Rabu, 13 September 2017
Memohon Kepada Allah Agar Menolong Ulama-Ulama Kita Dari Mulut-Mulut Orang Bodoh
Oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
Pertanyaan
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya: "Membesar-besarkan kesalahan ulama adalah merupakan kebiasaan banyak para pemuda. Bagaimana Syaikh dapat memberikan pengarahan dalam sisi ini?".
Kapan Seseorang Menyalahi Paham Salaf Dan Dikatakan Bukan Salafi ? Bagaimana Membantah Ahli Bid'ah?
Oleh Syaikh DR Muhammad Musa Alu Nashr
KAPAN SESEORANG MENYALAHI PAHAM SALAF DAN DIKATAKAN BUKAN SALAFI ?
Pertanyaan
Syaikh DR Muhammad Musa Alu Nashr ditanya : Kapan seseorang dikatakan menyelisihi paham salaf, dengan kata lain kapan dia dikatakan bukan seorang salafi ? dan bolehkah kita katakan bahwa si fulan salafi aqidahnya tetapi ikhwani manhajnya?
Selasa, 12 September 2017
Ulama-Ulama Pembela Da'wah Salafiyah Dahulu Hingga Sekarang
Oleh Syeikh Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid Al-Halabi Al Atsari
Sesungguhnya segala puji milik Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kami memohon pertolongan, ampunan, dan perlindungan kepada Allah Azza wa Jalla dari keburukan–keburukan diri kami dan kejelekan – kejelekan amal perbuatan kami. Barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka tidak ada seorangpun yang bisa menyesatkannya dan barang siapa disesatkan oleh Allah, maka tidak ada seorangpun yang bisa memberi petunjuk kepadanya Subhanahu wa Ta'ala.
Hakikat Islam
Oleh Syaikh Ali bin Hasan Al Halabi
Pagi itu pukul 10.00 WIB, hari Kamis tanggal 9 Desember 2004, saya bersama dua ikhwan turut menemani Syaikh Ali bin Hasan Al Halabi yang akan memberikah ceramah di IAIN Sunan Ampel Surabaya. Dalam perjalanan, disela-sela kesibukan Syaikh membolak-balik lembaran koran berbahasa Arab ter*bitan Yordania itu, kami mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan memberikan informasi-informasi penting seputar IAIN dan pergolakan pemikiran yang terjadi di dalamnya. Sebuah dialog yang membuat Syaikh terperanjat dan terperangah, sehingga Syaikh menyuruh saya untuk menuliskan poin-poin yang dianggap urgen untuk ditanggapi. Sayapun menulis 10 poin dan menyodorkan kepada beliau.
Senin, 11 September 2017
Kalian Akan Dipimpin Oleh Orang Yang Seperti Kalian
Oleh Syaikh Abdulmalik bin Ahmad bin al-Mubarak Ramadhani
Ungkapan ini bukan hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam meski sangat terkenal di tengah masyarakat[1]. Ungkapan ini adalah sebuah kata hikmah yang sering diungkapkan oleh para sejarawan dan ahli sosial. Seakan ungkapan tersebut sudah menjadi kaidah baku dalam masalah kepemimpinan dan didukung oleh penelitian terhadap sejarah. Faktanya, hampir semua jama'ah atau kelompok masyarakat itu dipimpin oleh orang yang sesuai dengan kwalitas kebaikan masyarakatnya. Jadi, setiap pemimpin adalah cerminan rakyatnya, sebagaimana ketika Allâh Azza wa Jalla menjadikan Fir’aun sebagai penguasa bagi kaumnya, karena mereka sama seperti Fir’aun. Allâh Azza wa Jalla berfirman :
فَاسْتَخَفَّ قَوْمَهُ فَأَطَاعُوهُ ۚ إِنَّهُمْ كَانُوا قَوْمًا فَاسِقِينَ
Maka Fir'aun mempengaruhi kaumnya (dengan perkataan itu) lalu mereka patuh kepadanya. Karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasik. [Az-Zukhruf/43:54]
Dosa Adalah Penyebab Hukuman Atau Siksa
Segala sesuatu itu berada dalam kekuasaan Allâh dan segala sesuatu yang ada dalam kekuasaan Allâh berjalan sesuai dengan perintah-Nya. Dan semua kesusahan yang menimpa munusia merupakan akibat dari perbuatan mereka sendiri. Allâh Azza wa Jalla itu maha adil lagi bijaksana. Semua manusia hidup dibawah naungan rahmat karena sebab kebaikan yang telah mereka lakukan, atau dibawah adzab akibat dari perbuatan buruk yang telah mereka kerjakan. Ketika seorang hamba itu istiqâmah di atas syariat Allâh, maka kehidupan dunianya akan lurus dan mendatangkan banyak manfaat, bukan madharat, juga dia akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda kelak di akhirat. Allâh akan memudahkan baginya segala bentuk kesulitan, dia akan dilayani oleh yang jauh maupun yang dekat, dan akan terdapat banyak kebaikan pada masyarkatnya, sebagaimana firman Allâh Azza wa Jalla :
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. [Al-A’râf/7:96]
Sabtu, 09 September 2017
Tidak Bisa Membedakan Jenazah Muslim dan Kafir
Jika dalam kondisi bencana, misal banjir atau tanah longsor. ada banyak jenazah.. tapi kita tidak tahu muslim atau kafir, hanya saja kampung itu mayortitas muslim dan ada sebagian non muslim. Apa yang harus dilakukan?
Jawab :
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du, Menangani jenazah kaum muslimin – memandikan, mengkafani, menshalatkan, dan memakamkan – hukumnya fardhu kifayah. Jika ada diantara jenazah muslim yang tidak tertangani, maka semua muslim yang berkepentingan di sana, mereka berdosa.
Senin, 04 September 2017
Mengganti Nadzar
Pertanyaan:
Setelah seseorang menentukan nadzar dan arahnya, apakah boleh seseorang merubahnya bila mendapatkan arah yang lebih berhak?
Jawaban:
Akan saya kemukakan mukadimah terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan tersebut, yaitu bahwa tidak semestinya seseorang melakukan nadzar, sebab pada dasarnya hukum nadzar itu makruh ataupun (maksimal pen.) diharamkan sebab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarangnya di dalam sabdanya,
“Sesungguhnya ia tidak pernah membawa kebaikan dan sesungguhnya ia hanya dikeluarkan (bersumber) dari orang yang bakhil.”
Setelah seseorang menentukan nadzar dan arahnya, apakah boleh seseorang merubahnya bila mendapatkan arah yang lebih berhak?
Jawaban:
Akan saya kemukakan mukadimah terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan tersebut, yaitu bahwa tidak semestinya seseorang melakukan nadzar, sebab pada dasarnya hukum nadzar itu makruh ataupun (maksimal pen.) diharamkan sebab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarangnya di dalam sabdanya,
“Sesungguhnya ia tidak pernah membawa kebaikan dan sesungguhnya ia hanya dikeluarkan (bersumber) dari orang yang bakhil.”
Selasa, 15 Agustus 2017
Naik Angkot Gak Bayar
Naik Angkot Gak Bayar, Utang Akhirat?
Jika dulu pernah naik angkot gak bayar, naik bis kota gak bayar, apa yg harus dilakukan? Krn jd kepikiran. Sementara tdk memungkinkan utk mencari supirnya atau pemilik angkot…
Jawab :
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du, Kewajiban bagi orang yang mendapatkan layanan berbayar adalah memberikan upah kepada yang melayani. Seperti mereka yang naik fasilitas transportasi berbayar, wajib memberikan bayaran kepada pihak yang melayaninya. Jika kewajiban ini tidak ditunaikan, menjadi tanggungan utang baginya.
Jika dulu pernah naik angkot gak bayar, naik bis kota gak bayar, apa yg harus dilakukan? Krn jd kepikiran. Sementara tdk memungkinkan utk mencari supirnya atau pemilik angkot…
Jawab :
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du, Kewajiban bagi orang yang mendapatkan layanan berbayar adalah memberikan upah kepada yang melayani. Seperti mereka yang naik fasilitas transportasi berbayar, wajib memberikan bayaran kepada pihak yang melayaninya. Jika kewajiban ini tidak ditunaikan, menjadi tanggungan utang baginya.
Minggu, 13 Agustus 2017
Eksklusivisme
[ tabshiruna ]
EKSKLUSIVISME
Benarkah Salafiyyin memiliki paham eksklusivisme dan bersifat eksklusif?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Eksklusivisme adalah paham yang mempunyai kecenderungan untuk memisahkan diri dari masyarakat.
Faktanya, alhamdulillah Salafiyyin tidaklah seperti itu, sama sekali tidak eksklusif. Dimana-mana, di berbagai tempat, moment, dan kesempatan, kita bisa melihat bagaimana Salafiyyin juga membaur bersama masyarakat, bekerja sama, bergotong-royong, mencapai tujuan dan kemaslahatan bersama.
Langganan:
Postingan (Atom)