Rabu, 24 Mei 2017

Beberapa Hal Yang Perlu Intropeksi Niat Sebelum Memasuki Ramadhan

Beberapa Hal Yang Perlu Intropeksi Niat Sebelum Memasuki Ramadhan

Akan sangat banyak kata-kata jika kita gunakan untuk mengungkapkan kemuliaan dan keutamaan bulan suci Ramadhan. Sebagai seorang muslim tentunya kita sangat berharap bertemu serta merasa bahagia dengan datangnya bulan Ramadhan. Kegembiran akan datangnya bulan Ramadhan telah dicontohkan oleh para salaf (pendahulu) kita.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أتاكم رمضان شهر مبارك. فرض الله عز وجل عليكم صيامه، تفتح فيه أبواب السماء، وتغلق فيه أبواب الجحيم، وتغلّ فيه مردة الشياطين، لله فيه ليلة خير من ألف شهر، من حرم خيرها فقد حرم

“Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah. Allah wajibkan kepada kalian puasa di bulan ini. Di bulan ini, akan dibukakan pintu-pintu langit, dan ditutup pintu-pintu neraka, serta setan-setan nakal akan dibelenggu. Demi Allah, di bulan ini terdapat satu malam yang lebih baik dari pada 1000 bulan. Siapa yang terhalangi untuk mendulang banyak pahala di malam itu, berarti dia terhalangi mendapatkan kebaikan.” [1]

Syaikh Shalih Al-Fauzan hafidzahullah berkata menjelaskan hadits,

ففي هذا الحديث بشارة من رسول الله (صلى الله عليه وسلم) لعباد الله الصالحين بقدوم شهر رمضان المبارك. لأن النبي (صلى الله عليه وسلم) أخبر الصحابة رضي الله عنهم بقدومه

“Pada hadits ini terdapat kabar gembira dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada hamba Allah yang shalih dengan datangnya bulan Ramadhan yang diberkahi. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan kepada para sahabat akan kedatangan Ramadhan.” [2]


Bergembira Datangnya Ramadhan Hanya Karena Ada Keuntungan Dunia

Akan tetapi ada sebagian kecil kaum muslimin yang bergembira menyambut bulan Ramadhan karena ada keuntungan dunia di bulan suci ini. Bahkan bisa jadi mereka bergembira hanya karena ada keuntungan dunia saja bukan karena keuntungan dan kebahagiaan di akhirat.

Agar bulan suci Ramadhan tidak hanya sekedar tujuan dunia saja, maka kita perlu intropeksi niat kita sebelum memasuki bulan suci tersebut. Masalah niat adalah perkara yang cukup berat ketika kita berusaha untuk mengikhlaskannya.

Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah berkata,

ما عالجت شيئا أشد علي من نيتي ؛ لأنها تتقلب علي

“ Tidaklah aku berusaha untuk mengobati sesuatu yang lebih berat daripada meluruskan niatku, karena niat itu senantiasa berbolak-balik.” [3]


Berikut beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam hal niat kita:

1. Musim Jualan Serba-serbi Ramadhan


Memang bisnis pernak-pernih Ramadhan bisa sangat menguntungkan, misalnya jualan kurma, makanan menjelang berbuka, baju lebaran dan lain-lainnya. Sebaiknya jangan sampai bulan Ramadhan hanya fokus saja pada bisnis dan mencari keuntungan dunia sampai lupa mencari keuntungan akhirat atau lupa memanfaatkan berkah bulan Ramadhan untuk tujuan akhirat, bahkan lalai dalam beribadah, misalnya:
●   Di sela-sela shalat dan waktu senggang lebih sibuk menawarkan dagangan baik lewat sosmed atau yang lain sampai-sampai tidak ada waktu untuk membaca Al-Quran. Padahal Ramadhan adalah bulan Al-Quran.
●   Malam hari sibuk dengan berjualan sampai lalai beribadah shalat malam dan membaca Al-Quran.
●   Sangat sibuk berjualan ketika menjelang berbuka sampai-sampai shalat magrib sangat terlambat dan laki-laki tidak shalat berjamaah di masjid

Hendaknya jangan lupa bahwa ibadah di bulan Ramadhan sangat besar pahala dan keutamaannya. Karenanya pintu surga dibuka menunjukkan bahwa banyak amal ibadah yang bisa dilakukan dan difokuskan selama bulan Ramadhan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ

“Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan pun dibelenggu.” [4]


2. Sibuk Memilih-milih Tempat Berbuka Puasa Gratis Yang Enak

Bagi para perantau semisal mahasiswa, di bulan Ramadhan bisa jadi buka puasa gratis ini sangat menghemat pengeluaran mereka. Umumnya buka puasa gratis biasanya ada pengajian pengantar sebelum berbuka. Sebenarnya tidak masalah datang untuk berbuka puasa karena memang disediakan gratis dari para muhsinin. Akan tetapi yang menjadi perhatian adalah jangan sampai sibuk memilih-milih tempat berbuka puasa di mana yang makanannya lebih enak, atau ada niat ikut pengajian menjelang membuka sekedar formalitas saja karena intinya ingin ikut buka puasa gratis saja.

Sebaiknya kita ikhlaskan lagi dan intropeksi niat kita. Jika memang panitia menyediakan makanan berbuka bagi mereka yang datang lebih awal dan mengikuti kajian, maka bagi yang sengaja datang terlambat karena ingin dapat berbuka gratis saja, sebaiknya mendahulukan jatah mereka yang sudah lebih dahulu datang.

Yang cukup penting juga adalah mendoakan mereka yang telah memberikan kita buka puasa dengan doa beberapa berikut:

اللَّهُمَّ أَطْعِمْ مَنْ أَطْعَمَنِي وَاسْقِ مَنْ سَقَانِي

Allahumma ath’im man ath’amanii wasqi man saqaa-nii

“Ya Allah, berilah makanan orang yang memberi aku makan dan berilah minum orang yang memberi aku minuman.“ [5]

Atau doa:

اللَّهُمَّ بَارِك لَهُم فِيمَا رَزَقْـــتَهُم وَاغْفِرْ لَهُم وَارحَمْهُم

Allahumma baarik lahum fii maa razaqtahum, waghfir lahum, warhamhum

“Ya Allah, berkahilah rezeki yang Engkau anugerahkan kepada mereka, ampuni mereka dan berikanlah rahmat kepada mereka.” [6]


3. Mendadak Lebih Agamis dan Memakai Hijab Syar’i Selama Bulan Ramadhan Saja

Alhamdulillah jika memang benar-benar niatnya berubah dan lebih agamis. Memanfaatkan momentum dan berkah bulan Ramadhan untuk kembali ke jalan syariat yang benar untuk kesuksesan dunia dan akhirat. Akan tetapi jika niatnya hanya sementara saja selama bulan Ramadhan dan setelah Ramadhan kembali lagi, maka niat ini harus diperbaiki dan usahakan lebih ikhlas lagi serta berdoa semoga Allah tetap memberikan hidayah

Bagi yang memakai hijab syari selama bulan Ramadhan padahal sebelumnya tidak, maka berdoalah semoga tetap kokoh beragama. Hilangkan jauh-jauh tendensi dan tujuan dunia dengan memakai jilbab, misalnya lebih laku ketika menjadi model Ramadhan dengan berpenampilan agamis.

Mohon dan berdoalah agar tetap kokoh beragama baik selama maupun setelah Ramadhan sampai akhir hayat. Bacalah doa berikut:

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

‘Rabbanaa laa tuzigh quluubanaa ba’da idz hadaitanaa wa hab lanaa min-ladunka rohmatan, innaka antal-wahhaab’

“Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Dzat yang Maha Pemberi (karunia).” (QS. Ali Imran: 8).

Atau doa:

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ

‘Ya Muqallibal Quluubi Tsabbit Qalbiy ‘Alaa Diinika’.

“Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.” [7]


4. Penceramah Dan Imam Yang Mendapatkan “amplop”

Alhamdulillah bulan Ramadhan insyaAllah banyak ilmu yang disampaikan dan kaum muslimin hadir di majelis ilmu untuk mendengarkannya. Sebagaimana kebiasaan kita, biasanya ada ceramah setelah shalat subuh atau setelah tarawih. Kita sangat bersyukur ada ustadz dan orang yang berilmu bisa membagi ilmu agama serta memberikan pencerahan ajakan ke jalan Allah kepada kaum muslimin. Bagi penceramah dan imam bisa jadi mereka mendapatkan “amplop” ketika akan mengisi pengajian atau ceramah (hukumnya boleh menerimanya).

Akan tetapi perlu diluruskan niatnya dan kita intropeksi diri dengan niat mengajak ke jalan Allah dan niat mendidik masyarakat. Sebaiknya hindari:

●   Mematok biaya ceramah
●   Memilih-milih mana yang isi amplopnya lebih banyak, tetapi pilih sesuai mashlahat dakwah yang lebih baik 
●   Memberikan ceramah yang monoton satu tema untuk beberapa masjid tanpa peduli sama sekali kebutuhan materi dakwah yang lebih dibutuhkan.

Sebenarnya masih banyak lagi contohnya, semoga kita bisa lebih ikhlas dan menyambut Ramadhan dalam rangka tujuan akhirat yang lebih ikhlas.

Demikian semoga bermanfaat.

[Cerkiis.blogspot.com, @Laboratorium Kinik RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta tercinta, Penulis: Raehanul Bahraen]

Catatan Kaki

[1]  HR. Ahmad, Nasai 2106, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth)

[2]  Majalis Ramadhaniyah, sumber: http://islamport.com/w/amm/Web/5224/5.htm

[3]  Jami’ Al-‘ulum wal hikam hal. 18, Darul Aqidah, Koiro, cet.I, 1422 H

[4]  HR. Muslim

[5]  HR. Muslim, No. 2055

[6]  HR. Muslim 2042

[7] HR. At-Tirmidzi no.3522, Shahih Sunan At-Tirmidzi no.2792