Senin, 11 November 2019
Islam Adalah Agama Yang Mudah
ISLAM ADALAH AGAMA YANG MUDAH[1]
Oleh Al-Ustadz Yazid bin ‘Abdul Qadir Jawas حفظه الله
Islam adalah agama yang mudah dan sesuai dengan fitrah manusia. Islam adalah agama yang tidak sulit. Allah Azza wa Jalla menghendaki kemudahan kepada umat manusia dan tidak menghendaki kesusahan kepada mereka. Allah Azza wa Jalla mengutus Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai rahmat.
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam” [Al-Anbiyaa’/21:107]
Minggu, 10 November 2019
Istiqâmah Di Atas Al-Qur’an Dan Sunnah Jalan Keselamatan
ISTIQAMAH DI ATAS AL-QUR’AN DAN SUNNAH JALAN KESELAMATAN
Istiqâmah di atas sunnah adalah keinginan setiap orang yang benar-benar beriman yang berharap bisa meraih ridha Allâh Azza wa Jalla dan kebahagiaan akhirat serta takut terhadap murka Allâh Azza wa Jalla. Konsisten di atas ketaatan sampai tutup usia adalah kenikmatan tiada tara bagi orang yang beriman. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa ada seorang lelaki yang bertanya kepada baginda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , “Siapakah manusia terbaik itu?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
مَنْ طَالَ عُمْرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ
orang yang panjang umurnya dan amal perbuatannya bagus
Ambillah Akidah Dari Al-Qur’an Dan As-Sunnah Yang Shahih
AMBILLAH AKIDAH DARI AL-QUR’AN DAN AS-SUNNAH YANG SHAHIH
Masalah akidah atau keimanan adalah masalah yang paling mendasar dan urgen dalam agama Islam. Masalah akidah dan keimanan merupakan masalah ghaib yang tidak bisa diketahui secara mendetail kecuali dengan hidayah atau bimbingan wahyu Allâh Azza wa Jalla yang diturunkan kepada umat manusia melalui para utusan-Nya. Oleh karena itu, kita disyari’atkan untuk selalu memohon dan memperbanyak permohonan hidayah (petunjuk) dan taufiq kepada-Nya.
Syariat Allâh Azza Wa Jalla Wajib Dicintai, Tidak Dibenci
SYARIAT ALLAH AZZA WA JALLA WAJIB DICINTAI, TIDAK DIBENCI
Diantara syarat diterimanya syahadat seseorang adalah dia siap menerima dan mencintai yang menjadi konesekuensi dari syahadat yang diikrarkan.
Oleh karena itu, seorang Mukmin wajib mencintai semua yang datang dari Allâh Azza wa Jalla dan rasul-Nya. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Sesungguhnya jawaban oran-orang Mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allâh dan rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. “Kami mendengar, dan kami patuh.” Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. [An-Nûr/24:51]
Meniti As-Shirât Al-Mustaqîm
MENITI AS-SHIRAT AL-MUSTAQIM
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ﴿٦﴾صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. [Al-Fâtihah/1:6-7]
Apa Yang Dimaksud As-Shirât Al-Mustaqîm Itu?
MENITI AS-SHIRAT AL-MUSTAQIM
2. Apa Yang Dimaksud As-Shirât Al-Mustaqîm Itu?
As-Shirât al-mustaqîm (jalan lurus) adalah jalan yang tidak berkelok, tidak miring, tidak menyimpang ke kiri maupun ke kanan. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قَدْ تَرَكْتُكُمْ عَلَى الْبَيْضَاءِ، لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا، لَا يَزِيغُ عَنْهَا بَعْدِي إِلَّا هَالِكٌ
Saya telah tinggalkan kalian di atas al-baidha’ (agama dan hujjah yang sangat jelas), malamnya seperti siangnya, tidak ada yang tersesat darinya sepeninggalku kecuali dia akan binasa[1]
قَدْ تَرَكْتُكُمْ عَلَى الْبَيْضَاءِ، لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا، لَا يَزِيغُ عَنْهَا بَعْدِي إِلَّا هَالِكٌ
Saya telah tinggalkan kalian di atas al-baidha’ (agama dan hujjah yang sangat jelas), malamnya seperti siangnya, tidak ada yang tersesat darinya sepeninggalku kecuali dia akan binasa[1]
Halangan Dan Rintangan Dalam Menyusuri As-Shirât Al-Mustaqîm (Jalan Yang Lurus)
MENITI AS-SHIRAT AL-MUSTAQIM
3. Halangan Dan Rintangan Dalam Menyusuri As-Shirât Al-Mustaqîm (Jalan Yang Lurus)
Wahai orang yang menempuh jalan lurus ini! Seyogyanya Anda tahu bahwa di hadapan saudara ada rintangan yang siap menghalangi perjalanan saudara dan berupaya menghentikannya. Rintangan tersebut ada tiga yang di dalam surat al-Fâtihah (yang selalu kita baca-red) itu ada petunjuk yang agung dan penuh berkah tentang cara menyelamatkan diri dari ketiga rintangan tersebut. Para ahli ilmu juga sudah sering mengingatkan dan menasehati umat manusia agar berhati-hati supaya tidak terjatuh di dalamnya. Berdasarkan kadar bahayanya, rintangan-rintangan itu bisa diurutkan:
Syirik, menyekutukan Allâh Azza wa Jalla
Bid’ah
Maksiat
Dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu, dia mengatakan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambar satu garis (lurus) untuk kami, kemudian Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Ini adalah jalan Allâh” Lalu Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menggmbar lagi beberapa garis di sebelah kanan dan kirinya dan mengatakan, “Ini beberapa jalan tercerai berai, di atas setiap jalan ini ada syaitan yang menyeru dan mengajak kepada jalannya,” kemudian Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat:
وَأَنَّ هَٰذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ
Dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), Karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalannya. [Al-An’am/6:153]
Siapakah Orang Yang Berjalan Di Atas Ash-Shirât Al-Mustaqîm?
MENITI AS-SHIRAT AL-MUSTAQIM
4. Siapakah Orang Yang Berjalan Di Atas Ash-Shirât Al-Mustaqîm?
Orang-orang yang berjalan di atas ash-shirât yang mendapatkan anugerah kenikmatan yaitu orang-orang yang disebutkan dalam firman Allâh Azza wa Jalla :
وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَٰئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُولَٰئِكَ رَفِيقًا
Dan barangsiapa yang mentaati Allâh dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allâh, yaitu: Nabi-nabi, para shiddîqîn, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shaleh. dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. [An-Nisa’/4:69]
Introspeksi Diri
INTROSPEKSI DIRI[1]
Hendaklah kita senantiasa bertaqwa kepada Allah Azza wa Jalla dan hendaklah kita khawatir dengan suatu hari dimana tidak ada seorangpun yang bisa menolong orang lain selain amalannya. Kala itu amallah yang menjadi penentu kebahagian dan kesengsaran seseorang, jika dia beruntung maka kebahagiaan abadi akan menjadi miliknya sebaliknya jika merugi maka kesengsaraan tak terperikan akan menimpa.
Penistaan Agama
PENISTAAN AGAMA
Pengagungan terhadap Allâh dan Rasul-Nya, mengikat dirinya dengan syariat-Nya dan ridha dengan hukum-hukum Islam adalah indikasi keimanan dan ketakwaan seseorang itu baik, sebagaimana dijelaskan oleh Allâh Azza wa Jalla dalam firman-Nya:
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. [An-Nisâ/4:65]
Langganan:
Postingan (Atom)