Kamis, 26 Desember 2019
sebelum wafat, seorang ayah berkata kepada anaknya,
"Ini adalah sebuah jam peninggalan kakek buyutmu. Usia jam ini telah lebih dari dua ratus tahun. (Sekarang, aku akan memberikan jam ini kepadamu). Akan tetapi, sebelum jam ini resmi kuberikan kepadamu, pergilah kau ke toko jam di simpang jalan itu dan katakan kepada si penjual jam bahwa kau hendak menjual jam ini. Cari tahu harga yang ia berikan untuk jam ini."
Si anak mematuhi perintah ayahnya, ia segera pergi ke toko jam itu lalu kembali lagi seraya berkata kepada ayahnya, "Penjual jam itu menghargai jam ini lima dolar karena katanya ini jam tua."
Si ayah berperintah lagi kepada anaknya, "Pergilah ke pengepul barang antik! Cari tahu harga yang ia berikan!"
Si anak pun pergi seperti yang diperintahkan oleh ayahnya, lalu kembali lagi dan berkata, "Ia memberi harga lima ribu dolar untuk jam ini."
Sang ayah berperintah lagi, "Pergilah dan bawalah jam tangan ini ke musium dan tawarkan untuk kau jual!"
Si anak pun pergi ke musium, lalu kembali lagi seraya berkata, "Ayah, pihak musium menghadirkan ahli untuk memeriksa jam ini, lalu mereka menawarkan jutaan dolar kepadaku sebagai harga pengganti untuk jam ini."
Si ayah lantas berkata, "Aku bermaksud mengajarimu bahwa sesungguhnya tempat yang benar akan menakar nilai dirimu dengan cara penilaian yang benar. Maka janganlah kau meletakkan dirimu di tempat yang salah lalu kau marah atas nilai penghargaan yang mereka berikan terhadapmu. Orang yang mengenal nilai dirimu -dengan benar- adalah orang yang mengetahui bagaimana cara menakarmu. Maka janganlah kau tetap berada di tempat yang tak layak bagimu."
[Cerkiis.blogspot.com, sumber: via fb: Syaikh Muhammad 'Umar Bazmul -hafizhahullah, oleh Ibnn tato (hendra wibawa)]