Kamis, 15 Oktober 2020


Sejarah

Pasca keberhasilan membubarkan Masyumi melalui Sukarno di era Demokrasi Terpimpin dengan dalih para pemimpinnya terlibat PRRI (Mohammad Natsir, Sjafruddin Prawiranegara, Boerhanuddin Harahap, dan Faqih Usman - dan mereka semua adalah para tokoh bangsa), PKI sering menggunakan dalih itu untuk menyerang para agamawan sebagai agen-agen Masyumi atau Masyumi gaya baru yang akan bertindak subversif, menjatuhkan kekuasaan sah secara inkonstitusional dan anti-Pancasila. Maklum, Masyumi adalah musuh besar PKI. 

PKI pandai memutarbalikkan fakta di lapangan. Ketika mereka menyerang pesantren dan masjid; tapi yang dituduh melakukannya kemudian adalah yang mereka istilahkan dengan 'orang-orang beragama dan bertuhan'. Btw, secara tidak langsung, mereka mengakui bukan merupakan bagian beragama dan bertuhan. Para agamawan dan kiyai di desa dimasukkan dalam klasifikasi Setan Desa - musuh masyarakat - sebagaimana dituliskan D.N. Aidit pada bukunya 'Kaum Tani Mengganjang Setan-Setan Desa', terbitan Yayasan Pembaruan Jakarta tahun 1964.

Jadi wajar jika kini masyarakat khawatir akan kebangkitan PKI secara ideologis yang menumpang kelompok-kelompok tertentu. Ciri-cirinya mirip. Menyerang MUI dan tokoh agama. Gampang menuduh golongan Islamis ingin bertindak subversif dengan isu khilafah, tak Pancasialis, radikalis/teroris, serta cenderung alergi terhadap orang taat beragama dan menstigmanya dengan HTI atau ISIS.

♻ Donya Arif Wibowo

๐ŸŒ Cerkiis.blogspot.com