Sabtu, 06 Januari 2018

Pasal Kedua : Tempat Keluarnya Dajjal, Dajjal Tidak Akan Memasuki Makkah Dan Madinah

Pasal Kedua : Tempat Keluarnya Dajjal, Dajjal Tidak Akan Memasuki Makkah Dan Madinah

KITAB : HARI KIAMAT (2)

Pasal Kedua AL-MASIH AD-DAJJAL

Oleh Dr. Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil

5. Tempat Keluarnya Dajjal
Dajjal akan keluar dari arah timur, dari Khurasan[1], dari perkampungan Yahudi Ashbahan [2], kemudian ia mengembara di atas bumi, tidak ada satu negeri pun yang ditinggalkannya kecuali Makkah dan Madinah, dia tidak akan bisa memasukinya karena para Malaikat menjaganya.

Dalam hadits Fathimah binti Qais terdahulu dijelaskan bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda mengenai Dajjal:

أَلاَ إِنَّهُ فِيْ بَحْرِ الشَّامِ، أَوْ بَحْرِ الْيَمَنِ، لاَ، بَلْ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ مَا هُوَ، مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ مَا هُوَ (وَأَوْمَأَ بِيَدِهِ إِلَى الْمَشْرِقِ).

“Ketahuilah sesungguhnya dia (Dajjal) berada di laut Syam, atau lautan Yaman. Oh tidak, bahkan (ia akan datang) dari arah timur. Dari arah timur?” (Dan beliau memberikan isyarat dengan tangannya ke arah timur).[3]

Diriwayatkan dari Abu Bakar ash-Shiddiq Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam meriwayatkan hadits kepada kami, beliau bersabda:

اَلدَّجَّالُ يَخْرُجُ مِنْ أَرْضٍ بِالْمَشْرِقِ؛ يُقَالُ لَهَا: خُرَاسَانُ.

‘Dajjal akan keluar dari bumi di arah timur yang dinamakan Khurasan.’” [4]

Dan diriwayatkan dari Anas Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

يَخْرُجُ الدَّجَّالُ مِنْ يَهُوْدِيَّةِ أَصْبَهَانَ مَعَهُ سَبْعُوْنَ أَلْفًا مِنَ الْيَهُوْدَ.

Dajjal akan keluar dari perkampungan Yahudi Ashbahan, bersamanya ada tujuh puluh ribu orang Yahudi.” [5]

Ibnu Hajar berkata, “Adapun mengenai tempat di mana Dajjal akan keluar? Maka dia keluar dari arah timur secara pasti.” [6]

Ibnu Katsir berkata, “Maka pertama kali dia muncul dari Ashbahan, dari sebuah kampung yang bernama al-Yahuudiyyah.” [7]

6. Dajjal Tidak Akan Memasuki Makkah dan Madinah
Diharamkan kepada Dajjal untuk memasuki Makkah dan Madinah ketika dia keluar di akhir zaman berdasarkan hadits-hadits shahih yang menjelaskan hal itu. Adapun negeri-negeri lainnya, maka sesungguhnya Dajjal akan memasukinya satu persatu.

Dijelaskan dalam hadits Fathimah binti Qais Radhiyallahu anhuma, bahwa Dajjal mengatakan, “Lalu aku bisa keluar. Aku akan berjalan di muka bumi, maka tidak akan aku tinggalkan satu kampung pun kecuali aku singgah kepadanya dalam waktu empat puluh malam, selain Makkah dan Thaibah (Madinah al-Munawarah), keduanya diharamkan untukku, setiap kali aku hendak masuk ke salah satu darinya, maka Malaikat akan menghadangku dengan pedang yang terhunus yang menghalangiku untuk memasukinya, dan di setiap lorong darinya ada Malaikat yang menjaganya.” [8]

Dan telah tetap (pada sebuah riwayat) bahwasanya Dajjal tidak akan memasuki empat masjid: Masjidil Haram, Masjid Madinah, Masjid ath-Thuur, dan Masjidil Aqsha.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Junadah bin Abi Umayyah al-Azdi, dia berkata, “Aku dan seseorang dari kalangan Anshar pergi menemui seseorang dari kalangan Sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu kami berkata, “Ceritakanlah kepada kami apa-apa yang engkau dengarkan dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang bercerita tentang Dajjal… (lalu dia menuturkan hadits, dan berkata), “Sesungguhnya dia akan berdiam di muka bumi selama empat puluh hari dalam waktu tersebut dia akan mencapai setiap sumber air dan tidak akan mencapai empat masjid: Masjidil Haraam, Masjid Madinah, Masjid ath-Thuur, dan Masjid al-Aqsha.” [9]

Adapun yang terdapat dalam riwayat al-Bukhari dan Muslim[10] bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam melihat seorang laki-laki dengan rambut keriting, buta sebelah matanya, dia meletakkan kedua tangannya di atas kedua pundak seorang laki-laki untuk melakukan thawaf, lalu beliau bertanya tentangnya? Mereka (para Malaikat) menjawab, “Sesungguhnya dia adalah Masihud Dajjal.” Hadits ini bisa dijawab dengan pernyataan bahwa larangan Dajjal masuk ke dalam Makkah dan Madinah hanya terjadi ketika dia keluar di akhir zaman, wallahu a’lam.[11]

7. Pengikut Dajjal
Pengikut Dajjal yang paling banyak adalah orang-orang Yahudi, ‘Ajam, bangsa Turk, dan manusia dari berbagai bangsa dan golongan, sebagian besar mereka adalah orang-orang Arab dusun juga para wanita.

Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

يَتْبَعُ الدَّجَّالَ مِنْ يَهُوْدِ أَصْبَهَانَ، سَبْعُوْنَ أَلْفًا، عَلَيْهِمُ الطَّيَالِسَةُ.

“Orang-orang Yahudi Ashbahan yang akan mengikuti Dajjal sebanyak tujuh puluh ribu, mereka mengenakan jubah tebal dan bergaris.”[12]

Sedangkan dalam riwayat Imam Ahmad:

سَبْعُوْنَ أَلْفًا عَلَيْهِمُ التِّجَانُ.

“Delapan puluh ribu orang, mereka mengenakan topi perang.” [13]

Dan diriwayatkan dalam hadits Abu Bakar Radhiyallahu anhu terdahulu:

يَتْبَعُهُ أَقْوَامٌ كَأَنَّ وُجُوْهَهُمُ الْمَجَانُّ الْمُطْرَقَةُ.

“Dajjal akan diikuti oleh beberapa kaum, wajah-wajah mereka seperti tameng yang dilapisi kulit.” [14]

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Nampaknya -wallaahu a’lam- bahwa yang dimaksud dengan bangsa Turk adalah para pembantu Dajjal.” [15]

Kami katakan: Demikian pula orang-orang ‘Ajam, sebagaimana dijelaskan sifat mereka dalam hadits Abu Hurairah Radhiyallahu anhu:
لاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّـى تُقَاتِلُوْا خُوْزًا وَكَرْمَانَ مِنَ اْلأَعَاجِـمِ، حُمْرَ الْوُجُوْهِ، فُطْسَ اْلأُنُوْفِ، صِغَـارَ اْلأَعْيُـنِ، كَأَنَّ وُجُوْهَهُمُ الْمَجَانُّ الْمُطْرَقَةُ، نِعَالُهُمُ الشَّعْرُ.

“Tidak akan tegak hari Kiamat hingga kalian memerangi bangsa Khuz dan Karman dari kalangan ‘Ajam, wajah mereka merah, hidungnya pesek, matanya sipit, wajah mereka seperti tameng yang dilapisi kulit, dan terompah-terompah mereka terbuat dari bulu.” [16]

Adapun pernyataan bahwa kebanyakan pengikut mereka dari kalangan Arab karena sesungguhnya kebodohan telah menyelimuti mereka, juga berdasarkan sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits Abu Umamah yang panjang:

وَإِنَّ مِنْ فِتْنَتِهِ -أَيْ: الدَّجَّالُ- أَنْ يَقُوْلَ لِلأَعْرَابِيِّ: أَرَأَيْتَ إِنْ بَعَثْتُ لَكَ أَبَاكَ وَأُمَّكَ؛ أَتَشْهَدُ أَنِّي رَبُّكَ؟ فَيَقُوْلُ: نَعَمْ. فَيَتَمَثَّلُ لَهُ شَيْطَانَانِ فِيْ صُوْرَةِ أَبِيْهِ وَأُمِّهِ، فَيَقُوْلاَنِ: يَا بُنَيَّ! اِتَّبِعْهُ؛ فَإِنَّهُ رَبُّكَ.

“Dan di antara fitnahnya -yakni fitnah Dajjal- bahwa dia berkata kepada orang Arab kampung, ‘Bagaimana pendapatmu jika aku membangkitkan bapak dan ibumu untukmu, apakah engkau mau bersaksi bahwasanya aku adalah Rabb-mu?’ Dia berkata, “Ya.” Lalu dua syaitan menjelma menjadi bapak dan ibunya, keduanya berkata, ‘Wahai anakku! Ikutilah dia karena dia adalah Rabb-mu.’”[17]

Adapun para wanita, maka keadaan mereka lebih parah daripada keadaan orang-orang Arab kampung karena tabi’at mereka yang cepat terpengaruh dan kebodohan yang menyelimuti mereka. Dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan dari ‘Umar Radhiyallahu anhuma, dia berkata, “Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

يَنْزِلُ الدَّجَّالُ فِيْ هَذِهِ السَّبْخَةِ بِمِرْقَنَاةَ، فَيَكُوْنُ أَكْثَرُ مَنْ يَخْرُجُ إِلَيْهِ النِّسَاءُ، حَتَّـى إِنَّ الرَّجُلَ يَرْجِعُ إِلَى حَمِيْمِهِ وَإِلَى أُمِّهِ وَابْنَتِهِ وَأُخْتِهِ وَعَمَّتِهِ فَيُوْثِقُهَا رِبَاطًا؛ مَخَافَةَ أَنْ تَخْرُجَ إِلَيْهِ.

‘Dajjal akan turun pada tanah lembab di Mirqanah ini, maka orang yang paling banyak keluar bersamanya adalah para wanita, sehingga seseorang kembali kepada mertuanya, kepada ibunya, anak puterinya, saudara perempuannya dan bibinya, lalu dia menguatkan hati-hati mereka sebab khawatir mereka keluar bersamanya.’” [19]

[Cerkiis.blogspot.com, artikel: almanhaj. Disalin dari kitab Asyraathus Saa'ah, Penulis Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil, Daar Ibnil Jauzi, Cetakan Kelima 1415H-1995M, Edisi Indonesia Hari Kiamat Sudah Dekat, Penerjemah Beni Sarbeni, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir]

Footnote
[1]. Khurasan. Sebuah negeri luas di sebelah timur. Di dalamnya ada beberapa negara bagian, di antara-nya Naisabur, Harah, Marwa, Balkha, juga kota-kota yang berada di dalamnya selain sungai Jaihun.
Lihat Mu’jamul Buldaan (II/350).
[2]. Ashbahan. Yaqut berkata, “Kota Ashbahan ada di tempat yang terkenal, yaitu Jayy, tempat ter-sebut sekarang ini terkenal dengan sebutan Syahrastan dan dengan sebutan al-Madinah, lalu ketika Buktanshar (raja Romawi) menuju Baitul Maqdis dan mengambilnya juga menawan penduduknya, maka dia membawa orang-orang Yahudi bersamanya, lalu menetapkannya di Ashbahan, kemudian mereka membangun sebuah tempat di ujung kota Jayy dan menetap di sana, lalu dinamakan Yahudiyyah (perkampungan Yahudi)... maka kota Ashbahan sekarang ini adalah Yahudiyyah.
Lihat Mu’jamul Buldaan (I/208).
[3]. Shahiih Muslim (XVIII/83, Syarh an-Nawawi).
[4]. Jaami at-Tirmidzi, bab Ma Jaa-a min Aina Yakhrujud Dajjal? (VI/495, Tuhfatul Ahwadzi). Al-Albani berkata, “ Shahih,” Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir (III/150, no. 3398).
[5]. Al-Fathur Rabbaani Tartiib Musnad Ahmad (XXIV/73). Ibnu Hajar berkata, “Shahih,” Fat-hul Baari (XIII/328).
[6]. Fat-hul Baari (XIII/91).
[7]. An-Nihaayah/al-Fitan wal Malaahim (I/128), tahqiq Dr. Thaha Zaini.
[8]. Shahiih Muslim, kitab al-Fitan wa Asyraathus Saa’ah, bab Qishashatud Dajjal (XVIII/83, Syarh an-Nawawi).
[9]. Al-Fathur Rabbani (XXIV/76, Tartiibus Saa’aati).
Al-Haitsami berkata, “Diriwayatkan oleh Ahmad, dan perawinya adalah perawi ash-Shahiih.” Majmaa’uz Zawaa-id (VII/343). Ibnu Hajar berkata, “Para Perawinya adalah tsiqah.” Fat-hul Baari (XIII/105).
[10]. Shahiih al-Bukhari, kitab Ahaadiitsul Anbiyaa’ bab Qaulullahi Ta’aala Wadzkur fil Kitaabi Maryam (VI/477, al-Fat-h), dan Shahiih Muslim, kitab al-Iimaan, bab Dzikrul Masiih ibni Maryam wal Masiihid Dajjal (II/233-235, Syarh an-Nawawi).
[11]. Lihat Syarh an-Nawawi li Shahiih Muslim (II/224), dan Fat-hul Baari (VI/488-489).
[12]. Shahiih Muslim, kitab al-Fitan wa Asyraathus Saa’ah, bab fi Baqiyyati min Ahaadiitsid Dajjal (XVIII/ 85-86, Syarh an-Nawawi).
[13]. Al-Fathur Rabbani Tartiibul Musnad (XXIV/73). Hadits ini shahih, lihat Fat-hul Baari (XIII/238).
[14]. HR. At-Tirmidzi dan telah terdahulu takhrijnya.
[15]. An-Nihaayah/al-Fitan wal Malaahim (I/117) tahqiq Dr. Thaha Zaini.
[16]. Shahiih al-Bukhari, kitab al-Manaaqib bab ‘Alaamatun Nubuwwah (VI/604, al-Fat-h).
[17]. Sunan Ibni Majah, kitab al-Fitan, bab Fitnatud Dajjal wa Khuruuju ‘Isa bin Maryam wa Khuruuju Ya'-juj dan Ma'-juuj (II/1359-1363), hadits ini shahih. Lihat Shahiih al-Jaami’ish Shaaghiir (VI/273-277, no. 7753).
[18]. Mirqanah adalah sebuah lembah di Madinah dari arah Tha-if, seseorang melewatinya di ujung kedatangannya, tegasnya di ujung kuburan para syuhada Uhud. Lihat Mu’jamul Buldaan (IV/401).
[19]. Musnad Ahmad (VII/190, no. 5353) tahqiq Ahmad Syakir, dia berkata, “Sanadnya shahih.”