MENGHIJAUKAN BUMI DENGAN AJARAN ISLAM
Belakangan ini, isu penyelamatan bumi begitu mencuat, bahkan menjadi wacana pembicaraan masyarakat dunia internasional. Cuaca yang kian memanas saja, curah hujan yang tidak menentu, banjir terjadi di banyak tempat, polutan yang tambah meningkat merupakan fenomena yang mengkhawatirkan umat manusia di seluruh dunia. Maka, seminar dan konferensi yang melibatkan banyak negara diselenggarakan guna merumuskan cara-cara mengendalikan perubahan iklim yang ekstrim yang disebabkan oleh apa yang mereka sebut dengan pemanasan global.
Dapat dipastikan, rumusan yang disepakati hanyalah bersifat parsial, tidak menyentuh akar permasalahan utama yang menyebabkan bumi yang sudah tua ini mengalami kerusakan parah. Sebut saja, mencari bahan bakar bio yang menghasilkan emisi lebih rendah sebagai pengganti BBM, mengurangi konsumsi listrik, menjadi seorang vegetarian dan lain sebagainya. Karena hanya bersifat parsial, tentu tidak banyak menyelesaikan masalah ataupun penanaman pohon trembesi yang berpotensi menyerap jutaan CO2 dalam setahun.
Upaya-upaya di atas bisa saja memilki andil dalam memperbaiki lingkungan, namun sekali lagi belum menyentuh inti permasalahan. Upaya penyelesaian masalah tersebut harusnya diawali dengan merubah hati dan jiwa manusia dengan ajaran yang terbaik, Islam yang dibawa Nabi Muhammad n . Melalui ajaran yang mulia ini, seorang umat manusia akan menjadi insan-insan yang berkarakter kuat untuk melakukan shalâh(kebaikan) dan ishlâh (perbaikan) (as-Sa’di, Al-Qawâidul Hisân hlm. 102). Sebab, ajaran Islam adalah perbaikan menuju kesempurnaan.
Ajaran Islam sangat dibutuhkan dalam menyelesaikan persoalan pemanasan global, sebab kerusakan lingkungan yang terjadi hanyalah efek samping dari kekufuran, maksiat dan nifâk yang merupakan bentuk kerusakan hakiki. Kerusakan hakiki inilah yang harus dihambat, diselesaikan dan dibenahi terlebih dahulu agar selanjutnya kerusakan lingkungan pun ikut terbenahi dengan efektif. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan disebabkan karena perbuatan tangan (maksiat)[1] manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) [ar-Rûm/30:41]
Dalam ayat yang mulia ini, Allâh Azza wa Jalla menyatakan bahwa semua kerusakan yang terjadi di muka bumi, dalam berbagai bentuknya, penyebab utamanya adalah perbuatan buruk dan maksiat yang dilakukan manusia. Ini menunjukkan, perbuatan maksiat adalah inti kerusakan yang sebenarnya dan merupakan sumber utama kerusakan-kerusakan yang tampak di muka bumi. Dalam ayat lain, Allâh Azza wa Jalla telah menegaskan:
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan (dosa)mu sendiri [asy-Syûrâ/42:30]
Syaikh ‘Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah ketika menafsirkan ayat ini, beliau rahimahullah berkata,: “Allâh Azza wa Jalla memberitakan bahwa semua musibah yang menimpa manusia, (baik) pada diri, harta maupun anak-anak mereka, serta pada apa yang mereka sukai, tidak lain sebabnya adalah perbuatan-perbuatan buruk (maksiat) yang pernah mereka lakukan…”[2] [at-Taisîr hlm. 759]
Maka, tidak perlu menunggu lagi, untuk meaktualisasikan dan mendakwahkan ajaran Islam di tengah masyarakat. Dengan itu, lingkungan hidup yang aman, tentram, sehat dan diridhai Allâh k akan terwujud.
Wallâhu a’lam
[Cerkiis.blogspot.com, Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XIV/1430H/2010M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]
_______
Footnote
[1] Lihat Tafsir Ibnu Katsir (3/576).
[2] at-Taisîr (hlm. 759).
Upaya-upaya di atas bisa saja memilki andil dalam memperbaiki lingkungan, namun sekali lagi belum menyentuh inti permasalahan. Upaya penyelesaian masalah tersebut harusnya diawali dengan merubah hati dan jiwa manusia dengan ajaran yang terbaik, Islam yang dibawa Nabi Muhammad n . Melalui ajaran yang mulia ini, seorang umat manusia akan menjadi insan-insan yang berkarakter kuat untuk melakukan shalâh(kebaikan) dan ishlâh (perbaikan) (as-Sa’di, Al-Qawâidul Hisân hlm. 102). Sebab, ajaran Islam adalah perbaikan menuju kesempurnaan.
Ajaran Islam sangat dibutuhkan dalam menyelesaikan persoalan pemanasan global, sebab kerusakan lingkungan yang terjadi hanyalah efek samping dari kekufuran, maksiat dan nifâk yang merupakan bentuk kerusakan hakiki. Kerusakan hakiki inilah yang harus dihambat, diselesaikan dan dibenahi terlebih dahulu agar selanjutnya kerusakan lingkungan pun ikut terbenahi dengan efektif. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan disebabkan karena perbuatan tangan (maksiat)[1] manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) [ar-Rûm/30:41]
Dalam ayat yang mulia ini, Allâh Azza wa Jalla menyatakan bahwa semua kerusakan yang terjadi di muka bumi, dalam berbagai bentuknya, penyebab utamanya adalah perbuatan buruk dan maksiat yang dilakukan manusia. Ini menunjukkan, perbuatan maksiat adalah inti kerusakan yang sebenarnya dan merupakan sumber utama kerusakan-kerusakan yang tampak di muka bumi. Dalam ayat lain, Allâh Azza wa Jalla telah menegaskan:
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan (dosa)mu sendiri [asy-Syûrâ/42:30]
Syaikh ‘Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah ketika menafsirkan ayat ini, beliau rahimahullah berkata,: “Allâh Azza wa Jalla memberitakan bahwa semua musibah yang menimpa manusia, (baik) pada diri, harta maupun anak-anak mereka, serta pada apa yang mereka sukai, tidak lain sebabnya adalah perbuatan-perbuatan buruk (maksiat) yang pernah mereka lakukan…”[2] [at-Taisîr hlm. 759]
Maka, tidak perlu menunggu lagi, untuk meaktualisasikan dan mendakwahkan ajaran Islam di tengah masyarakat. Dengan itu, lingkungan hidup yang aman, tentram, sehat dan diridhai Allâh k akan terwujud.
Wallâhu a’lam
[Cerkiis.blogspot.com, Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XIV/1430H/2010M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]
_______
Footnote
[1] Lihat Tafsir Ibnu Katsir (3/576).
[2] at-Taisîr (hlm. 759).