Jumat, 02 Juni 2017

Agama Islam dan Orang Arab : Menjawab tuduhan dan hinaan Islam Agama Arab, Padang Pasir, dan Onta

Agama Islam dan Orang Arab : Menjawab tuduhan dan hinaan Islam Agama Arab, Padang Pasir, dan Onta

Kalau misal ada agama Indonesia asli, maka penganut nya tentu saja orang Indonesia asli apalagi yang tinggal di pedalaman pedalaman itu.

Sama juga dengan agama Jawa asli, yakni kejawen. Ataupun agama Sunda asli, yakni Sunda wiwitan. Penganut yang paling murni tentu orang jawa dan orang sunda yang paling murni. Yang di kampung kampung itu. Yang masih melestarikan kebudayaan dan kepercayaan nenek moyang nya.

Melestarikan "agama warisan" nya, kalau bahasa kerennya sekarang ini

Itulah yang sering disebut "penganut kepercayaan", dan mereka menisbatkan agamanya dengan tempat asal mereka


Bagaimana dengan Islam? 

Islam malah justru tegas mengatakan bahwa orang-orang Arab yang paling asli, yang di pedalaman itu. Yang masih melestarikan agama kebudayaan dan kepercayaan nenek moyang nya, sebagai orang yang sangat besar kekafiran dan kemunafikan nya!

Allah subhaanahu wa ta'aala berfirman,

الْأَعْرَابُ أَشَدُّ كُفْرًا وَنِفَاقًا وَأَجْدَرُ أَلَّا يَعْلَمُوا حُدُودَ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ عَلَىٰ رَسُولِهِ ۗ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ

"Orang-orang Arab Badwi itu, lebih sangat kekafiran dan kemunafikannya, dan lebih wajar tidak mengetahui hukum-hukum yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya. Dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana." [QS At-Taubah : 97]

Tentu ada juga sebagian yang beriman, sebagaimana yang disebutkan dalam QS At-Taubah : 99 setelahnya, namun yang ditonjolkan itu bukan karena ada yang beriman maka berarti tidak ada yang sangat dalam kekafiran dan kemunafikan nya.

Bahkan Allah subhaanahu wa ta'aala justru menyebutkan jati diri sebagian orang Arab asli alias Arab Badui itu, yang sangat dalam kekafiran dan kemunafikan nya

Berkata Ibnu Katsir ketika menafsirkan QS At Taubah ayat 97 itu,

أخبر تعالى أن في الأعراب كفارا ومنافقين ومؤمنين وأن كفرهم ونفاقهم أعظم من غيرهم

"Allah subhaanahu wa ta'aala mengabarkan bahwa di antara orang Arab asli pedalaman itu (Arab Badui), ada orang orang Kafir, Munafiq, dan yang beriman. Akan tetapi kekafiran dan kemunafikan mereka itu lebih besar, dibandingkan selainnya (yang beriman)."

Kalau dikatakan, "Ok lah jika itu orang orang Arab yang ada di dusun dan orang udik itu. Sekarang bagaimana yang tinggal di perkotaan, sebagaimana Madinah pada zaman Rasulullah itu?"

Al jawab, kalau di perkotaan itu yang banyak adalah orang munafiq nya. Walau tentu ada juga yang beriman.

Sama lah kayak kita di Indonesia ini, yang banyak orang munafiq nya kan orang kota nya juga kan? Apalagi kota besar...

Allah subhaanahu wa ta'aala berfirman,

وَمِمَّنْ حَوْلَكُمْ مِنَ الْأَعْرَابِ مُنَافِقُونَ ۖ وَمِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ ۖ مَرَدُوا عَلَى النِّفَاقِ لَا تَعْلَمُهُمْ ۖ نَحْنُ نَعْلَمُهُمْ ۚ سَنُعَذِّبُهُمْ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ يُرَدُّونَ إِلَىٰ عَذَابٍ عَظِيمٍ

"Di antara orang-orang Arab Badwi yang di sekelilingmu itu, ada orang-orang munafik; dan (juga) di antara penduduk Madinah.

Mereka keterlaluan dalam kemunafikannya. Kamu (Muhammad) tidak mengetahui mereka, (tetapi) Kamilah yang mengetahui mereka. Nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar." [QS At Taubah : 101]

Berkata Ibnu Katsir ketika menjelaskan QS At Taubah : 101 ini,

يخبر تعالى رسوله صلوات الله وسلامه عليه أن في أحياء العرب ممن حول المدينة منافقون وفي أهل المدينة أيضا منافقون " مردوا على النفاق "

"Allah subhaanahu wa ta'aala mengabarkan kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, bahwa di antara orang orang Arab asli dusun yang tinggal di sekitar kota Madinah itu, ada orang yang munafiq. Demikian juga orang kota yang tinggal di dalam kota Madinah itu sendiri.

Yang mana mereka itu sangat berlebihan dalam kemunafikannya ".

Dari penjelasan di atas jelas bagi kita, bahwa walaupun Islam itu diturunkan di tanah Arab, dan dengan menggunakan bahasa Arab. Namun bukan berarti Islam itu adalah agama bangsa Arab.

Buktinya, orang Arab yang paling asli saja justru banyak yang kafir dan munafiq. Tidak beriman.

Maka bagaimana mungkin Islam dianggap agama kebudayaan, agama kepercayaan bangsa Arab (dianggap sama seperti kejawen atau Sunda wiwitan). Dihina-hina sebagai agama padang pasir, dan yang semisal.

Islam itu adalah agama yang diturunkan oleh Allah untuk seluruh umat manusia. Tidak bersumber karena sebab regional wilayah tertentu. Buktinya, orang Arab asli dan kebudayaan nya justru ditentang oleh Islam. Dan orang Arab aslinya juga menentang Islam dengan kekafiran dan kemunafikan mereka.

Di sinilah pentingnya kita memahami konsep wahyu. Masalah Islam diturunkan di Arab, maka itu karena Rasulullah itu adalah keturunan para Nabi, yang bersambung menyampaikan Risalah dari Allah.

Tidak semua Nabi itu orang Arab, bahkan justru kebanyakan adalah orang Ajam (non Arab). Nabi yang tinggal dan kemudian mengalami proses "Naturalisasi" itu justru sedikit. Paling hanya Nabi Ismail alaihis salaam, dan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.

Jadi yang penting itu bukanlah Nabi itu orang mana yang terikat dengan wilayah regional. Namun karena Rasulullah adalah keturunan para Nabi, yang bersambung menyampaikan Risalah dari Allah.

Mengapa Allah memilih bahasa Arab sebagai bahasa wahyu? Ini karena bahasa Arab yang fushah itu terpelihara dan tidak mengalami kerusakan. Orang dulu dan orang sekarang kalo diberikan bahasa Arab yang fushah (fasih), maka mereka faham.

Jadi proses penyampaian wahyu dan pemahaman bahasa nya, akan selalu original.

Itu yang pertama.

Yang kedua, ini berkaitan dengan konsep wahyu dan tantangan dari Allâh. Bahwa jika Al Qur'an ini hanyalah hasil kebudayaan, bikinan manusia (Muhammad), dan bukan berasal wahyu dari Allah.

Maka tentu mudah bagi kita untuk memplagiat nya, dan membikin yang semisal itu baik dari sisi sastra, gaya, dan cita rasanya.

Namanya bikinan manusia tentu bisa ditiru, kecuali jika itu adalah firman Allah. Manusia tidak akan bisa menirunya. Mengaku aku, ya, tapi meniru niru, maka tidak akan bisa.

Inilah yang Allah tantang seluruh manusia dan jin, untuk membuat yang semisal.

Terlebih lagi ilmu alat dan sastra dalam bahas Arab itu lengkap dan ada sampai sekarang, yang bisa kita pergunakan juga. Mulai dari sisi ilmu nahwu dan shorof untuk gramatika nya. Ilmu Bayan, Ma'ani, dan Badi' untuk Balaghoh nya. Koleksi syi'ir syi'ir jahiliyyah (syair jahiliyyah) yang ada sebelum Islam yang masih lengkap dan terjaga sampai sekarang. Dan lain lain.

Semua lengkap dan ada hingga sampai zaman ini. Secara logika harusnya bisa kita memplagiat dan membikin yang semisal Al Qur'an. Lha wong semua alat dan bahan bahannya ada.

Namun karena Al Qur'an adalah Kalamullah, firman Allah. Maka sejak dari dulu sampai sekarang tidak ada yang bisa bikin, dan tantangan Allah ini masih berlangsung sampai sekarang.

Ini juga kita masih belum membicarakan kemukjizatan ayat-ayat Al Qur'an di hadapan hasil penemuan dan penelitian ilmu pengetahuan dan teknologi.

Orang yang pandai sastra biasanya dia gagap dalam masalah sains dan teknologi. Adapun Al Qur'an merangkum semuanya itu melalui telegraphic message nya.

Semoga yang sedikit ini muda untuk difahami dan bermanfaat bagi kita semua. Baarokalloohu fiik

[Cerkiis.blogspot.com, Penulis: Ustadz Kautsar Amru]