Jumat, 11 Oktober 2019

Islam Dan Problematika Agama Dan Akidah


ISLAM DAN PROBLEMATIKA AGAMA DAN AKIDAH

Oleh Syaikh Abdur Rahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah

Problem ini merupakan problem terbesar dan sangat krusial. Di atas agama dan akidah inilah, semua urusan terbangun. Semua urusan tersebut, baik dan buruknya sangat bergantung pada baik dan buruknya agama, artinya, jika agama itu maka semua akan baik, begitu juga sebaliknya. Namun faktanya, dalam masalah agama dan akidah (keyakinan), manusia telah berpecah belah dan menempuh jalan yang bermacam-macam. Semua jalan yang mereka tempuh merupakan jalan yang salah, menyimpang dari kebenaran serta tidak memberikan manfaat apapun, kecuali jalan orang yang mendapatkan hidayah kepada agama Islam yang hakiki. Mereka mendapatkan keistiqamahan, kebaikan, dan kenyamanan dari segala sisi.

Sebagian manusia, ada yang dipermainkan oleh syaitan sehingga mereka menyembah selain Allâh Azza wa Jalla , menyembah bebatuan, pepohonan, gambar, para nabi dan malaikat, menyembah orang shalih atau yang tidak shalih, padahal mereka meyakini hanya Allâh Azza wa Jalla Rabb mereka, pemilik dan pencipta mereka tanpa ada sekutu bagi-Nya. Dengan demikian, berarti mereka mengakui tauhid rubûbiyah dan melencengan dari tauhid ulûhiyah (mengesakan Allâh Azza wa Jalla dalam hal ibadah). Mereka ini termasuk orang-orang musyrik meski dalam warna, mazhab dan kelompok yang berbeda. Semua kitab samawi ( kitab yang Allâh Azza wa Jalla turunkan kepada para Nabi ) telah mengabarkan kebinasaan dan kesengsaraan mereka.

Semua para Nabi dan Rasul telah bersepakat dalam menyerukan tauhid dan melarang kesyirikan. Mereka juga bersepakat bahwa orang yang menyekutukan Allâh Azza wa Jalla diharamkan bagi mereka surga dan tempat mereka yang tepat adalah neraka. Akal yang sehat serta fitrah yang selamat juga mengisyaratkan buruknya perbuatan syirik, perbuatan menuhankan dan menyembah para makhluk. Jadi, kesyirikan itu batil secara syairi’at dan rusak menurut akal yang sehat.

Sebagian manusia, ada juga yang beriman kepada sebagian rasul dan kitab-kitab samawi serta menolak sebagian yang lainnya, padahal para rusul, dan kitab-kitab samawi satu sama lainnya saling membenarkan dan bersepakat dalam masalah-masalah inti. Oleh karena itu, pendustaan orang-orang ini terhadap sebagian kitab dan rasul telah membatalkan keimanan mereka terhadap sebagian yang lainnya, sehingga mereka tetap berada dalam penyimpangan, kebingungan dan kontradiksi. Allâh Azza wa Jalla berfirman :

إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيُرِيدُونَ أَنْ يُفَرِّقُوا بَيْنَ اللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيَقُولُونَ نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَنَكْفُرُ بِبَعْضٍ وَيُرِيدُونَ أَنْ يَتَّخِذُوا بَيْنَ ذَٰلِكَ سَبِيلًا ﴿١٥٠﴾ أُولَٰئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ حَقًّا

Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allâh Azza wa Jalla dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allâh Azza wa Jalla dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan, “Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)”, serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir), merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. [an-Nisâ’/4:150-151]

Allâh Azza wa Jalla menghukumi mereka sebagai orang-orang kafir yang hakiki, karena Allâh Azza wa Jalla mengetahui pengakuan mereka sebagai orang-orang yang beriman adalah pengakuan dusta dan tidak benar. Seandainya pengakuan mereka benar tentu mereka juga beriman terhadap semua hal yang disepakati oleh para Nabi, akan tetapi mereka berkata :

قَالُوا نُؤْمِنُ بِمَا أُنْزِلَ عَلَيْنَا وَيَكْفُرُونَ بِمَا وَرَاءَهُ وَهُوَ الْحَقُّ مُصَدِّقًا لِمَا مَعَهُمْ

Mereka mengatakan, “Kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami”. Dan mereka kafir kepada al-Qur’ân yang diturunkan sesudahnya, sedang al-Qur’ân itu adalah (Kitab) yang haq; yang membenarkan apa yang ada pada mereka [al-Baqarah/2:91]

Jadi pengakuan mereka ini merupakan pengakuan dusta, oleh karena itu Allâh Azza wa Jalla membantah mereka dengan firman-Nya :

قُلْ فَلِمَ تَقْتُلُونَ أَنْبِيَاءَ اللَّهِ مِنْ قَبْلُ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

Lantas, mengapa kamu dahulu membunuh para Nabi Allâh jika benar kamu orang-orang yang beriman? [al-Baqarah/2:91]

Sebagian umat manusia, ada juga yang mengaku-ngaku sebagai ahli ilmu falsafah (filsafat) dan ilmu lagika. Lalu mereka ini datang membawa kesesatan dan hal-hal yang mustahil. Mereka menentang Allâh Azza wa Jalla dan mengingkari eksistensi-Nya k , apalagi kewajiban beriman kepada para Nabi, kitab-kitab, serta hal-hal yang ghaib. Mereka menentang ayat-ayat Allâh Azza wa Jalla dengan penuh kesombongan, padahal jiwa meyakini kebenarannya. Mereka mendustakan semua ilmu para Rasul dan semua kandungan kitab-kitab Allâh Azza wa Jalla . Mereka sombong, tidak mau menerima kitab-kitab itu dan membangga-banggakan pengetahuan mereka tentang alam semesta. Menolak semua kebenaran dan tidak mau menerimanya kecuali hal-hal yang mereka ketahui dengan akal dan panca indra yang sangat terbatas serta eksperimen-eksperimen yang sangat dangkal dan sempit bila dibandingkan dengan ilmu para Nabi. Mereka menyembah alam semesta dan menjadikannya segala-galanya bagi mereka. Mereka tunduk dan patuh kepada tabiat, serta tidak mau terikat dengan sesuatu apapun yang berkenaan dengan akhlak atau syari’at. Keadaan mereka tidak lebih baik dibandingkan hewan ternak, karena mereka tidak memiliki akhlak dan selalu memperturutkan syahwat. Mereka tidak memiliki tujuan akhir yang ingin dicapai. Mereka mengatakan :

وَقَالُوا مَا هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَا إِلَّا الدَّهْرُ

Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa, [al-Jatsiyah/45:24]

ISLAM MENYELAMATKAN MANUSIA
Lalu bagaimana dengan Islam? Agama Islam telah mengeluarkan dan menyelamatkan makhluk dari gelapnya kebodohan, kekufuran, serta dari gelapnya permusuhan dan berbagai jenis keburukan. Islam membimbing mereka menuju cahaya ilmu, iman, keyakinan, keadilan, kasih sayang serta semua jenis kebaikan.

Allâh Azza wa Jalla berfirman :

لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ

Sungguh Allâh telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allâh mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allâh l , membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata. [Ali Imrân/3:164]

Juga berfirman :

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

Sesungguhnya Allâh Azza wa Jalla menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allâh Azza wa Jalla melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. [an-Nahl/16:90]

Juga berfirman :

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu [al-Mâidah/5:3]

Juga berfirman :

وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلًا

Telah sempurnalah kalimat Rabbmu (al-Qur’ân) sebagai kalimat yang benar dan adil. [al-An’âm/6:115]

Kata “kalimah” pada ayat di atas maksudnya adalah firman Allâh Azza wa Jalla (al-Qur’ân) yang melalui perantaraannya Allâh Azza wa Jalla mensyari’atkan syari’at juga hukum-hukum. Allâh Azza wa Jalla telah menjadikannya :

1. Sempurna dari segala sisi, tidak ada kekurangannya dari sisi manapun;

2. Benar dalam pemberitaannya tentang Allâh Azza wa Jalla , keesaan-Nya dan pembalasan-Nya, juga tentang kebenaran para rasul dalam mengkhabarkan perkara-perkara gaib;

3. Adil dalam semua hukumnya. Semua perintah yang ada di dalamnya adalah keadilan, kebaikan, dan perbaikan, semua larangannya penuh dengan hikmah. Dia melarang perbuatan zhalim, permusuhan, dan kerusakan-kerusakan yang lainnya.

وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ

Dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allâh Azza wa Jalla bagi orang-orang yang yakin? [al-Mâidah/5:50]

Pertanyaan dalam ayat ini bermakna nafyun (peniadaan hukum yang lebih baik) yang telah ditetapkan keberadaannya dalam fitrah dan akal sehat.

Agama Islam telah membolehkan semua yang baik dan bermanfaat serta mengharamkan setiap yang buruk dan mencelakakan. Allâh Azza wa Jalla berfirman :

الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلَالَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ

(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang mereka dapati (namanya) tertulis dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka [al-A’râf/7:157]

Agama Islam merupakan agama yang mengarahkan para hamba kepada semua yang bermanfaat, dalam urusan agama dan dunia, serta melarang mereka dari segala perkara yang membahayakan agama dan kehidupan mereka. Islam adalah agama yang memerintahkan para pemeluknya untuk bermusyawarah tatkala tidak jelas antara maslahat yang dominan ataukah mudharat? Musyawarah bertujuan untuk memilih yang dominan maslahatnya dan meninggalkan yang mudharat dominan.

Agama Islam merupakan agama yang agung dan universal yang menyeru manusia agar mengimani seluruh kitab yang Allâh Azza wa Jalla turunkan juga mengimani para Rasul yang telah Allâh Azza wa Jalla utus, sebagaimana firman Allâh Azza wa Jalla :

فَلِذَٰلِكَ فَادْعُ ۖ وَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ ۖ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ ۖ وَقُلْ آمَنْتُ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنْ كِتَابٍ ۖ وَأُمِرْتُ لِأَعْدِلَ بَيْنَكُمُ ۖ اللَّهُ رَبُّنَا وَرَبُّكُمْ ۖ لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ ۖ لَا حُجَّةَ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ ۖ اللَّهُ يَجْمَعُ بَيْنَنَا ۖ وَإِلَيْهِ الْمَصِيرُ

Maka karena itu serulah (mereka kepada agama ini) dan tetaplah sebagai mana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah: “Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allâh dan aku diperintahkan supaya berlaku adil diantara kamu. Allâh-lah Rabb kami dan Rabb kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allâh mengumpulkan antara kita dan kepada-Nya-lah kembali (kita)” [as-Syûrâ/42:15]

Agama Islam adalah agama yang dipersaksikan kebenaran dan kesempurnaannya oleh Allâh Azza wa Jalla juga para makhluk pilihan Allâh Azza wa Jalla .

شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ ۚ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ ﴿١٨﴾ إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ

Allâh Azza wa Jalla menyatakan bahwa tidak ada ilah melainkan Dia (yang berhak diibadahi), yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada ilah melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allâh Azza wa Jalla hanyalah Islam. [Ali Imrân/3:18-19]

Agam Islam merupakan agama yang memberikan keindahan lahir maupun batin, dan kesempurnaan akhlak serta amal bagi para pemeluknya.

وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ

Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allâh [an-Nisâ’/4:125]

Tidak ada yang lebih baik daripada orang yang ikhlas kepada Allâh l , berlaku baik kepada para hamba, ikhlas serta mengikuti syari’at Allâh Azza wa Jalla yang merupakan syariat terbaik dan paling adil, sehingga hatinya akan terwarnai dengan tauhid dan ikhlas, akan lurus akhlak dan amalnya diatas hidayah dan kebenaran.

صِبْغَةَ اللَّهِ ۖ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ صِبْغَةً ۖ وَنَحْنُ لَهُ عَابِدُونَ

Shibghah Allâh. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada Allâh? Dan hanya kepada-Nya-lah kami beribadah. [al-Baqarah/2:138]

Agama Islam, dengannya para pemeluknya telah mampu membuka banyak hati dengan ilmu dan iman, membuka penjuru dunia dengan keadilan, rahmat (kasih sayang), dan nasehat untuk ummat manusia. Dengannya, Allâh Azza wa Jalla memperbaiki keyakinan dan akhlak; Allâh Azza wa Jalla memperbaiki kehidupan dunia dan akhirat dan dengannya pula Allâh Azza wa Jalla menyatukan hati-hati yang bercerai-berai.

Agama Islam merupakan agama yang agung dan kokoh dalam setiap khabar (berita) dan hukumnya. Islam tidak mengabarkan tentang sesuatu kecuali dengan cara benar dan haq, tidak pula menetapkan suatu hukum kecuali dengan cara adil. Tidak ada satu pun ilmu yang benar (shahih) yang menolak kebenaran berita yang dibawa Islam dan tidak ada satu hukum yang lebih baik dari hukum Islam. Ditambah lagi, pokok-pokok, kaidah-kaidah dan pondasi ajaran Islam selalu selaras dengan zaman yang telah lewat dan waktu yang akan datang. Jika etika bermuâmalah (etika dalam bergaul atau berbisnis) diterapkan dalam hubungan antar individu masyarakat ataupun dengan kelompok-kelompok tertentu disetiap waktu dan tempat, maka pasti melahirkan keadilan, kasih sayang dan kebaikan. Karena Islam turun dari yang Dzat Yang Mahabijaksana dan Mahaterpuji. Allâh Azza wa Jalla berfirman :

الر ۚ كِتَابٌ أُحْكِمَتْ آيَاتُهُ ثُمَّ فُصِّلَتْ مِنْ لَدُنْ حَكِيمٍ خَبِيرٍ

Alif Lâm Râ, (Inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu [Hûd/11:1]

Allâh Azza wa Jalla juga berfirman :

لَا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَلَا مِنْ خَلْفِهِ ۖ تَنْزِيلٌ مِنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ

Yang tidak datang kepadanya (al-Qur’ân) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji. [Fusshilat/41:42]

Allâh Azza wa Jalla juga berfirman :

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur’ân, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. [al-Hijr/15:9]

Kami menjaga setiap lafaznya dari segala bentuk penambahan, pengurangan, dan perubahan; Kami menjaga hukum-hukumnya dari segala bentuk penyelewengan dan kekurangan. Karena al-Qur’ân memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam masalah keadilan, keistiqamahan, dan kemudahan.

Agama Islam adalah agama yang membimbing pemeluknya menuju al-haq dan menuju jalan yang lurus. Kejujuran adalah syi’arnya (simbolnya), keadilan merupakan porosnya (orbitnya), al-haq penopangnya, ar-rahmah (kasih sayang) merupakan ruh dan tujuannya, kebaikan adalah patnernya, kebaikan dan perbaikan merupakan keindahan dan aktivitasnya sementara hidayah dan petunjuk adalah bekalnya.

Agama Islam merupakan agama yang memadukan antara tuntutan-tuntutan (kebutuhan) ruh, hati dan jasad. Allâh Azza wa Jalla memerintahkan kaum Mukminin dengan perintah yang Allâh Azza wa Jalla perintahkan kepada para rasul, yaitu agar beribadah kepada-Nya, melakukan amal shalih yang mendatang ridha-Nya, mengkonsumsi makanan yang halal dan memanfaatkan apa yang Allâh Azza wa Jalla sediakan untuk para hamba-Nya dalam kehidupan ini. Jadi agama Islam menggiring dan mengantarkan orang yang melakukannya dengan benar kepada ketinggian, kemuliaan dan kearah kemajuan yang benar.

Barangsiapa mengetahui karakteristik agama ini maka otomatis dia akan memahami betapa agung nikmat Allâh Azza wa Jalla yang dianugerahkan kepada para makhluk-Nya berupaka agama ini. Sebaliknya, siapa saja yang mencampakkannya, maka pasti dia akan terjatuh dalam kebatilan, kesesatan dan kerugian. Karena semua agama yang menyelisihi Islam berada diantara khurafat dan paganis (penyembahan terhadap berhala), antara penyimpangan dan materialis, yang menjadikan hati dan amalan pemeluknya seperti hewan ternak bahkan lebih sesat. Karena jika agama Islam hilang dari hati, maka akhlak mulianpun sirna lalu diganti akhlak yang buruk. Ini semua menyebabkan pemilik hati tersebut tersibukkan dengan perkara-perkara yang rendahan. Kemudian yang menjadi perhatian dan tujuan tertinggi mereka adalah bersenang-senang dengan kehidupan dunia fana ini.

Selayaknya kita bersyukur kepada Allâh Azza wa Jalla atas nikmat yang teramat agung ini. Nikmat yang datang hanya dari Allâh Azza wa Jalla . Ingatlah firman Allâh Azza wa Jalla :

وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَٰذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ

Mereka berkata, “Segala puji bagi Allâh yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini. dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allâh tidak memberi kami petunjuk.” [al-A’râf/7:43]

(Diangakat dari kitab ad-Din as-Shahih Yahullu Jami’a al-Masyakil)

[Cerkiis.blogspot.com, Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun XVII/1435H/2014. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]