Penguasa yang adil, Jalalud Daulah Malik Syah bin Alb Arsalan Rahimahullah sangat mencintai keadilan. Suatu hari ketika pergi berburu ia menjumpai seseorang sedang menangis.
Raja berkata, “Ada apa denganmu?’
Orang itu berkata, “Tiga orang datang dan mengambil semangkaku. Padahal, semangka itu milikku.”
Raja berkata, “Pergilah ke para tentara. Di sana ada kubah merah, duduklah di situ dan jangan pergi ke mana-mana sampai sore nanti aku kembali. Aku akan berikan padamu sesuatu yang sangat berharga bagimu itu.”
Ketika Raja kembali, ia berkata pada para tukang minuman, “Aku ingin semangka. Coba periksa tentara dan kemah mereka barangkali ada yang punya semangka.” Mereka pun segera bertindak, dan ia menemukan semangka itu. Raja bertanya, “Di mana kalian menemukannya?” Ada yang menjawab, “Di kemah penjaga pintu ini ……” Raja berkata, “Datangkan ia kemari!” Ia pun didatangkan. Kepadanya Raja bertanya, “Dari mana engkau dapatkan ini?” Penjaga pintu itu menjawab, “Beberapa orang membawanya.” Raja berkata, “Boleh aku bertemu mereka sejenak?” Penjaga pintu itu pun berlalu.
Karena merasa tidak enak hati dan takut dibunuh, orang-orang itu kabur lebih dulu. Penjaga pintu kembali lagi menghadap Raja. Ia berkata, “Mereka telah kabur karena diminta menghadap Raja.” Raja berkata, “Suruh orang pedalaman itu datang kemari!” Setelah datang, Raja berkata padanya, “Inikah semangka yang diambil orang-orang itu darimu?” Ia menjawab, “Ya.” Raja berkata, “Ambillah! Penjaga pintu ini budakku, sekarang kuserahkan dan kuberikan padamu, karena orang-orang yang menjarahi semangkamu tidak bisa datang.” Selanjutnya, Raja berkata pada si penjaga pintu, “Demi Allah, andaikata engkau meninggalkannya, kutebas batang lehermu.” Orang pedalaman itu menggandeng tangan si penjaga pintu, membawanya keluar. Selanjutnya, si penjaga pintu menebus dirinya dari orang pedalaman seharga tiga ratus dinar. Orang pedalaman itu kembali menghadap Raja dan berkata, “Wahai Raja, budak yang engkau berikan padaku telah kujual seharga tiga ratus dinar.” Raja bertanya, “Apakah engkau rela?” Ia menjawab, “Ya.” Raja berkata, “Kalau begitu, peganglah uang itu.” Raja ini dikenal selalu berpihak pada kaum perempuan dan orang lemah.
Suatu ketika dua orang yang merasa teraniaya datang meminta pertolongan. Raja berkata, “Pegang tanganku dan bawa aku menghadap menteri.” Kedua orang itu tidak mau. Raja berkata, “Harus.” Keduanya pun memegang masing-masing tangan Raja dan membawanya pergi. Mendengar kedatangan Raja, si menteri menyambutnya dengan tanpa alas kaki. Ia berkata, “Ada apa wahai paduka?” Raja berkata, “Engkaukah yang memaksaku begini, Kuberi engkau jabatan supaya bisa melindungiku dari kezaliman. Jika engkau tidak melindungiku, kelak di hari kiamat aku akan diseret seperti ini.” [Asy-Syifa’ hal.85 & As-Sayr Jilid 21, Hal.68]
[Cerkiis.blogspot.com, Sumber: Kisah Orang-Orang Shaleh Dalam Mendidik Anak, Syaikh Ibrahim Mahmud, Pustaka al Kautsar. Artikel: www.kisahislam.net]