang paling buruk, dan tidak ada al-Mahdi kecuali ‘Isa bin Maryam.” [1]

Pasal Pertama : Orang Yang Mengingkari Hadits-Hadits Tentang Al-Mahdi Dan Bantahan Terhadap Mereka

Pasal Pertama : Orang Yang Mengingkari Hadits-Hadits Tentang Al-Mahdi Dan Bantahan Terhadap Mereka

KITAB : HARI KIAMAT (2)

Pasal Pertama AL-MAHDI

Oleh Dr. Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil

7. Orang-Orang yang Mengingkari Hadits-Hadits Tentang al-Mahdi dan Bantahan Terhadap Mereka
Telah kami ungkapkan sebelumnya hadits-hadits shahih yang merupakan dalil secara qath’i akan kemunculan al-Mahdi di akhir zaman sebagai seorang hakim dan pemimpin yang adil. Demikian pula kami telah menukil beberapa pendapat ulama yang mengungkapkan secara jelas bahwa hadits tentang al-Mahdi adalah mutawatir, juga sebagian karya tulis yang disusun oleh para ulama tentangnya.

Pasal Pertama : Kemutawatiran Hadits-Hadits Tentang al-Mahdi

Pasal Pertama : Kemutawatiran Hadits-Hadits Tentang al-Mahdi

KITAB : HARI KIAMAT (2)

Pasal Pertama AL-MAHDI

Oleh Dr. Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil

5. Kemutawatiran Hadits-Hadits Tentang al-Mahdi
Hadits-hadits yang telah kami sebutkan sebelumnya juga yang tidak kami nukil pada pembahasan ini -khawatir terlalu panjang- menunjukkan bahwa hadits-hadits yang menerangkan al-Mahdi memiliki derajat mutawatir ma’nawi (mutawatir secara makna) dan hal itu telah dinyatakan oleh para imam. Pada kesempatan ini kami akan menyebutkan sebagian pernyataan mereka.