Jumat, 06 September 2019

Seandainya Aku Hidup di Zaman Rasulullah ﷺ


👉 Mungkin kita pernah berkata sebagaimana yang tertulis di dalam judul, “Seandainya aku hidup di zaman Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, maka aku bisa menjadi bagian generasi manusia yang terbaik. Dan aku akan mendapatkan fadhilah keutamaan, sebagaimana yang didapatkan oleh para sahabat Rasulullah ﷺ.”

❌ Perkataan seperti ini sudah dilarang oleh para Ulama dan yang utamanya adalah dilarang oleh Sahabat Rasulullah ﷺ. Karena yang hidup di zaman Rasulullah ﷺ tidak semuanya beriman kepada Allah dan tentu adzab merekapun akan berlipat ganda karena permusuhan mereka yang sangat keras kepada Rasulullah ﷺ seperti Abu Jahl dan para pengikutnya.

👉 Dan juga perlu diketahui, cobaan para Sahabatpun lebih berat dan sulit dari cobaan yang kita terima. Diantara mereka ada yang dibunuh, dipanggang hidup-hidup, dan tubuhnya ditusuk dengan tonggak besi melalui kemaluannya dll. (Semoga Allah ﷻ meridhai mereka semua)

✔ Dengan seluruh cobaan ini, apa kita bisa memastikan bahwa kita mampu untuk menjaga keimanan kita?

✔ Maka dari itu, cukuplah bagi kita untuk mensyukuri nikmat Allah Ta’ala walau tidak berada di zaman para Sahabat.

👉 Sahabat Rasulullah ﷺ, Miqdan bin Al-Aswad, telah melarang dari perkataan di atas.

📚 Jubair bin Nufair rahimahullah berkata :

ﺟﻠﺴﻨﺎ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻤﻘﺪﺍﺩ ﺑﻦ ﺍﻷﺳﻮﺩ ﻳﻮﻣﺎ، ﻓﻤﺮ ﺑﻪ ﺭﺟﻞ، ﻓﻘﺎﻝ : ﻃﻮﺑﻰ ﻟﻬﺎﺗﻴﻦ ﺍﻟﻌﻴﻨﻴﻦ ﺍﻟﻠﺘﻴﻦ ﺭﺃﺗﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ، ﻭﺍﻟﻠﻪ ﻟﻮﺩﺩﻧﺎ ﺃﻧﺎ ﺭﺃﻳﻨﺎ ﻣﺎ ﺭﺃﻳﺖ، ﻭﺷﻬﺪﻧﺎ ﻣﺎ ﺷﻬﺪﺕ، ﻓﺎﺳﺘﻐﻀﺐ، ﻓﺠﻌﻠﺖ ﺃﻋﺠﺐ، ﻣﺎ ﻗﺎﻝ ﺇﻻ ﺧﻴﺮﺍ، ﺛﻢ ﺃﻗﺒﻞ ﺇﻟﻴﻪ، ﻓﻘﺎﻝ : " ﻣﺎ ﻳﺤﻤﻞ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﻋﻠﻰ ﺃﻥ ﻳﺘﻤﻨﻰ ﻣﺤﻀﺮﺍ ﻏﻴﺒﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ، ﻻ ﻳﺪﺭﻱ ﻟﻮ ﺷﻬﺪﻩ ﻛﻴﻒ ﻛﺎﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﻓﻴﻪ، ﻭﺍﻟﻠﻪ ﻟﻘﺪ ﺣﻀﺮ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺃﻗﻮﺍﻡ ﻛﺒﻬﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﻣﻨﺎﺧﺮﻫﻢ ﻓﻲ ﺟﻬﻨﻢ ﻟﻢ ﻳﺠﻴﺒﻮﻩ، ﻭﻟﻢ ﻳﺼﺪﻗﻮﻩ، ﺃﻭﻻ ﺗﺤﻤﺪﻭﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺇﺫ ﺃﺧﺮﺟﻜﻢ ﻻ ﺗﻌﺮﻓﻮﻥ ﺇﻻ ﺭﺑﻜﻢ، ﻣﺼﺪﻗﻴﻦ ﻟﻤﺎ ﺟﺎﺀ ﺑﻪ ﻧﺒﻴﻜﻢ، ﻗﺪ ﻛﻔﻴﺘﻢ ﺍﻟﺒﻼﺀ ﺑﻐﻴﺮﻛﻢ، ﻭﺍﻟﻠﻪ ﻟﻘﺪ ﺑﻌﺚ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻋﻠﻰ ﺃﺷﺪ ﺣﺎﻝ ﺑﻌﺚ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻓﻴﻪ ﻧﺒﻲ ﻣﻦ ﺍﻷﻧﺒﻴﺎﺀ ﻓﻲ ﻓﺘﺮﺓ ﻭﺟﺎﻫﻠﻴﺔ، ﻣﺎ ﻳﺮﻭﻥ ﺃﻥ ﺩﻳﻨﺎ ﺃﻓﻀﻞ ﻣﻦ ﻋﺒﺎﺩﺓ ﺍﻷﻭﺛﺎﻥ، ﻓﺠﺎﺀ ﺑﻔﺮﻗﺎﻥ ﻓﺮﻕ ﺑﻪ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﺤﻖ ﻭﺍﻟﺒﺎﻃﻞ، ﻭﻓﺮﻕ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﻮﺍﻟﺪ ﻭﻭﻟﺪﻩ ﺣﺘﻰ ﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﻟﻴﺮﻯ ﻭﺍﻟﺪﻩ ﻭﻭﻟﺪﻩ ﺃﻭ ﺃﺧﺎﻩ ﻛﺎﻓﺮﺍ، ﻭﻗﺪ ﻓﺘﺢ ﺍﻟﻠﻪ ﻗﻔﻞ ﻗﻠﺒﻪ ﻟﻺﻳﻤﺎﻥ، ﻳﻌﻠﻢ ﺃﻧﻪ ﺇﻥ ﻫﻠﻚ ﺩﺧﻞ ﺍﻟﻨﺎﺭ، ﻓﻼ ﺗﻘﺮ ﻋﻴﻨﻪ ﻭﻫﻮ ﻳﻌﻠﻢ ﺃﻥ ﺣﺒﻴﺒﻪ ﻓﻲ ﺍﻟﻨﺎﺭ " ، ﻭﺃﻧﻬﺎ ﻟﻠﺘﻲ ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ : ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻳﻘﻮﻟﻮﻥ ﺭﺑﻨﺎ ﻫﺐ ﻟﻨﺎ ﻣﻦ ﺃﺯﻭﺍﺟﻨﺎ ﻭﺫﺭﻳﺎﺗﻨﺎ ﻗﺮﺓ ﺃﻋﻴﻦ

“Kami pernah duduk-duduk (bermajlis) pada suatu hari di hadapan Miqdad bin Al-Aswad (salah seorang sahabat Rasulullah ﷺ). Maka seseorang lewat di hadapan beliau dan berkata :  ‘Betapa beruntungnya kedua mata engkau yang telah melihat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Demi Allah, kami sangat berharap seandainya kami melihat apa yang telah engkau lihat dan kami menyaksikan apa yang telah engkau saksikan.ʼ

Maka beliau terpancing untuk marah, namun aku mulai takjub karena beliau tidak berkata kecuali pekataan yang baik.

Kemudian beliau menghadap orang tadi dan berkata : ‘Apa yang membuat orang ini berangan-angan agar hadir di suatu zaman yang mana Allah tidak memberikan kesempatan untuknya. Dia tidak tahu, seandainya dia ada di zaman itu apa yang akan terjadi pada dirinya. Demi Allah, betapa banyak kaum yang berada di zaman Rasulullah ﷺ, namun Allah Ta’ala menyeret wajah mereka di neraka Jahannam. Mereka tidak memenuhi seruan Rasulullah ﷺ, mereka tidak mempercayainya.ʼ

Tidakkah kalian memuji Allah yang telah mengeluarkan kalian sedangkan kalian tidak tahu segalanya kecuali tentang Rabb kalian. Dan kalian mempercayai apa yang datang dari Nabi kalian. Dan cobaan diangkat dari diri kalian karena golongan manusia dari generasi selain kalian. Demi Allah, Allah telah mengutus Nabi Muhammad ﷺ dalam keadaan yang lebih keras dari keadaan Nabi-nabi yang ada yakni di zaman fatrah dan jahiliyyah.

Mereka tidak memandang bahwa agama lebih utama dari beribadah untuk patung. Maka Rasulullah datang dengan Al-Furqan yang membedakan antara haq dan yang bathil.

Dan yang memisahkan anatara orang tua dan anaknya. Sampai-sampai seseorang dapat melihat orang tuanya, anaknya, dan saudaranya adalah kafir. Dan Allah telah membuka kunci hatinya untuk iman. Dia mengetahui, seandainya dia wafat maka dia akan masuk ke dalam neraka. Maka tidak lama, dia dapat mengetahu bahwa kekasihnya dapat masuk neraka. Dan itulah yang difirmankan oleh Allah ta’ala: ‘Dan mereka adalah orang-orang yang berkata: ‘Yaa Rabb kami berikanlah kepada kami penyejuk mata dari pasangan-pasangan kami dan anak keturunan kami’.” (HR. Ahmad dengan sanad yang shahih)

📌 Maka yang perlu kita lakukan adalah bersyukur kepada Allah dan tidak berangan-angan akan suatu hal yang tidak akan mungkin bisa terjadi karena hal itu hanya akan membuka pintu-pintu syaithan.

⚠ Allahu a’lam, semoga yang sedikit ini bermanfaat. Wa shallallahu alaa nabiyyinaa Muhammad.

[Http://cerkiis.blogspot.com , Penulis : Ustadz Abdurrahman Al-Amiry. Sumber : alamiry.net , AYB]