Selasa, 14 Juni 2022

Kun-yah (Sunnah Dalam Nama)


KUN-YAH, SUNNAH DALAM NAMA

Oleh Ustadz Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi hafidzahullah

MUQODDIMAH
Ternyata ada sebagian kalangan yang melecehkan Sunnah “kunyah[1] ”. Penulis tahu hal ini ketika membaca komentar-komentar di situs kami.  Menurut mereka: sok Arab, sok alim dan lainnya. Demikianlah sikap dan komentar sebagian kalangan tentang Sunnah ini. Bagaimanakah sebenarnya hakikat permasalahannya?! In sya Alloh pada kesempatan ini, akan kita bahas tentang jawabannya. Semoga Alloh subhanahu wa ta’aala selalu menambahkan ilmu yang bermanfaat bagi kita.

DEFINISI KUNYAH
Kunyah adalah nama yang diawali dengan “Abu” atau “Ibnu” untuk laki-laki, seperti Abu Abdillah dan Ibnu Hajar. Sedangkan “Ummu” atau “Bintu” adalah untuk perempuan, seperti Ummu Aisyah dan bintu Malik.

Kunyah apabila bergabung dengan nama asli maka kunyah boleh diawalkan atau diakhirkan. Contoh Abu Hafsh Umar atau Bakr Abu Zaid. Namun yang lebih masyhur, kunyah diawalkan karena maksud dari kunyah adalah untuk menunjukkan kepada dzat bukan sebagai sifat[2]

Kunyah secara umum merupakan suatu penghormatan dan kemuliaan[3]. Seorang peyair berkata:

أُكْنِيْهِ حِيْنَ أُنَادِيْهِ لِأُكْرِمَهُ
وَلاَ أُلَقِّبُهُ وَالسَّوْءَةُ اللَّقَبُ

Aku memanggilnya dengan kunyah sebagai penghormatan padanya
Dan saya tidak menggelarinya, karena gelar adalah jelek baginya[4]

Namun terkadang kunyah juga bisa bermakna celaan seperti Abu Jahl, Abu Lahab dan lain sebagainya[5]

Minggu, 12 Juni 2022

Jangan Putus Asa Cari Rezeki


*Jangan putus asa cari rezeki, pandai-pandai membaca peluang*

Kemarin lihat postingan mas Jati yang sedang cari limbah kayu untuk jadi bahan arang, untuk dijual.
Sebelumnya pagi-pagi lihat mobil cleaning service khusus ATM.
Lihat di berita, ada pabrik khusus pembuatan wadah telur.
Di medsos, ana lihat ada akun jasa inspeksi mobil.

Beberapa bentuk kerendah hatian dalam bermedia sosial :

1. Tidak terburu-buru mengungkapkan pendapatnya ketika terjadi perselisihan.

2. Tidak terburu-buru menjawab sebuah masalah besar, padahal masih banyak ahli di sekitarnya.

3. Mudah mengakui kesalahan.

4. Tidak nimbrung di status atau diskusi yang tidak memiliki faidah, bahkan berpotensi merusak.

5. Dibandingkan mudah mengkritik pendapat orang lain, dianjurkan untuk sering memeriksa bagaimana pendapat yang ia kemukakan di media sosial.

@Muhammad Nur Faqih

"Saat anak masih kecil, Allah menitipkan rezekinya lewat orangtuanya. Ketika orangtua telah menua, terkadang Allah menitipkan rezekinya melalui anaknya."

Jangan merasa segan dan lelah untuk terus berkhidmat pada orangtuamu. Bisa jadi, Allah menjamin rezeki orangtuamu seiring terjaminnya rezekimu.

✍ Ustadz Ammi Ahmad

Nasehat Tentang Tebar Qurban

Nasehat Tentang Tebar Qurban

Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas (Hafizhahullaahu Ta’aala)

Menjauhi dari 𝐒𝐢𝐤𝐚𝐩 𝐓𝐚𝐤𝐚𝐥𝐥𝐮𝐟 (𝐌𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫𝐚𝐭-𝐛𝐞𝐫𝐚𝐭𝐤𝐚𝐧 𝐃𝐢𝐫𝐢, 𝐌𝐞𝐧𝐠𝐚𝐝𝐚-𝐧𝐠𝐚𝐝𝐚)





Jangan Bedakan Kajian Orang Kaya dan Orang Miskin

Jangan Bedakan Kajian Orang Kaya dan Orang Miskin

Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas -Hafizhahullaahu Ta’aala-

(7 Menitan)


💓 cerkiis.blogspot.com 💓