KITAB : HARI KIAMAT (2)
Oleh Dr. Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil
3. Dalil-Dalil Turunnya ‘Isa Alaihissallam
Turunnya ‘Isa Alaihissallam di akhir zaman telah tetap dalam al-Kitab dan as-Sunnah yang shahih lagi mutawatir, hal itu merupakan salah satu tanda dari tanda-tanda besar Kiamat.
a. Dalil-dalil turunnya Nabi ‘Isa Alaihissallam di dalam al-Qur-an al-Karim.
1). Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :
ضُرِبَ ابْنُ مَرْيَمَ مَثَلًا إِذَا قَوْمُكَ مِنْهُ يَصِدُّونَ إلى قوله تعالى وَإِنَّهُ لَعِلْمٌ لِلسَّاعَةِ
Dan tatkala putera Maryam (‘Isa) dijadikan perumpamaan tiba-tiba kaummu (Quraisy) bersorak karenanya. Sampai dengan firman-Nya: Dan sesungguhnya ‘Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari Kiamat...” [Az-Zukhruf: 57-61]
Ayat-ayat ini turun dalam konteks bercerita tentang ‘Isa Alaihissallam, di akhirnya dijelaskan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala وَإِنَّهُ لَعِلْمٌ لِّلسَّاعَةِ , maknanya adalah turunnya Isa pada hari Kiamat merupakan salah satu tanda dekatnya Kiamat, hal itu pula ditunjuki oleh bentuk qira-ah (tanda baca) yang lainnya وَإِنَّهُ لَعَلَمٌ لِّلسَّاعَةِ dengan huruf ‘ain dan lam yang difat-hahkan, maknanya adalah tanda akan tegaknya hari Kiamat. Qira-ah seperti ini diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, Mujahid dan yang lainnya dari kalangan imam ulama tafsir. [1]
Al-Imam Ahmad rahimahullah meriwayatkan dengan sanadnya kepada Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhuma di dalam tafsiran ayat وَإِنَّهُ لَعِلْمٌ لِّلسَّاعَةِ , dia berkata, “Ia adalah turunnya ‘Isa bin Maryam Alaihissallam sebelum tegaknya Kiamat.” [2]
Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Yang shahih bahwa kata (إِنَّـهُ) -dhamirnya (kata ganti)- kembali kepada ‘Isa, karena redaksi ayat menyebutkan tentangnya.” [3]
Dan jauh sekali jika makna ayat adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh Nabi ‘Isa Alaihissallam berupa menghidupkan yang mati, menyembuhkan orang buta, yang berpenyakit kusta juga yang lainnya dari orang-orang yang berpenyakit.
Lebih jauh lagi apa yang diungkapkan dari sebagian ulama bahwa dhamir di dalam kata (وَإِنَّهُ) kembali kepada al-Qur-an al-Karim.[4]
2). Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللَّهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَٰكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ إلى قوله تعالى وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلَّا لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ ۖ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكُونُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا
“Dan karena ucapan mereka, ‘Sesungguhnya kami telah membunuh al-Masih, ‘Isa putera Maryam, Rasul Allah,’ padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan ‘Isa bagi mereka. Sampai dengan firman-Nya Ta’ala: Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (‘Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari Kiamat nanti ‘Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka.” [An-Nisaa': 157-159]
Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa orang-orang Yahudi tidak membunuh ‘Isa Alaihissallam, tidak juga mensalibnya, akan tetapi dia diangkat oleh Allah ke langit, sebagaimana diungkapkan dalam firman-Nya:
إِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَىٰ إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ
“(Ingatlah), ketika Allah berfirman, ‘Hai ‘Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku...” [Ali ‘Imran: 55]
Maka sesungguhnya ayat-ayat itu pun menunjukkan bahwa di antara Ahlul Kitab ada yang beriman kepada ‘Isa Alaihissallam di akhir zaman. Hal itu terjadi ketika dia turun [5]sebelum wafat, sebagaimana dijelaskan oleh beberapa hadits mutawatir lagi shahih.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata dalam jawabannya atas pertanyaan yang ditujukan kepadanya tentang wafat dan pengangkatan ‘Isa Alaihissallam, “Segala puji hanya milik Allah, ‘Isa Alaihissallam masih hidup, dan telah tetap di dalam hadits shahih dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwasanya beliau bersabda:
يَنْزِلُ فِيْكُمُ ابْنُ مَرْيَمَ حَكَمًا عَدْلاً وَإِمَامًا مُقْسِطًا، فَيَكْسِرُ الصَّلِيْبَ، وَيَقْتُلُ الْخِنْزِيْرَ، وَيَضَعُ الْجِزْيَةَ.
‘Ibnu Maryam akan turun di tengah-tengah kalian sebagai hakim dan pemimpin yang adil, lalu dia akan mematahkan salib, membunuh babi dan menghapus jiz’yah (pajak).’ [6]
Telah tetap dalam hadits shahih dari beliau bahwa ‘Isa Alaihissallam akan turun pada menara putih sebelah timur Damaskus, sesungguhnya dia akan membunuh Dajjal. Barangsiapa ruhnya berpisah dengan jasadnya tidak mungkin tubuhnya akan turun dari langit, dan jika dihidupkan, maka sesungguhnya dia bangkit dari dalam kuburnya.
Adapun firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا
“... sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang kafir....” [Ali ‘Imran: 55]
Ini merupakan dalil bahwa tidak dimaksudkan dengan pengangkatan ini adalah kematian, karena jika yang dimaksud dengan hal itu adalah kematian, niscaya ‘Isa akan sama seperti layaknya orang-orang beriman lainnya, di mana Allah mengambil ruh mereka, lalu mengambilnya ke atas langit, sehingga tidak ada sesuatu yang khusus dalam pengangkatannya. Demikian pula firman-Nya وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا “Serta membersihkan kamu dari orang-orang kafir,” dan jika yang dimaksud bahwa ruhnya telah berpisah dengan jasadnya, niscaya badannya di bumi akan seperti jasad para Nabi yang lainnya.
Sementara Allah Ta’ala berfirman dalam ayat yang lain:
وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَٰكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ ۚ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِيهِ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ ۚ مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ ۚ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا بَلْ رَفَعَهُ اللَّهُ إِلَيْهِ
“
... Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan ‘Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih faham tentang (pembunuhan) ‘Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah ‘Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat ‘Isa kepada-Nya... [An-Nisaa': 157-158]
Firman Allah Ta’ala, بَلْ رَفَعَهُ اللهُ إِلَيْهِ “Tetapi yang sebenarnya Allah telah mengangkat ‘Isa kepada-Nya,” menjelaskan bahwasanya beliau diangkat dengan badan juga ruhnya, sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits shahih bahwa dia akan turun dengan badan juga ruhnya, karena jika yang dimaksud pengangkatannya adalah kematiannya, niscaya Allah berfirman, “Tidaklah mereka membunuhnya, tidak juga menyalibnya, akan tetapi dia telah mati.”
Karena itulah di antara para ulama ada yang berkata إِنِّي مُتَوَفِّيْكَ “Kami mewafatkannya,” maknanya adalah memegangmu, yaitu memegang ruh dan jasadmu. Dikatakan dalam bahasa Arab (تَوَفَّيْتُ الْحِسَابَ وَاسْتَوْفِيْقَهُ) maknanya ada-lah mengambilnya.
Dan lafazh (اَلتَّوَفِّي) secara menyendiri tidak mengandung makna kematian ruh tanpa badan, tidak juga kematian keduanya secara bersamaan kecuali dengan qarinah (petunjuk) lainnya yang terpisah.
Bahkan terkadang bermakna tidur, sebagaimana diungkapkan dalam firman-Nya:
اللَّهُ يَتَوَفَّى الْأَنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا
“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya...” [Az-Zumar: 42]
Firman-Nya:
وَهُوَ الَّذِي يَتَوَفَّاكُمْ بِاللَّيْلِ وَيَعْلَمُ مَا جَرَحْتُمْ بِالنَّهَارِ
“Dan Dia-lah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari...” [Al-An’aam: 60]
Dan firman-Nya:
حَتَّىٰ إِذَا جَاءَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا
“... Sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh Malaikat-Malaikat Kami...” [Al-An’aam: 61]” [7]
Pembicaraan dalam pembahasan ini tidak bermaksud mengungkapkan diangkatnya ‘Isa Alaihissallam, tetapi hanya sekedar menjelaskan bahwa dia (‘Isa Alaihissallam) diangkat dengan jasad dan ruhnya, dan sesungguhnya dia masih hidup sampai sekarang di atas langit, dan akan turun di akhir zaman, serta akan diimani oleh orang-orang Ahlul Kitab yang ada pada waktu itu, sebagaimana difirmankan oleh Allah Ta’ala:
وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلَّا لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ
“Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (‘Isa) sebelum kematiannya...” [An-Nisaa': 159]
Ibnu Jarir rahimahullah berkata, “Ibnu Basyar meriwayatkan kepada kami, dia berkata, ‘Sufyan meriwayatkan kepada kami, dari Abu Hushain, dari Sa’id bin Jubair dari Ibnu ‘Abbas:
وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلَّا لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ
‘Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (‘Isa) sebelum kematiannya...’ [An-Nisaa': 159]
Dia berkata, ‘Maksudnya adalah sebelum kematian ‘Isa bin Maryam.’” [8]
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Ini adalah sanad yang shahih.” [9]
Kemudian Ibnu Jarir rahimahullah berkata setelah mengungkapkan berbagai pendapat tentang makna ayat ini, “Dan pendapat yang paling benar adalah pendapat yang mengatakan bahwa tafsiran ayat tesebut adalah “Dan tidak ada seorang pun di antara Ahlul Kitab yang tidak beriman kepada ‘Isa sebelum kematian ‘Isa.” [10]
Beliau meriwayatkan dengan sanadnya dari al-Hasan al-Bashri rahimahullah, bahwasanya dia berkata, “(Maknanya adalah) sebelum kematian ‘Isa. Demi Allah, sesungguhnya dia sekarang masih hidup di sisi Allah, akan tetapi jika dia turun, maka semua orang akan beriman kepadanya.” [11]
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Tidak diragukan bahwa yang dikatakan oleh Ibnu Jarir ini adalah pendapat yang benar, karena pendapat itulah yang dimaksud dari beberapa redaksi ayat dalam menetapkan kebathilan semua pengakuan Yahudi bahwa ‘Isa itu dibunuh dan disalib, kemudian diserahkannya kabar ini kepada orang-orang Nasrani yang bodoh. Maka Allah mengabarkan bahwa masalahnya tidak demikian, yang ada hanyalah seseorang yang diserupa-kan-Nya bagi mereka, sehingga mereka membunuh orang yang serupa dengan-nya (‘Isa) sementara mereka tidak mencari kebenaran akan hal itu, selanjutnya beliau diangkat kepada-Nya, dan sungguh, dia akan turun sebelum hari Kiamat, sebagaimana hadits-hadits mutawatir menunjukkan hal itu.” [12]
Beliau (Ibnu Katsir) menuturkan bahwa diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhuma juga yang lainnya bahwa Ibnu ‘Abbas menjadikan dhamir dalam firman-Nya قَبْلَ مَوْتِهِ kembali kepada Ahlul Kitab, dan beliau berkata, “Sesungguh-nya jika riwayat ini benar, niscaya akan bertentangan dengan penjelasan ini, akan tetapi yang benar di dalam makna dan sanad adalah yang telah kami jelaskan.” [13]
b. Dalil-Dalil Turunnya Nabi ‘Isa Alaihissallam Dalam as-Sunnah al-Mu-thahharah
Dalil-dalil dari as-Sunnah tentang turunnya ‘Isa Alaihissallam sangat banyak dan mutawatir, sebagian darinya telah kami uraikan, dan akan kami sebutkan di sini sebagian darinya karena khawatir akan terkesan terlalu panjang, di antaranya:
1). Diriwayatkan oleh asy-Syaikhani dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ؛ لَيُوْشِكُنَّ أَنْ يَنْزِلَ فِيْكُمْ ابنُ مَرْيَمَ حَكَمًا عَدْلاً، فَيَكْسُرُ الصَّلِيْبَ، وَيَقْتُلُ الْخِنْزِيْرَ، وَيَضَعُ الْحَرْبَ، وَيُفِيْضُ الْمَالَ حَتَّى لاَ يَقْبَلُهُ أَحَدٌ، حَتَّى تَكُوْنَ السَّجْدَةُ الْوَاحِدَةُ خَيْرًا مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا.
‘Demi Rabb yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh telah dekat turunnya putera Maryam di tengah-tengah kalian sebagai hakim yang adil, dia akan mematahkan salib, membunuh babi, menghentikan pe-perangan, dan melimpahkan harta, sehingga tidak seorang pun menerima-nya, hingga satu kali sujud lebih baik daripada dunia dan seisinya.’”
Kemudian Abu Hurairah Radhiyallahu anhu berkata, “Dan bacalah jika kalian menghendaki.
وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلَّا لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ ۖ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكُونُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا
‘Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (‘Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari Kiamat nanti ‘Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka.’ [An-Nisaa': 159]”[14]
Ini adalah penafsiran Abu Hurairah Radhiyallahu anhu untuk ayat tersebut bahwa yang dimaksud di dalam ayat ialah di antara Ahlul Kitab akan ada yang beriman kepada ‘Isa Alaihissallam sebelum beliau wafat. Hal itu terjadi tatkala beliau turun di akhir zaman, sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya.
2). Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan pula dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
كَيْفَ أَنْتُمُ إِذَا أُنْزِلَ ابْنُ مَرْيَمَ فِيْكُمْ وَإِمَامُكُمْ مِنْكُمْ؟!
‘Bagaimanakah kalian ketika putera Maryam diturunkan sedangkan (pemimpin) imam kalian dari kalangan kalian sendiri?!’” [15]
3). Muslim meriwayatkan dari Jabir Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Aku mendengar Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي يُقَاتِلُوْنَ عَلَى الْحَقِّ، ظَاهِرِيْنَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ؛ قَالَ: فَيَنْزِلُ عِيْسَى بْنُ مَرْيَمَ ، فَيَقُوْلُ أَمِيْرُهُمْ: صَلِّ لَنَا. فَيَقُوْلُ: لاَ؛ إِنَّ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضِ أُمَرَاءُ؛ تَكْرِمَةَ اللهِ هَذِهِ اْلأُمَّةَ.
“Senantiasa ada satu kelompok dari umatku yang berjuang membela ke-benaran, mereka selalu mendapatkan pertolongan sampai hari Kiamat.” Beliau berkata, “Lalu ‘Isa bin Maryam Alaihissallam turun, pemimpin mereka ber-kata, ‘Shalatlah mengimami kami.’ Beliau berkata, ‘Tidak, sesungguhnya sebagian dari kalian adalah pemimpin bagi yang lainnya, sebagai kemuliaan yang Allah berikan kepada umat ini.’” [16]
4). Telah dijelaskan sebelumnya hadits Hudzaifah bin Asid tentang tanda-tanda besar Kiamat, di dalamnya diungkapkan:
وَنُزُوْلُ عِيْسىَ بْنِ مَرْيَمَ.
“Dan turunnya ‘Isa bin Maryam Alaihissallam.” [17]
5). Al-Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
اَلأَنْبِيَاءُ إِخْوَةٌ لِعَلاَّتٍ، أُمَّهَاتُهُمْ شَتَّى وَدِيْنُهُمْ وَاحِدٌ، وَإِنِّي أَوْلَى النَّاسِ بِعِيْسَـى بْنِ مَرْيَمَ؛ لأَنَّهُ لَمْ يَكُنْ بَيْنِـيْ وَبَيْنَهُ نَبِيٌّ، وَإِنَّهُ نَازِلٌ، فَإِذَا رَأَيْتُمُوْهُ؛ فَاعْرِفُوْهُ.
“Para Nabi adalah saudara seayah, ibu-ibu mereka berbeda-beda, akan tetapi agama mereka satu. Sesungguhnya aku adalah orang yang paling berhak (dekat) kepada ‘Isa bin Maryam, karena tidak ada Nabi di antaraku dan dia. Dan sesungguhnya dia akan turun, jika kalian melihatnya, maka kenalilah dia!” [18]
[Http://Cerkiis.blogspot.com, artikel: almanhaj. Disalin dari kitab Asyraathus Saa'ah, Penulis Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil, Daar Ibnil Jauzi, Cetakan Kelima 1415H-1995M, Edisi Indonesia Hari Kiamat Sudah Dekat, Penerjemah Beni Sarbeni, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir]
Footnote
[1]. Tafsiir al-Qurthubi (XVI/105), dan lihat Tafsiir ath-Thabari (XXV/90-91).
[2]. Musnad Ahmad (IV/329, no. 2921) tahqiq Ahmad Syakir, beliau berkata, “Sanadnya shahih.”
[3]. Tafsiir Ibni Katsir (VII/222).
[4]. Lihat Tafsiir Ibni Katsir (VII/223).
[5]. Yaitu, turun secara hakiki, tidaklah yang dimaksud dengan turun dan hukum yang diterapkan di bumi di akhir zaman hanya sekedar perumpamaan dominasi ruh dan rahasianya risalah beliau terhadap manusia, berkasih sayang, saling mencintai, kedamaian dan mengambil segala tujuan hukum tanpa memahami zhahirnya, maka sesungguhnya hal itu bertentangan dengan hadits-hadits yang mutawatir bahwa ‘Isa akan turun dengan ruh dan jasadnya, sebagaimana ia diangkat dengan ruh dan jasadnya Alaihissallam.
[6]. Lihat perkataan Syaikh Muhammad ‘Abduh dalam Tafsiir al-Manaar (III/317).
[7]. Majmuu’ al-Fataawaa (IV/322-323).
[8]. Tafsiir ath-Thabari (VI/18).
[9]. An-Nihaayah/al-Fitan wal Malaahim (I/131).
Dan atsar Ibnu ‘Abbas dishahihkan oleh Ibnu Hajar dalam al-Fat-h (VI/492).
[10]. Tafsiir ath-Thabari (VI/21).
[11]. Tafsiir ath-Thabari (I/18).
[12]. Tafsiir Ibni Katsir (II/415).
[13]. An-Nihaayah/al-Fitan wal Malaahim (I/137).
[14]. Shahiih al-Bukhari, kitab Ahaadiitsul Anbiyaa', bab Nuzuulu ‘Isa bin Maryam Alaihissallam (VI/490-491, al-Fat-h), dan Shahiih Muslim, bab Nuzuulu ‘Isa bin Maryam Shallallaahu 'alaihi wa Sallaam Haakiman (II/189-191, Syarh an-Nawawi).
[15]. Shahiih al-Bukhari, kitab Ahaadiitsul Anbiyaa', bab Nuzuulu ‘Isa bin Maryam Alaihissallam (VI/491, al-Fat-h), dan Shahiih Muslim, bab Nuzuulu ‘Isa bin Maryam Shallallaahu 'alaihi wa Sallam Haakiman (II/193, Syarh an-Nawawi).
[16]. Shahiih Muslim, bab Nuzuulu ‘Isa bin Maryam Shallallaahu 'alaihi wa Sallam Haakiman (II/193-194, Syarh an-Nawawi).
[17]. Shahiih Muslim, kitab al-Fitan wa Asyraathus Saa’ah (XVIII/27-28, Syarh an-Nawawi).
[18]. Musnad Ahmad (II/406, catatan pinggir kitab Muntakhab al-Kanz).