[ tabshiruna ]
EKSKLUSIVISME
Benarkah Salafiyyin memiliki paham eksklusivisme dan bersifat eksklusif?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Eksklusivisme adalah paham yang mempunyai kecenderungan untuk memisahkan diri dari masyarakat.
Faktanya, alhamdulillah Salafiyyin tidaklah seperti itu, sama sekali tidak eksklusif. Dimana-mana, di berbagai tempat, moment, dan kesempatan, kita bisa melihat bagaimana Salafiyyin juga membaur bersama masyarakat, bekerja sama, bergotong-royong, mencapai tujuan dan kemaslahatan bersama.
Baik secara struktur kelembagaan maupun individu, Salafiyyin telah banyak berkiprah dan berkontribusi untuk masyarakat; pada aspek ekonomi, sosial, edukasi, terutama religi.
Banyak yayasan yang dipegang oleh Salafiyyin mengadakan bakti sosial, semacam pembagian sembako, khitanan massal, penyuluhan kesehatan, pembangunan sarpras dan fasilitas umum, evakuasi dan santunan korban bencana, penanganan anak-anak yatim dan faqir miskin, dll; yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Belum lagi yang dilakukan secara individual pribadi, hanya Allah saja yang tahu.
Ini semua sebagai bukti nyata bahwa Salafiyyin sama sekali tidak eksklusif. Salafiyyin tidak memisahkan diri dari masyarakat; bahkan tak segan membaur dalam batasan yang diperkenankan oleh syariat.
Lantas, dimanakah letak sisi eksklusivisme Salafiyyin? Entahlah.
Adapun, jika seorang salafi tidak mau mengikuti berbagai ritual keagamaan yang tidak ada tuntunannya dari Nabi shalallahu 'alaihi wasallam, atau enggan berkecimpung dalam berbagai kegiatan duniawi yang mengandung maksiat, apakah kemudian bisa disebut eksklusif? Padahal itu semua adalah bagian dari upaya penjagaan nilai-nilai agama yang diyakini, yang kelak akan dipertanggungjawabkan di hadapan Rabb semesta alam.
Dengan ini, gugurlah tuduhan bahwa Salafiyyin bersifat eksklusif.
والله المستعان و عليه التكلان
[Http://Cerkiis.blogspot.com, oleh : Ustadz Ammi Ahmad]