Rabu, 27 November 2019







Buka-bukaan aurat dan ketelanjangan adalah budaya Arab jahiliyah

Allah ta'ala berfirman:

وَإِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً قَالُوا وَجَدْنَا عَلَيْهَا آبَاءَنَا وَاللَّهُ أَمَرَنَا بِهَا قُلْ إِنَّ اللَّهَ لا يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ

"Dan apabila mereka melakukan perbuatan fahisyah, mereka berkata: "Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh kami mengerjakannya" (QS. Al A'raf: 28).





⚠ Kesempatan Kedua ⚠

✍ Kesempatan kedua itu bukanlah ketika engkau pertama kali mendapatkan hidayah setelah sebelumnya engkau lalai.



Ayah

Seorang laki-laki mengadukan perihal Ayahnya kepada Rasulullah shalalloohu alaihi wa sallam. Maka Rasulullah shalalloohu alaihi wa sallam pun bersabda,

الْوَالِدُ أَوْسَطُ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ، فَإِنْ شِئْتَ فَأَضِعْ ذَلِكَ الْبَابَ أَوِ احْفَظْهُ

"Ayah (Al Walid) itu adalah pintu surga yang paling tengah.

Sekarang terserah kepadamu, apakah engkau hendak mengabaikan pintu itu, ataukah engkau hendak menjaga pintu itu."

[Hr. At Tirmidzi, hadits no. 1900, Shahih]

Merayakan Kematian Nabi ?


Tatkala kita menemukan ada ulama' yang berfatwa menurut kita gharib, hendaknya kita tidak bermudah berucap:

"Ucapan Ulama' Bukan Dalil"


Hadis Abu Hurairah Ada yang Hilang?

Segudang Hadis Abu Hurairah yang Hilang?

📚 Segudang Hadis Abu Hurairah yang Hilang?

❓ Tanya :
Benarkah ada hadis Abu Hurairah yang hilang?
Dalam arti secara sengaja tidak disampaikan Abu Hurairah.

Dan benarkah alasan orang sufi bahwa itu dalil adanya ilmu batin.

Senin, 11 November 2019

Islam Adalah Agama Yang Mudah


ISLAM ADALAH AGAMA YANG MUDAH[1]

Oleh Al-Ustadz Yazid bin ‘Abdul Qadir Jawas حفظه الله

Islam adalah agama yang mudah dan sesuai dengan fitrah manusia. Islam adalah agama yang tidak sulit. Allah Azza wa Jalla menghendaki kemudahan kepada umat manusia dan tidak menghendaki kesusahan kepada mereka. Allah Azza wa Jalla mengutus Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai rahmat.

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ

“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam” [Al-Anbiyaa’/21:107]

Minggu, 10 November 2019

Istiqâmah Di Atas Al-Qur’an Dan Sunnah Jalan Keselamatan


ISTIQAMAH DI ATAS AL-QUR’AN DAN SUNNAH JALAN KESELAMATAN

Istiqâmah di atas sunnah adalah keinginan setiap orang yang benar-benar beriman yang berharap bisa meraih ridha Allâh Azza wa Jalla dan kebahagiaan akhirat serta takut terhadap murka Allâh Azza wa Jalla. Konsisten di atas ketaatan sampai tutup usia adalah kenikmatan tiada tara bagi orang yang beriman. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa ada seorang lelaki yang bertanya kepada baginda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , “Siapakah manusia terbaik itu?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:

مَنْ طَالَ عُمْرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ

orang yang panjang umurnya dan amal perbuatannya bagus

Ambillah Akidah Dari Al-Qur’an Dan As-Sunnah Yang Shahih


AMBILLAH AKIDAH DARI AL-QUR’AN DAN AS-SUNNAH YANG SHAHIH

Masalah akidah atau keimanan adalah masalah yang paling mendasar dan urgen dalam agama Islam. Masalah akidah dan keimanan merupakan masalah ghaib yang tidak bisa diketahui secara mendetail kecuali dengan hidayah atau bimbingan wahyu Allâh Azza wa Jalla yang diturunkan kepada umat manusia melalui para utusan-Nya. Oleh karena itu, kita disyari’atkan untuk selalu memohon dan memperbanyak permohonan hidayah (petunjuk) dan taufiq kepada-Nya.

Syariat Allâh Azza Wa Jalla Wajib Dicintai, Tidak Dibenci


SYARIAT ALLAH AZZA WA JALLA WAJIB DICINTAI, TIDAK DIBENCI

Diantara syarat diterimanya syahadat seseorang adalah dia siap menerima dan mencintai yang menjadi konesekuensi dari syahadat yang diikrarkan.

Oleh karena itu, seorang Mukmin wajib mencintai semua yang datang dari Allâh Azza wa Jalla dan rasul-Nya. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Sesungguhnya jawaban oran-orang Mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allâh dan rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. “Kami mendengar, dan kami patuh.” Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. [An-Nûr/24:51]

Meniti As-Shirât Al-Mustaqîm


MENITI AS-SHIRAT AL-MUSTAQIM

Allâh Azza wa Jalla berfirman:

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ﴿٦﴾صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ

Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. [Al-Fâtihah/1:6-7]

Apa Yang Dimaksud As-Shirât Al-Mustaqîm Itu?


MENITI AS-SHIRAT AL-MUSTAQIM

2. Apa Yang Dimaksud As-Shirât Al-Mustaqîm Itu?

As-Shirât al-mustaqîm (jalan lurus) adalah jalan yang tidak berkelok, tidak miring, tidak menyimpang ke kiri maupun ke kanan. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قَدْ تَرَكْتُكُمْ عَلَى الْبَيْضَاءِ، لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا، لَا يَزِيغُ عَنْهَا بَعْدِي إِلَّا هَالِكٌ

Saya telah tinggalkan kalian di atas al-baidha’ (agama dan hujjah yang sangat jelas), malamnya seperti siangnya, tidak ada yang tersesat darinya sepeninggalku kecuali dia akan binasa[1]

Halangan Dan Rintangan Dalam Menyusuri As-Shirât Al-Mustaqîm (Jalan Yang Lurus)



MENITI AS-SHIRAT AL-MUSTAQIM

3. Halangan Dan Rintangan Dalam Menyusuri As-Shirât Al-Mustaqîm (Jalan Yang Lurus)

Wahai orang yang menempuh jalan lurus ini! Seyogyanya Anda tahu bahwa di hadapan saudara ada rintangan yang siap menghalangi perjalanan saudara dan berupaya menghentikannya. Rintangan tersebut ada tiga yang di dalam surat al-Fâtihah (yang selalu kita baca-red) itu ada petunjuk yang agung dan penuh berkah tentang cara menyelamatkan diri dari ketiga rintangan tersebut. Para ahli ilmu juga sudah sering mengingatkan dan menasehati umat manusia agar berhati-hati supaya tidak terjatuh di dalamnya. Berdasarkan kadar bahayanya, rintangan-rintangan itu bisa diurutkan:

Syirik, menyekutukan Allâh Azza wa Jalla
Bid’ah
Maksiat


Dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu, dia mengatakan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambar satu garis (lurus) untuk kami, kemudian Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Ini adalah jalan Allâh” Lalu Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menggmbar lagi beberapa garis di sebelah kanan dan kirinya dan mengatakan, “Ini beberapa jalan tercerai berai, di atas setiap jalan ini ada syaitan yang menyeru dan mengajak kepada jalannya,” kemudian Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat:

وَأَنَّ هَٰذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ

Dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), Karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalannya. [Al-An’am/6:153]

Siapakah Orang Yang Berjalan Di Atas Ash-Shirât Al-Mustaqîm?


MENITI AS-SHIRAT AL-MUSTAQIM

4. Siapakah Orang Yang Berjalan Di Atas Ash-Shirât Al-Mustaqîm?

Orang-orang yang berjalan di atas ash-shirât yang mendapatkan anugerah kenikmatan yaitu orang-orang yang disebutkan dalam firman Allâh Azza wa Jalla :

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَٰئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُولَٰئِكَ رَفِيقًا

Dan barangsiapa yang mentaati Allâh dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allâh, yaitu: Nabi-nabi, para shiddîqîn, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shaleh. dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. [An-Nisa’/4:69]

Introspeksi Diri


INTROSPEKSI DIRI[1]

Hendaklah kita senantiasa bertaqwa kepada Allah Azza wa Jalla dan hendaklah kita khawatir dengan suatu hari dimana tidak ada seorangpun yang bisa menolong orang lain selain amalannya. Kala itu amallah yang menjadi penentu kebahagian dan kesengsaran seseorang, jika dia beruntung maka kebahagiaan abadi akan menjadi miliknya sebaliknya jika merugi maka kesengsaraan tak terperikan akan menimpa.

Penistaan Agama


PENISTAAN AGAMA

Pengagungan terhadap Allâh dan Rasul-Nya, mengikat dirinya dengan syariat-Nya dan ridha dengan hukum-hukum Islam adalah indikasi keimanan dan ketakwaan seseorang itu baik, sebagaimana dijelaskan oleh Allâh Azza wa Jalla dalam firman-Nya:

فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. [An-Nisâ/4:65]

Fenomena Penistaan Terhadap Agama


FENOMENA PENISTAAN TERHADAP AGAMA

Mencaci Allâh Subhanahu wa Ta’ala , atau mencerca agama-Nya, bersikap lancang dengan menanggalkan sikap pengagungan dan pemuliaan yang menjadi hak Allâh, mencerca dan mengalamatkan kata-kata brutal terhadap Allâh yang mana langit dan bumi pun akan hancur berkeping-keping kala mendengarnya! Pun, kata-kata yang dituntunkan syetan untuk diucapkan lidah orang-orang yang tidak mengagungkan Allâh dengan pengagungan yang sebenarnya dan tidak tidak mau tunduk pada perintah-Nya. Ini semua merupakan di antara hal yang bertentangan dengan pengagungan dan pemuliaan terhadap Allâh. Suatu hal yang meremehkan kebesaran-Nya dan menentang perintah-Nya. Suatu fenomena yang begitu menyeruak di masa sekarang ini di kalangan banyak manusia. Yaitu mereka yang lalai, yang tidak mengerti tentang Allâh dan keagungan-Nya. Dan sebelum itu semua, mereka adalah orang-orang yang membuat perintah dan larangan Allâh diabaikan dan terbengkalai.

Sabtu, 09 November 2019

Mencela Agama Islam Karena Marah, Salah Ucap Atau Tidak Sengaja


MENCELA AGAMA ISLAM KARENA MARAH, SALAH UCAP ATAU TIDAK SENGAJA

Tidak diragukan lagi istihza’ (menghina) agama Islam, menghina Allâh Azza wa Jalla, menghina Rasûlullâh, menghina al-Qur’an atau syari’at Islam adalah perbuatan dosa besar yang bisa menyeret pelakunya menjadi kafir dan dihukumi murtad. Namun, bagaimana jika ucapan penghinaan itu terucapkan dalam kondisi sangat marah atau terlontar karena salah ucap atau tidak bermaksud menghina? Apakah tetap dihukumi murtad?

Penghina Agama Dan Hukumannya


PENGHINA AGAMA DAN HUKUMANNYA

Oleh Ustadz Kholid Syamhudi Lc

Sikap dan tabiat “menghina” atau “menistakan” adalah akhlak para musuh Allâh Azza wa Jalla yang menjadi akhlak orang kafir dan munafiqin. Oleh karena itu, Allâh Azza wa Jalla menjelaskannya secara jelas kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabatnya dalam banyak ayat dan peristiwa. Dalam sejarah kehidupan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah terjadi dalam peristiwa perang Tabuk, kaum munafikin menghina para Sahabat Radhiyallahu anhum. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai seorang yang paling sayang kepada manusia waktu itu tidak memaafkan dan tidak menerima uzur para penghina tersebut, bahkan tidak melihat alasan mereka sama sekali yang mengaku melakukannya sekedar bermain dan bercanda. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam membacakan wahyu yang turun dari langit yang diabadikan dalam al-Qur`an, Firman Allâh Azza wa Jalla :

لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ ۚ إِنْ نَعْفُ عَنْ طَائِفَةٍ مِنْكُمْ نُعَذِّبْ طَائِفَةً بِأَنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ

Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab:”Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah:”Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasûl-Nya kamu selalu berolok-olok?”. Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami mema’afkan segolongan dari kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengadzab golongan (yang lain) di sebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa. [At-Taubah/9:66]

Raih Keamanan Dengan Iman Dan Do’a


RAIH KEAMANAN DENGAN IMAN DAN DO’A

Keamanan adalah dambaan dan harapan semua orang dari berbagai kalangan serta professi, dimanapun dan kapanpun. Kepada Negara, pejabat negara, guru, pelajar, para pelaku bisnis, nelayan, petani dan lain sebagainya membutuhkan keamanan dan situasi untuk merealisasikan tujuan masing-masing. Untuk itu, pikiran dicurahkan untuk mencari ide cemerlang demi meraih keamanan. Namun sejalan dengan perbedaan latar belakang dan cara pandang, maka penilaian terhadap tolok ukur kemanan dan bagaimana meraihnya juga berbeda.

Meyakini Dan Mengamalkan Dalil, Bukan Mencari-Cari Dalil


MEYAKINI DAN MENGAMALKAN DALIL, BUKAN MENCARI-CARI DALIL

Oleh Ustadz Muhammad Ashim bin Musthofa Lc

Kewajiban seorang Muslim, tidaklah berbicara atau berpendapat hingga mengikuti apa yang difirmankan oleh Allâh Azza wa Jalla dan disabdakan oleh Rasul-Nya. Sikap ketundukan dan ketaatan tersebut sebagai pengamalan firman Allâh Azza wa Jalla :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allâh dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allâh. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. [al-Hujurât/49:1].

Bagaimana Dengan Hadits-Hadits Yang Tidak Terdapat Dalam Shahih Al-Bukhâri Dan Shahih Muslim?


BAGAIMANA DENGAN HADITS-HADITS YANG TIDAK TERDAPAT DALAM SHAHIH AL-BUKHARI DAN SHAHIH MUSLIM

Pertanyaan :
Assalaamulaikum. Saya mau bertanya kepada tim redaksi majalah As-Sunnah tentang perawi al-Bukhâri dan Muslim. Apakah hadits-hadits yang diriwayatkan oleh selain imam al-Bukhâri dan imam Muslim seperti imam an-Nasa’i, at-Tirmidzi, Ahmad, Abu Daud dan oleh imam-imam yang lainnya tidak didapatkan oleh kedua perawi di atas ataukah hadits-hadits itu banyak cacatnya sehingga imam al-Bukhari dan imam Muslim tidak memasukkannya ke dalam periwayatan mereka? Mohon penjesan dari tim majalah As-Sunnah, majalah yang sangat cintai ini.

Jumat, 08 November 2019

Tokoh Yang Baik Atau Yang Buruk


TOKOH YANG BAIK ATAU YANG BURUK

Semua orang pasti ingin terhindar dari segala yang tidak menyenangkan, di dunia apalagi di akhirat kelak. Namun tidak semua orang memiliki kemampuan yang cukup untuk mengetahui cara menghindarkan diri atau menyelamatnya. Akhirnya, ia memilih untuk mengikuti orang yang dipandang bisa menuntunnya. Di sini, saat seseorang menentukan panutan dia harus berhati-hati agar tidak menyesal akhirnya. Karena panutan atau orang yang ditokohkan itu, ada yang memang layak untuk itu tapi ada juga tidak.

Masa Depan Islam


MASA DEPAN ISLAM

Oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

هُوَ الَّذى أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِا لْهُدَى وَدِيْنِ الْْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْن

“Dia-lah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur’an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai”. [At-Taubah/9 : 33].

Janganlah Berbuat Kerusakan di Muka Bumi


JANGANLAH BERBUAT KERUSAKAN DI MUKA BUMI

Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas حفظه الله

وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا ۚ إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ

Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi, setelah (diciptakan) dengan baik. Berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allâh sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat kebaikan. [al-A’râf/7:56]



Bahaya Ghibah


Bahaya Ghibah

Wanita cemburu itu wajar bukan? Iya wajar, bunda Aisyah saja pernah cemburu.

Akan tetapi Rasulullah shalalloohu alaihi wa sallam, menanggapi kecemburuan bunda Aisyah dengan sikap yang berbeda ketika itu dilakukan dengan cara ghibah dan bukan dengan cara ghibah.


Berbekalah,

 Walaupun hanya menyingkirkan
 ranting / duri di jalan.

 Jangan sampai kalian mati
 tidak membawa bekal (amal) apapun

 Dan matilah dalam keadaan Islam
 tanpa menyekutukan Allah


🌐  WA Group : 08561456012
🌐  Webs : Cerkiis.blogspot.com

Futur

Tanda awal diri seseorang mulai futur adalah ketika ia sudah malas untuk belajar agama. Malas kajian, malas membaca buku-buku agama yang dulunya ia sangat sukai dan bersemangat untuk melakukannya.


Jika Keduanya Baik, Baik Pula Selainnya


Seorang Tabi'in, Imam Yunus bin Ubaid rahimahullah berkata,

“Ada dua hal yang jika keduanya baik pada diri seorang hamba, akan baik pula selainnya.

Dua hal tersebut adalah Sholatnya dan Lisannya.”

[ حلية الأولياء ٢ / ٢٩٨ ]


🌐  WA Group : 08561456012
🌐  Cerkiis.blogspot.com

Rambut Rontok


Rambut Rontok

📃 Soal :

Apakah rambut Wanita yang rontok termasuk Aurat? jika rambut kita rontok lalu kita sapu keluar Rumah apakah boleh?


Di antara hikmah mengapa kisah Bani Israil paling banyak diceritakan oleh Allah kepada kita adalah karena ada banyak kemiripan antara karakter Bani Israil dengan karakter banyak kaum muslimin, terlebih lagi kaum muslimin zaman sekarang.

Kamis, 07 November 2019

Segudang Hadis Abu Hurairah yang Hilang?


Segudang Hadis Abu Hurairah yang Hilang?

Tanya :
Benarkah ada hadis Abu Hurairah yang hilang?
Dalam arti secara sengaja tidak disampaikan Abu Hurairah.

Selasa, 05 November 2019

Wisata Maksiat; Membuang Waktu; Biaya Dan Tenaga; Namun Berbuah Dosa


WISATA MAKSIAT, MEMBUANG WAKTU, BIAYA DAN TENAGA, NAMUN BERBUAH DOSA

Oleh Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni MA

Hukum asal bepergian ke segala penjuru bumi, termasuk untuk tujuan wisata atau rekreasi adalah mubah (diperbolehkan) dalam Islam, selama tidak melanggar hal-hal yang dilarang dalam syariat Allâh Azza wa Jalla .

Perjalanan Meraih Ridha Ar-Rahmaan


PERJALANAN MERAIH RIDHA AR-RAHMAAN

Oleh Usatadz Abu Isma’il Muslim al-Atsari

Sebagian besar atau bahkan seluruh umat manusia di seluruh dunia pernah melakukan perjalanan, ada yang jauh dan ada pula yang dekat, dengan intensitas yang berbeda. Tujuan melakukan perjalanan pun beragam, mulai dari sekedar melepas kepenatan sampai tujuan yang serius dan penuh resiko.

Para Wali Allâh Wajib Dicintai Dan Haram Dibenci


PARA WALI ALLAH WAJIB DICINTAI DAN HARAM DIBENCI

Mencintai para wali Allâh Azza wa Jalla merupakan amal ibadah atau taqarrub yang disyariatkan Allâh Azza wa Jalla . Dengan mencintai wali Allâh, seseorang akan lebih dekat kepada Allâh, sebab mencintai sesuatu karena Allâh adalah salah satu tali simpul keimanan yang paling kuat. Dalam hadits shahih, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَوْثَقُ عُرَى الإِيمَانِ الْحُبُّ فِي اللهِ وَالْبُغْضُ فِيهِ

Tali simpul iman yang paling kuat adalah mencintai karena Allâh dan membenci karena Allâh. [HR. Ath-Thabrani]

Bagaimana Kita Bersikap Terhadap Para Wali



BAGAIMANA KITA BERSIKAP TERHADAP PARA WALI

Oleh Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin

Para Wali memiliki tingkat kewalian yang berbeda-beda. Secara garis besar, mereka terbagi menjadi dua golongan, sebagaimana yang dijelaskan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah. Yaitu; Sâbiqûn Muqarrabûn, atau boleh disingkat Muqarrabûn; orang-orang yang selalu mendekatkan diri kepada Allâh Subhanahu wa Ta’aladengan melaksanakan perkara-perkara sunnah, sesudah melaksanakan perkara-perkara wajib. Dan golongan kedua, Ashâbul Yamîn Muqtashidûn; golongan kanan yang mencukupkan diri dengan melaksanakan kewajiban-kewajiban dan meninggalkan perkara-perkara haram tanpa banyak melakukan perkara-perkara sunnah.Hal ini di dasarkan pada banyak nash al-Qurˈân maupun Hadîts.[1]

Karamah Para Wali


KARAMAH PARA WALI

Oleh Al-Ustadz Yazid bin ‘Abdul Qadir Jawas حفظه الله

Diantara prinsip Ahlus Sunnah wal Jama’ah yaitu membenarkan (mempercayai) karamah para wali dan hal-hal luar biasa yang Allâh Azza wa Jalla tunjukkan melalui mereka.[1]

Amalan Yang Keutamaannya Lebih Rendah,
Bisa Jadi Lebih Tinggi Jika Lebih Melembutkan Hati.


Imam Ahmad -rahimahullâh- ditanya tentang sebagian amalan :

انظر ما هو أصلح لقلبك فافعله

“Lihat mana yang lebih memperbaiki hatimu maka kerjakanlah.”