Minggu, 10 November 2019

Fenomena Penistaan Terhadap Agama


FENOMENA PENISTAAN TERHADAP AGAMA

Mencaci Allâh Subhanahu wa Ta’ala , atau mencerca agama-Nya, bersikap lancang dengan menanggalkan sikap pengagungan dan pemuliaan yang menjadi hak Allâh, mencerca dan mengalamatkan kata-kata brutal terhadap Allâh yang mana langit dan bumi pun akan hancur berkeping-keping kala mendengarnya! Pun, kata-kata yang dituntunkan syetan untuk diucapkan lidah orang-orang yang tidak mengagungkan Allâh dengan pengagungan yang sebenarnya dan tidak tidak mau tunduk pada perintah-Nya. Ini semua merupakan di antara hal yang bertentangan dengan pengagungan dan pemuliaan terhadap Allâh. Suatu hal yang meremehkan kebesaran-Nya dan menentang perintah-Nya. Suatu fenomena yang begitu menyeruak di masa sekarang ini di kalangan banyak manusia. Yaitu mereka yang lalai, yang tidak mengerti tentang Allâh dan keagungan-Nya. Dan sebelum itu semua, mereka adalah orang-orang yang membuat perintah dan larangan Allâh diabaikan dan terbengkalai.

Sabtu, 09 November 2019

Mencela Agama Islam Karena Marah, Salah Ucap Atau Tidak Sengaja


MENCELA AGAMA ISLAM KARENA MARAH, SALAH UCAP ATAU TIDAK SENGAJA

Tidak diragukan lagi istihza’ (menghina) agama Islam, menghina Allâh Azza wa Jalla, menghina Rasûlullâh, menghina al-Qur’an atau syari’at Islam adalah perbuatan dosa besar yang bisa menyeret pelakunya menjadi kafir dan dihukumi murtad. Namun, bagaimana jika ucapan penghinaan itu terucapkan dalam kondisi sangat marah atau terlontar karena salah ucap atau tidak bermaksud menghina? Apakah tetap dihukumi murtad?

Penghina Agama Dan Hukumannya


PENGHINA AGAMA DAN HUKUMANNYA

Oleh Ustadz Kholid Syamhudi Lc

Sikap dan tabiat “menghina” atau “menistakan” adalah akhlak para musuh Allâh Azza wa Jalla yang menjadi akhlak orang kafir dan munafiqin. Oleh karena itu, Allâh Azza wa Jalla menjelaskannya secara jelas kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabatnya dalam banyak ayat dan peristiwa. Dalam sejarah kehidupan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah terjadi dalam peristiwa perang Tabuk, kaum munafikin menghina para Sahabat Radhiyallahu anhum. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai seorang yang paling sayang kepada manusia waktu itu tidak memaafkan dan tidak menerima uzur para penghina tersebut, bahkan tidak melihat alasan mereka sama sekali yang mengaku melakukannya sekedar bermain dan bercanda. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam membacakan wahyu yang turun dari langit yang diabadikan dalam al-Qur`an, Firman Allâh Azza wa Jalla :

لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ ۚ إِنْ نَعْفُ عَنْ طَائِفَةٍ مِنْكُمْ نُعَذِّبْ طَائِفَةً بِأَنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ

Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab:”Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah:”Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasûl-Nya kamu selalu berolok-olok?”. Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami mema’afkan segolongan dari kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengadzab golongan (yang lain) di sebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa. [At-Taubah/9:66]

Raih Keamanan Dengan Iman Dan Do’a


RAIH KEAMANAN DENGAN IMAN DAN DO’A

Keamanan adalah dambaan dan harapan semua orang dari berbagai kalangan serta professi, dimanapun dan kapanpun. Kepada Negara, pejabat negara, guru, pelajar, para pelaku bisnis, nelayan, petani dan lain sebagainya membutuhkan keamanan dan situasi untuk merealisasikan tujuan masing-masing. Untuk itu, pikiran dicurahkan untuk mencari ide cemerlang demi meraih keamanan. Namun sejalan dengan perbedaan latar belakang dan cara pandang, maka penilaian terhadap tolok ukur kemanan dan bagaimana meraihnya juga berbeda.

Meyakini Dan Mengamalkan Dalil, Bukan Mencari-Cari Dalil


MEYAKINI DAN MENGAMALKAN DALIL, BUKAN MENCARI-CARI DALIL

Oleh Ustadz Muhammad Ashim bin Musthofa Lc

Kewajiban seorang Muslim, tidaklah berbicara atau berpendapat hingga mengikuti apa yang difirmankan oleh Allâh Azza wa Jalla dan disabdakan oleh Rasul-Nya. Sikap ketundukan dan ketaatan tersebut sebagai pengamalan firman Allâh Azza wa Jalla :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allâh dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allâh. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. [al-Hujurât/49:1].

Bagaimana Dengan Hadits-Hadits Yang Tidak Terdapat Dalam Shahih Al-Bukhâri Dan Shahih Muslim?


BAGAIMANA DENGAN HADITS-HADITS YANG TIDAK TERDAPAT DALAM SHAHIH AL-BUKHARI DAN SHAHIH MUSLIM

Pertanyaan :
Assalaamulaikum. Saya mau bertanya kepada tim redaksi majalah As-Sunnah tentang perawi al-Bukhâri dan Muslim. Apakah hadits-hadits yang diriwayatkan oleh selain imam al-Bukhâri dan imam Muslim seperti imam an-Nasa’i, at-Tirmidzi, Ahmad, Abu Daud dan oleh imam-imam yang lainnya tidak didapatkan oleh kedua perawi di atas ataukah hadits-hadits itu banyak cacatnya sehingga imam al-Bukhari dan imam Muslim tidak memasukkannya ke dalam periwayatan mereka? Mohon penjesan dari tim majalah As-Sunnah, majalah yang sangat cintai ini.

Jumat, 08 November 2019

Tokoh Yang Baik Atau Yang Buruk


TOKOH YANG BAIK ATAU YANG BURUK

Semua orang pasti ingin terhindar dari segala yang tidak menyenangkan, di dunia apalagi di akhirat kelak. Namun tidak semua orang memiliki kemampuan yang cukup untuk mengetahui cara menghindarkan diri atau menyelamatnya. Akhirnya, ia memilih untuk mengikuti orang yang dipandang bisa menuntunnya. Di sini, saat seseorang menentukan panutan dia harus berhati-hati agar tidak menyesal akhirnya. Karena panutan atau orang yang ditokohkan itu, ada yang memang layak untuk itu tapi ada juga tidak.

Masa Depan Islam


MASA DEPAN ISLAM

Oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

هُوَ الَّذى أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِا لْهُدَى وَدِيْنِ الْْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْن

“Dia-lah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur’an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai”. [At-Taubah/9 : 33].

Janganlah Berbuat Kerusakan di Muka Bumi


JANGANLAH BERBUAT KERUSAKAN DI MUKA BUMI

Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas حفظه الله

وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا ۚ إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ

Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi, setelah (diciptakan) dengan baik. Berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allâh sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat kebaikan. [al-A’râf/7:56]