Jumat, 21 Juli 2017

Waktu untuk Belajar

Waktu untuk Belajar

Kita, seringkali beralasan tidak punya waktu untuk belajar agama. Terutama sekali bagi sebagian ikhwan yang bekerja di kisaran Jabodetabek. Berangkat dari rumah sebelum matahari terbit, dan baru kembali mengetuk pintu rumah setelah tenggelamnya. Kita menghilang pada rutinitas duniawiah selama 12 jam dalam sehari, 5 atau 6 hari dalam sepekan. Bahkan, tidak terasa telah menghabiskan hampir dua pertiga usia kehidupan kita. Benar, ada sebagian di antara saudara kita yang mabuk dalam urusan dunia. Namun tidak sedikit di antara mereka melakukannya karena tuntutan dan kebutuhan.

Apapun itu, sungguhlah merugi jika waktu kita habis untuk menggali tambang dunia tanpa menginvetasikan sebagiannya untuk keuntungan akhirat. Allah ta’ala berfirman :

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَلَلدَّارُ الآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلا تَعْقِلُونَ

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?’ [QS. Al-An’aam : 32].

وَفَرِحُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فِي الآخِرَةِ إِلا مَتَاعٌ

“Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit)” [QS. Ar-Ra’d : 26].

اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الأمْوَالِ وَالأوْلادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُورِ

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu” [QS. Al-Hadiid : 20].

Allah ta’ala tidak mengharamkan kita bersibuk dengan urusan dunia. Namun ikhwan,….Allah ta’ala telah berfirman tentang bagaimana seharusnya seorang muslim meletakkan orientasi kehidupannya :

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الآخِرَةَ وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi” [QS. Al-Qashshaash : 77].

Al-Hasan Al-Bashriy rahimahullah berkata terkait makna ayat di atas :

أَمَرَهُ أَنْ يَأْخُذَ مِنْ مَالِهِ قَدْرَ عِيشَتِهِ وَأَنْ يُقَدِّمَ مَا سِوَى ذَلِكَ لآخِرَتِهِ

“Allah telah memerintahkan untuk mengambil bagian hartanya sekedar mencukupi hidupnya, dan mendahulukan selain dari itu untuk kepentingan akhiratnya” [Diriwayatkan oleh Abu Haatim dalamTafsiir-nya no. 17116 dengan sanad hasan].

So,…. – sesuai dengan judul – belajar atau mencari ilmu adalah salah satu investasi penting untuk menuai keuntungan di akhirat.

Saya adalah salah seorang yang sangat-sangat tidak sepakat jika sibuk kerja dari pagi hingga petang atau malam menjadi alasan bagi sebagian ikhwan tidak sempat untuk belajar. Dengan ketidaksepakatan itu, berikut akan saya coba susun alternatif jadwal sederhana bagi ikhwan yang sibuk bekerja, dengan sedikit kiat-kiat sederhananya :


Menurut saya, alternatif jadwal di atas masih memberikan waktu yang cukup bagi kita untuk hidup sebagai manusia normal yang mempunyai waktu untuk bekerja, istirahat (4 - 6 jam sehari),[2]berinteraksi dengan keluarga, dan belajar agama.

Jadwal di atas adalah untuk hari-hari bekerja. Berikut adalah alternatif jadwal ketika hari libur :


Alternatif jadwal di atas masih bisa kita otak-atik sesuai dengan sikon dan keadaan pribadi kita masing-masing. Harapan saya, alternatif jadwal di atas dapat membuat kita semakin kreatif melakukan berbagai inovasi memanfaatkan dan mengefisienkan waktu, meskipun sedikit.

Ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan agar belajar kita lebih efektif :

1. Manfaatkan waktu yang sedikit sebaik mungkin. Jika kita pintar memanfaatkan waktu yang sedikit, maka – lazimnya – kita akan lebih pintar memanfaatkan waktu yang banyak.2. Mulai membaca buku yang sederhana dan tipis yang memuat prinsip-prinsip penting dalam agama, yang mudah diingat dan dihapal.3. Jangan ‘malu’ membaca buku terjemahan bagi orang yang belum bisa/lancar berbahasa Arab. Kita terlahir dan dibesarkan dengan bahasa Indonesia, yang tentunya akan lebih mudah memahami penjelasan dalam bahasa Indonesia.

Catatan :
Pandai-pandailah kita membeli dan memilih buku terjemahan. Beberapa hal yang dapat dijadikan bahan pertimbangan adalah : nama pengarang, nama penerjemah, dan nama penerbit. Hendaknya kita membeli buku yang ditulis, diterjemahkan, dan diterbitkan oleh orang-orang yang berkomitmen terhadap manhaj salaf. Jangan asal membeli buku.
4. Mencatat point-point penting dari hal yang kita baca dan dengar dalam buku catatan atau komputer. Itu sangat membantu kita untuk mengingat dan memahaminya.
5. Lebih fokus pada usaha untuk belajar dan memahami sesuatu, daripada tergoda untuk membantah sesuatu atau bahkan mencari-cari jawaban syubhat (yang pernah kita baca atau dengar).
6. Serius dalam belajar agama laiknya kita serius dalam belajar ilmu dunia. Bahkan harus lebih serius lagi. Jangan menganggap belajar agama itu hanya sekedar mengisi waktu kosong, daripada nganggur.
Bayangkan kalau kita besok pagi mau ujian semester, pasti malam hari kita belajar dan mempersiapkannya dengan sungguh-sungguh. Demikian pulalah seharusnya kita belajar agama,….. meskipun hanya membaca buku terjemahan. Apalagi kalau kita hadir langsung dalam majelis ilmu.
7. Jika kita memiliki radio, please stay tuned pada stasiun radio dakwah, seperti Radio Rodja, Radio Hang, dan yang lainnya. Kita bisa mendengarkan ta’lim atau murattal sambil melakukan berbagai aktifitas di rumah. Ini adalah nikmat yang besar yang wajib kita syukuri.

Terakhir,…. Ibnul-Mubaarak rahimahullah berkata :

أول العلم النية، ثم الاستماع، ثم الفهم، ثم الحفظ، ثم العمل، ثم النشر

"Awal dari ilmu adalah niat, lalu mendengarkan, lalu memahami, lalu menghapal, lalu mengamalkan, lalu menyebarkannya” [Jaami' Bayaanil-'Ilmi wa Fadhlihi, 1/118].

Sampai dalam tahapan ilmu manakah kita ?

Semoga tulisan kecil ini ada manfaatnya.

[Http://cerkiis.blogspot.com, penulis: abul-jauzaa’ – sardonoharjo, ngaglik, sleman, yk – 02052012].

Footnote :
[1] Bagi ikhwan yang dapat jatah makan dari kantor, atau biasa dibekali makan siang oleh istri dari rumah.
[2] Terdiri dari 4 jam tidur malam, 1 jam tidur di angkutan umum ketika berangkat bekerja, dan 1 jam ketika pulang.
[3] Karena waktu kita untuk berinteraksi dengan keluarga telah kita alokasikan lebih banyak.