Sabtu, 06 Januari 2018

Pasal Pertama : Dalam Shahiih al-Bukhari Dan Shahiih Muslim Yang Memiliki Keterkaitan al-Mahdi

Pasal Pertama : Dalam Shahiih al-Bukhari Dan Shahiih Muslim Yang Memiliki Keterkaitan al-Mahdi

KITAB : HARI KIAMAT (2)

Pasal Pertama AL-MAHDI

Oleh Dr. Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil

4. Sebagian Hadits Dalam Shahiih al-Bukhari dan Shahiih Muslim yang Memiliki Keterkaitan dengan al-Mahdi
a. Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, beliau berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

كَيْفَ أَنْتُمْ إِذَا نَزَلَ اِبْنُ مَرْيَمَ فِيْكُمْ، وَإِمَامُكُمْ مِنْكُمْ؟

‘Bagaimanakah keadaan kalian ketika putera Maryam turun di tengah kalian, sedangkan imam kalian dari kalangan kalian?!’”[1]

b. Diriwayatkan dari Jabir bin ‘Abdillah Radhiyallahu anhuma, beliau berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِيْ يُقَاتِلُوْنَ عَلَى الْحَقِّ، ظَاهِرِيْنَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. قال: فَيَنْزِلُ عِيْسَى بْنُ مَرْيَمَ، فَيَقُوْلُ أَمِيْرُهُمْ: تَعَالَ صَلِّ لَنَا فَيَقُوْلُ: لاَ؛ إِنَّ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ أُمْرَاءُ؛ تَكْرِمَةَ اللهِ هَذِهِ اْلأُمَّةَ.

‘Senantiasa sekelompok dari umatku berjuang di atas kebenaran, mereka akan tetap ada sampai hari Kiamat.’ Beliau bersabda, ‘Lalu ‘Isa bin Maryam turun, pemimpin mereka berkata, ‘Kemarilah, shalatlah meng-imami kami.’ Lalu dia berkata, ‘Tidak, sesungguhnya sebagian dari kalian adalah pemimpin bagi sebagian yang lainnya sebagai kemuliaan yang Allah berikan kepada umat ini.’”[2]

c. Diriwayatkan dari Jabir bin ‘Abdillah Radhiyallahu anhuma, beliau berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يَكُوْنُ فِيْ آخِرِ أُمَّتِيْ خَلِيْفَةٌ يَحْثِي اْلَمَالَ حَثْيًا لاَ يَعُدُّهُ عَدَدًا.

‘Di akhir umatku akan ada seorang khalifah yang akan membagi-bagikan harta dengan kedua tangannya tanpa ada yang dapat menghitungnya.’”

Al-Jurairi[3] -salah seorang perawinya- berkata:

قُلْتُ لأَبِيْ نَضْرَةَ وَأَبِي الْعَلاَءِ: أَتَرَيَانِ أَنَّهُ عُمَرُ بْنُ عَبْدَالْعَزِيْزِ؟ فَقَالاَ: لاَ.

“Aku berkata kepada Abu Nadhrah[4] dan Abil ‘Ala,[5] ‘Apakah kalian berpendapat bahwa ia adalah ‘Umar bin ‘Abdil ‘Aziz?’ Beliau menjawab, ‘Tidak.’”[6]

Hadits-hadits yang terdapat dalam ash-Shahiihain ini menunjukkan dua hal:

Pertama, bahwa ketika ‘Isa bin Maryam Alaihissallam turun dari langit, maka orang yang akan mengatur urusan kaum muslimin adalah seorang laki-laki dari kalangan mereka.

Kedua, bahwa kehadiran pemimpin mereka untuk melakukan shalat, dan mengimami kaum muslimin, serta permohonannya kepada Nabi ‘Isa agar maju menjadi imam bagi shalat mereka, semua ini menunjukkan keshalihan pemimpin tersebut dan keadaannya yang berada di dalam petunjuk (hidayah). Hadits tersebut walaupun tidak mengandung penyebutan yang jelas dengan kata al-Mahdi, namun hadits tersebut menunjukkan kepada seorang laki-laki shalih yang menjadi imam bagi kaum muslimin saat itu. Telah diriwayatkan berbagai hadits di dalam kitab-kitab as-Sunan, Musnad dan selainnya yang memberikan penafsiran terhadap hadits-hadits yang ada di dalam ash-Shahiihain, dan menunjukkan bahwa laki-laki shalih tersebut bernama Muhammad bin ‘Abdillah, yang dijuluki dengan al-Mahdi, sedangkan as-Sunnah saling menafsirkan satu sama lainnya.

Di antara hadits-hadits yang menunjukkan hal itu adalah hadits yang diriwayatkan oleh al-Harits bin Abi Usamah dalam Musnadnya dari Jabir bin ‘Abdillah Radhiyallahu anhuma, beliau berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يَنْزِلُ عِيْسَى بْنُ مَرْيَمَ، فَيَقُوْلُ أَمِيْرُهُمُ الْمَهْدِيُّ...

‘‘Isa bin Maryam akan turun, sementara pemimpin mereka al-Mahdi berkata….’”[7]

Hadits ini menunjukkan bahwa pemimpin tersebut adalah pemimpin yang disebutkan dalam Shahiih Muslim yang meminta kepada Nabi ‘Isa Alaihissallam agar maju untuk menjadi imam dalam shalat; namanya adalah al-Mahdi.

Syaikh Shiddiq Hasan Khan menyebutkan hadits yang banyak tentang al-Mahdi di dalam kitabnya al-Idza’ah. Beliau menjadikan hadits Jabir yang disebutkan di dalam riwayat Muslim di bagian akhir, kemudian beliau berkata, “Di dalamnya tidak ada ungkapan al-Mahdi, akan tetapi tidak ada makna lain di atas hadits tersebut dan hadits yang semisalnya selain al-Mahdi yang dinanti-kan, sebagaimana ditunjukkan oleh beberapa hadits terdahulu juga atsar yang banyak.”[8]

[Cerkiis.blogspot.com, artikel: almanhaj. Disalin dari kitab Asyraathus Saa'ah, Penulis Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil, Daar Ibnil Jauzi, Cetakan Kelima 1415H-1995M, Edisi Indonesia Hari Kiamat Sudah Dekat, Penerjemah Beni Sarbeni, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir]

Footnote
[1]. Shahiih al-Bukhari, kitab Ahaadiitsul Anbiyaa', bab Nuzuulu ‘Isa bin Maryam Alaihissallam (VI/491), dan Shahiih Muslim, kitab al-Iimaan, bab Nuzuulu ‘Isaa bin Maryam J Haakiman (II/193, Syarh an-Nawawi).
[2]. Shahiih Muslim, kitab al-Iimaan, bab Nuzuulu ‘Isa bin Maryam Haakiman (II/193-194, Syarh an-Nawawi).
[3]. Beliau adalah Abu Mas’ud Sa’id bin Iyas al-Jurairi al-Bashri, seorang ahli hadits di Bashrah, tsiqah, dan mukhthalat (hafalannya kacau) 3 tahun sebelum dia wafat. Wafat pada tahun 144 H rahimahullah.
Lihat Tahdziibut Tahdziib (IV/5-7).
[4]. Beliau adalah al-Mundzir bin Malik bin Qith’ah al-‘Abadi al-Bashri, perawi tsiqah, beliau meriwayat-kan dari beberapa Sahabat. Wafat pada tahun 108 H rahimahullah.
Lihat Tahdziibut Tahdziib (X/302-303).
[5]. Beliau adalah Yazid bin ‘Abdillah bin asy-Syikhir al-‘Amiri, seorang Tabi’in, tsiqah, beliau meriwayatkan dari sekelompok Sahabat. Wafat pada tahun 108 H rahimahullah. Lihat Tahdziibut Tahdziib (XI/341).
[6]. Shahiih Muslim, kitab al-Fitan wa Asyraathus Saa’ah (XVIII/38-39, Syarh an-Nawawi), dan diriwayat-kan pula oleh al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah bab al-Mahdi (XV/86-87), tahqiq Syu’aib al-Arna-uth.
Al-Baghawi berkata, “Hadits ini shahih, diriwayatkan oleh Muslim.”
[7]. Telah dijelaskan takhrij hadits ini sebelumnya.
[8]. ‘Aqiidah Ahlis Sunnah wal Atsar fil Mahdi al-Muntazhar (hal. 175-176), karya Syaikh ‘Abdul Muhsin bin Hamd al-Hammad, seorang dosen di Universitas Islam Madinah di Madinah al-Munawwarah, cet. I, th. 1402 H, cet. ar-Rasyid, Madinah, lihat al-Idza’aah (hal. 144).