Kamis, 16 Juni 2016

Jangan Biarkan Puasamu Sia-sia


KAMIS, 12 Ramadhan 1437 H / 16 Juni 2016 M / 21:04 WIB

“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.”

Di bulan Ramadhan ini setiap muslim memiliki kewajiban untuk menjalankan puasa dengan menahan lapar dan dahaga mulai dari fajar hingga terbenamnya matahari. Namun ada di antara kaum muslimin yang melakukan puasa, dia tidaklah mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga saja yang menghinggapi tenggorokannya. Inilah yang disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang jujur lagi membawa berita yang benar,

رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ

“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” [HR. Ath Thobroniy dalam Al Kabir dan sanadnya tidak mengapa. Syaikh Al Albani dalam Shohih At Targib wa At Tarhib no. 1084 mengatakan bahwa hadits ini shohih ligoirihi –yaitu shohih dilihat dari jalur lainnya]

Senin, 13 Juni 2016

Lebih Utama Menghafal Al-Qur’an Atau Membacanya Ketika Ramadhan?


Senin, 08 Ramadhan 1437 H / 13 Juni 2016 M / 01:18 WIB

Pertanyaan :
Apakah menghafal Al-Qur’an lebih utama daripada (sekedar) membacanya pada bulan Ramadhan?

Jawaban :
Fatwa Syaikh Muhammad Shaleh Al-Munajjid hafizhahullah, (Fatwa nomor 66063)

Mencicipi Makanan Ketika Puasa

Mencicipi Makanan Ketika Puasa

Senin, 08 Ramadhan 1437 H / 13 Juni 2016 M / 00:02 WIB 

Pertanyaan :
Assalamu ‘alaikum. Saya seorang ibu, memiliki 2 orang anak yang masih balita. Apakah puasa saya sah jika saya mencicipi masakan untuk anak-anak saya hanya sebatas lidah, dan kemudian saya keluarkan kembali karena saya takut keasinan atau kurang garam? Dan karena saya harus memasak bekal untuk anak-anak saya di pagi hari dan kemudian berangkat kerja.

Sabtu, 11 Juni 2016

Ibadah Orang Buta

IBADAH ORANG BUTA[1]

Sabtu, 07 Ramadhan 1437 H / 11 Juni 2016 M / 22:21 WIB

بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللَّهِ

[A]. Orang Buta.
Islam sebagai agama yang penuh dengan rahmat memberikan perhatian besar terhadap semua jenis individu masyarakat. Orang-orang yang Allâh Subhanahu wa Ta’ala uji dengan cacat fisik, seperti buta, tak luput dari perhatian Islam. Realisasi dari perhatian ini, misalnya dengan memotivasi agar bersabar supaya bisa meraih pahala besar. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

Meninggalkan Puasa Ramadhan Termasuk Dosa Besar

MENINGGALKAN PUASA RAMADHAN TERMASUK DOSA BESAR

Oleh Ustadz Abu Isma’il Muslim al-Atsari

Puasa memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam. Ia salah satu dari rukun Islam yang lima. Barangsiapa berpuasa untuk mencari ridha Allâh Azza wa Jalla dan sesuai dengan tuntunan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , maka ia akan meraih kebaikan dan keutamaan yang sangat besar. Oleh karena itu kewajiban kaum Muslimin memperhatikan ibadah puasa dengan sebaik-baiknya.

Jumat, 10 Juni 2016

Keutamaan Shalat Shubuh (Munafik Orang Yang Melalaikannya)


Keutamaan Shalat Shubuh (Munafik Orang Yang Melalaikannya)

Jum'at, 05 Ramadhan 1437 H / 10 Juni 2016 M / 03:02 WIB

بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللَّهِ

● Keutamaan Shalat Shubuh (Munafik Orang Yang Melalaikannya)

Maksud Jaminan Allah Pada Shalat Subuh.
Jika kita perhatikan kondisi masjid-masjid, akan terasa sepi di waktu Shubuh. Lihat saja berapa banyak di antara teman-teman atau tetangga-tetangga kita yang sering meninggalkan shalat Shubuh. Ada yang sangat keterlaluan sampai-sampai merangkapnya dengan shalat Dhuha karena dilakukan setelah matahari meninggi. Padahal shalat shubuh adalah shalat yang amat utama. Shalat shubuh adalah yang terasa berat bagi orang-orang munafik.

Dari Jundab bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فَهُوَ فِى ذِمَّةِ اللَّهِ فَلاَ يَطْلُبَنَّكُمُ اللَّهُ مِنْ ذِمَّتِهِ بِشَىْءٍ فَيُدْرِكَهُ فَيَكُبَّهُ فِى نَارِ جَهَنَّمَ

“Barangsiapa yang shalat subuh, maka ia berada dalam jaminan Allah. Oleh karena itu, janganlah menyakiti orang yang shalat Shubuh tanpa jalan yang benar. Jika tidak, Allah akan menyiksanya dengan menelungkupkannya di atas wajahnya dalam neraka jahannam.” [HR. Muslim no. 657]

Rabu, 08 Juni 2016

Minimalkan "Jangan Terlalu Kaku"

Minimalkan "Jangan Terlalu Kaku"

[ Rabu, 03 Ramadhan 1437 H / 08 Juni 2016 M / 01:01 WIB ]

بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللَّهِ
    
Kalau ada kemungkaran di suatu tempat, bukan berarti kita tinggalkan hajat kita sama sekali di tempat tersebut. Yang mesti dilakukan adalah meminimalkan.

Coba perhatikan dan ambil pelajaran dialog Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin rahimahullah ketika ada yang bertanya pada beliau berikut ini.

Sabtu, 04 Juni 2016

Memerangi Penguasa yang Fasiq atau Dhalim


Memerangi Penguasa yang Fasiq atau Dhalim
Ada beberapa pendapat dalam masalah ini. Secara global adalah sebagaimana yang disampaikan oleh Imam Abul-Hasan Al-Asy’ary sebagai berikut :

واختلف الناس في السيف على أربعة أقاويل‏:‏ فقالت المعتزلة والزيدية والخوارج وكثير من المرجئة‏:‏ ذلك أوجب إذا أمكننا أن نزيل بالسيف أهل البغي ونقيم الحق واعتلوا بقول الله عز وجل‏:‏ ‏{وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى}‏. وبقوله ‏:‏ {فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّى تَفِيءَ إِلَى أَمْرِ اللَّهِ}‏.‏ واعتلوا بقول الله عز وجل ‏:‏ {قَالَ لا يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ}. وقالت الروافض بإبطال السيف ولو قتلت حتى يظهر الإمام فيأمر بذلك‏.‏ وقال أبو بكر الأصم ومن قال بقوله‏:‏ السيف إذا اجتمع على إمام عادل يخرجون معه فيزيل أهل البغي‏. وقال قائلون‏:‏ السيف باطل ولو قتلت الرجال وسبيت الذرية وأن الإمام قد يكون عادلاً ويكون غير عادل وليس لنا إزالته وإن كان فاسقاً وأنكروا الخروج على السلطان ولم يروه وهذا قول واخلفوا في إنكار المنكر والأمر بالمعروف بغير السيف‏:‏ فقال قائلون‏:‏ تغير بقلبك فإن أمكنك فبلسانك فإن أمكنك فبيدك وأما السيف فلا يجوز وقال قائلون‏:‏ يجوز تغيير ذلك باللسان والقلب فأما باليد فلا‏.

”Manusia telah berselisih pendapat dalam masalah (mengangkat) pedang menjadi empat pendapat, yaitu : Telah berkata Mu’tazillah, Zaidiyyah [1], Khawarij, dan kebanyakan dari orang-orang Murji’ah : ”Hal itu menjadi wajib apabila dengan pedang tersebut kita bisa menyingkirkan orang yang berbuat aniaya/lalim (ahlul-baghy) serta menegakkan kebenaran”. Mereka beralasan dengan firman Allah ’azza wa jalla : ”Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa” [QS. Al-Maaidah : 2].

”Maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah” [QS. Al-Hujuraat : 9]. Allah berfirman : "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang lalim" [QS. Al-Baqarah : 124].

Kamis, 02 Juni 2016

Akhir Perang Uhud

Akhir Perang Uhud

BAHASAN : SIRAH NABI

AKHIR PERANG UHUD


Babak kedua perang Uhud, kaum kuffâr Quraisy terus berusaha menyerang Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dilindungi mati-matian oleh para shahabatnya Radhiyallahu anhum. Seiring dengan peperangan yang belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir, para shahabat yang benar-benar beriman dengan kerasulan Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam mulai gelisah dan mengkhawatirkan keselamatan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam kondisi seperti ini, Allâh Azza wa Jalla menganugerahkan nikmat yang teramat besar kepada mereka yaitu rasa aman dalam wujud rasa ngantuk. Kantuk berat yang tiba-tiba menerpa membuat para shahabat yang sedang membela Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini tertidur sejenak dan pedang-pedang mereka berjatuhan lalu tersadar kembali. Setelah itu, rasa khawatir yang mendera mereka sirna berganti dengan keyakinan dan semangat membela Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam semakin berkobar. Abu Thalhah al Anshâri Radhiyallahu anhu termasuk diantara para shahabat yang diterpa rasa kantuk berat sampai-sampai pedang beliau Radhiyallahu anhu jatuh beberapa kali. Peristiwa menakjubkan ini beliau Radhiyallahu anhu ceritakan sendiri, sebagaimana dalam riwayat Imam Bukhâri [1]

قَالَ كُنْتُ فِيمَنْ تَغَشَّاهُ النُّعَاسُ يَوْمَ أُحُدٍ حَتَّى سَقَطَ سَيْفِي مِنْ يَدِي مِرَارًا يَسْقُطُ وَآخُذُهُ وَيَسْقُطُ فَآخُذُهُ

Abu Thalhah Radhiyallahu anhu mengatakan : saya termasuk diantara yang diterpa rasa kantuk saat perang Uhud sampai-sampai pedang saya jatuh beberapa kali, setiap kali jatuh saya ambil, jatuh lagi saya sambil lagi.

Rabu, 01 Juni 2016

Kisah-kisah Heroik Dalam Perang Uhud

Kisah-kisah Heroik Dalam Perang Uhud

BAHASAN : SIRAH NABI

KISAH-KISAH HEROIK DALAM PERANG UHUD


Perang Uhud terus berkobar. Kaum kuffâr Quraisy seolah mendapatkan semangat baru. Kondisi ini jelas berbeda dengan kondisi kaum Muslimin, terutama setelah psywar yang dilancarkan kaum Quraisy. Mereka memunculkan berita bohong yaitu Rasûlullâh telah berhasil mereka bunuh, padahal beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam masih hidup. Psywar ini semakin memperparah dan melucuti semangat sebagian kaum Muslimin. sehingga sebagian dari mereka melarikan diri, sementara yang lain terus bertempur sampai akhirnya wafat sebagai syahîd. Shahabat yang pertama kali melihat Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan masih hidup adalah Ka’ab bin Mâlik Radhiyallahu anhu. Tak terbilang kegembiraan yang dirasakan Ka’ab Radhiyallahu anhu melihat Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan masih hidup. Saking gembiranya, beliau Radhiyallahu anhu berteriak memberitahukan kondisi Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang masih hidup. Beliau Radhiyallahu anhu tidak sadar kalau perbuatan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini akan sangat membahayakan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam karena secara tidak langsung dia memberitahukan posisi Rasûlullâh kepada orang-orang musyrik. Menyadari hal ini, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan isyarat kepada Ka’ab Radhiyallahu anhu agar diam, supaya tidak diketahui pasukan Quraisy.[1]