Selasa, 26 Desember 2017

Menyewa Ibu Membeli Tuhan


Berikut ini adalaha beberapa jawaban dari banyaknya jawaban kaum wanita (ibu-ibu) mengenai ucapan salah satu pendukung LGBT. Tulisan Ibu Hamil Ini Tampar Jeremy Teti yang Sebut Pasangan Sejenis Bisa Punya Keturunan dengan Sewa Rahim

Beberapa hari ini netizen sedang dihebohkan dengan pernyataan Jeremy Teti yang ternyata pendukung LGBT, dan parahnya menyebut pasangan sejenis bisa punya keturunan dengan sewa rahim perempuan.

Seorang ibu hamil bernama Ninin Kholida geram dengan pernyataan itu, ia lantas menuliskan status panjang (24/12) yang menohok untuk membantah pernyataan Jeremy Teti, berikut tulisan lengkapnya:

Menyewa Ibu ; Membeli Tuhan

"Siapa yang bilang bahwa gay tidak bisa punya keturunan?", Tanyanya dengan HERAN.

Di luar negeri sudah banyak yang menyewakan rahim, jawabnya .... bla bla dan dia dengan enteng mengatakan bahwa itu adalah kemajuan

Hey !  Kamu pikir bayi manusia itu cuma urusan sperma tumpah yang ketemu telur ?

Serendah itu kamu memandang 'derajat manusia?'

Saya ibu yang sedang hamil anak ke empat dan saya tersingung!

Saya mau tanya sama kalian yang katanya mau punya peradaban lebih maju

Pantas saja kalian tak menghormati institusi pernikahan (ironisnya kalian sendiri pengen nikah sesama jenis dilegalkan negara).

Kalau kalian pikir pernikahan itu hanya tentang hubungan kelamin.

Sperma tumpah ketemu telor. Jadi bayi manusia ! Makanya enteng saja kalian mau nyewa rahim perempuan tanpa perlu menikahinya.

Kalian pikir ibu hamil cuma butuh uang untuk periksa ke dokter ?

Kalian pikir nyewa rahim itu kayak nyewa ruko?

Nyewa ruko aja, setelah lunas perlu disapu, dirawat biar gak jadi sarang kelelawar..... nah ini bayar perempuan disuruh hamil, dikasih duit terus ditinggal? Disamperin lagi pas bayinya udah woek woek nongol?

Itu bayi dalam perut bukan cuma butuh makan lalu ditinggal
 Kalian pikir sperma itu dari mana ? Telur itu siapa yang bikin? Setelah dua duanya ketemu terus simsalabim jadi bayi? Emang siapa yang nyulap sperma dan telur itu jadi punya jantung? Punya paru paru, hati, empedu, ginjal, usus, lambung, dll? Mata, hidung, lidah, mulut dan NYAWA ?

Kalau kalian pikir bisa bayar perempuan untuk menyewakan rahimnya ? Kalian mau BAYAR KE SIAPA untuk semua organ lengkap yang ada di tubuh bayi itu?

Mau bayar berapa harga NYAWA ? 

Emang susah ngajak kalian yang sesatpikir ini nyambung ke TUHAN ? Sombong sekali kalian ini macam tak butuh Tuhan dan merasa tak perlu taat padaNya.

Kalian pikir ibu hamil itu cuma butuh uang lalu ditinggal ?
Ibu hamil itu justru sangat butuh dukungan psikologis. Butuh lebih sering dipeluk, digandeng saat jalan, dipijat saat sedang capek, disuapin saat merasa tumbang, diajakin nngobrol dan didengarkan.

Susah kayaknya memahamkan kalian bahwa istri itu butuh suami sebagai 'pemimpin' dalam semua maknanya?

Kalian pikir selain suaminya bisa melakukan itu  dengan tulus dan penuh cinta? Sehingga cinta pun bisa diganti dengan sewa

Pantas saja kalian tak menghormati institusi pernikahan. Jika hubungan laki perempuan cuma kalian artikan sebagai hubungan kelamin. Sudah tahu zygot itu penyatuan sperma dan sel telur? Tapi mau diklaim anak kalian berdua para jamaah sperma dan meniadakan eksistensi serta peran sel telur dari perempuannya dengan tak menganggapnya 'ada' karena telah bayar sewa? Mikir!

Ucapan tetty di tv itu seolah-olah mau bilang kalau kaum gay itu #takbutuhibu kecuali sebagai tempat sewa rahim...

Coba teriakkan kalimat #sayatakbutuhibu itu sama kaum kalian dengan penuh kesombongan. Padahal saat kalian positif kena HIV/AIDS atau penyakit kelamin lain yang sabar merawat kalian yang tinggal tulang itu ya ibu yang kalian bilang takbutuh itu. Mikir!

Peradaban manusia seperti apa yang ingin kalian bangun dari hubungan anak dan ibu yang tanpa ikatan rasa cinta ?

Kalian bayar ibunya sebagai ongkos sewa

Lalu si ibu dengan tega melepas anaknya ke pasangan gay dengan tega tanpa perlu merasa sedih atau rindu?

Ini hubungan anak ibu macam apa ?

Ketika suatu saat si anak datang ke ibu biologisnya lalu berkata : 'aku anak yang lahir dari rahimmu' 

Apa yang kalian harap diucapkan si ibu sama anaknya ?

'Pergilah sana. 2 lelaki itu telah membayarku. Sekarang aku tak ada urusan denganmu. Masa sewaku denganmu sudah habis!', Kata ibu itu pada anaknya tanpa rasa. Tanpa cinta. 

'Hubungan kita tak lebih tentang uang! Jangan harap apapun dariku!'

Itulah peradaban penuh kemajuan yang kalian inginkan !

Coba tetty katakan itu pada ibumu! Coba serahkan sejumlah uang padanya untuk ganti rugi karena telah 'meminjamkan' rahimnya untuk tempat tinggalmu sewaktu bayi!

Katakan pada kami jika ia tersenyum dan tak tersinggung.

Lagipula kalian pikir sanggup bayar berapa triliun untuk menyewa rahim seorang ibu ?

Untuk membayar semua rasa sakit, lelah selama 9 bulan lebih?

Kalian pikir sanggup membayar rasa sakit saat kontraksi hingga pembukaan sempurna? Ketika bayi melewati lubang sempit vagina hingga tercabik luka luka penuh darah berliter-liter ?

Mau bayar berapa untuk kerelaan seorang ibu yang bersedia dibius lama, digunting perutnya berlapis lapis ? Tanpa jaminan bahwa ia akan tetap hidup setelah melakukan semua itu ?

Kalian akan bayar berapa untuk semua rasa sakit yang masjh terasa bertahun tahun setelah operasi sesar?

Kalian pikir bayi manusia itu hanya butuh makan dan uang ?

Jika kalian pikir hubungan orang tua anak hanya sekedar tentang hubungan sewa menyewa dengan uang yang tak seberapa
Tahulah kami kini mengapa kalian mengganggap manusia tak lebih dari pemuasan nafsu selangkangan semata yang menghalalkan segala cara.

Ah, bahkan hewan saja tahu cara menghormati ibu bapaknya

[Http://Cerkiis.blogspot.com, Penulis: Ninin Kholida]

Mereka ini sekarang lagi nglunjak. Jika saat ini mereka mulai mewacanakan sewa rahim, bukan mustahil gerakan mereka di indonesia akan memperjuangkan lebih massif untuk melegalkan nikah sesama jenis dan adopsi anak untuk pasangan sesama jenis.... hati-hati kasih panggung dan jangan salah pilih pemimpin!!

Tulisan lanjutan kisah berikut ini

Bukan Wacana Tunggal Di Ruang Hampa

Bukan Wacana Tunggal Di Ruang Hampa

Saya tidak menyangka bahwa tulisan yang saya tulis secara spontan di dinding FB saya akan menjadi viral dalam dua hari ini hingga dibagikan hampir 30ribu kali, belum termasuk di beberapa website dan akun instagram. Benar bahwa tulisan itu memang tulisan ibu hamil yang barangkali sensitive, wajar jika ada yang mengatakan saya alay dan terlalu mendramatisir ucapan JT.

Silahkan berpikir demikian, namun ketahuilah bahwa ibu yang sedang hamil berada pada posisi yang sangat menghayati fitrah keibuannya.  Hamil adalah sebuah ‘training’ panjang selama 9 bulan, masa pelatihan khusus yang ALLah berikan pada seorang perempuan untuk mengasah berbagai emosi jiwa dan menghayati berbagai hal untuk mempersiapkannya menyambut kelahiran anak manusia. Saya menulisnya dalam keadaan menangis, marah, prihatin dan banyak berdoa, sesekali mengelus-elus perut yang merasakan tendangan halus bayi di perut saya. Saya tidak bisa menjamin bahwa masih akan hidup selepas melahirkan anak saya atau tidak, tidak ada yang tahu selain Allah. Namun saya berharap bisa mendampingi dan  mendidik mereka di jaman yang fitnahnya makin merajalela ini.

Wacana yang diungkapkan JT tentang surrogacy bukan wacana yang berdiri sendiri  di ruang hampa. Jadi tak perlu juga mengeluarkan sumpah serapah secara personal pada JT dan mendoakan berbagai keburukan buatnya. Yang kita lawan adalah ‘ide’ yang disuarakan JT, dan ide itu bukan sekedar kelebat pikiran personal seorang JT. Yang kita hadapi hari ini adalah gelombang besar ‘perang pemikiran’.

Karena itu marah saja tak cukup, kita semua harus punya alasan yang kuat dan shahih atas kemarahan ini. Karena alasan itu kemudian akan diuji, diadu keabsahan dan kebenaran ‘nalarnya’ bukan hanya di dinding facebook, instagram atau media sosial lainnya.

Akan diuji nalar logika, kemaslahatan dan mudharatnya di ruang-ruang sidang parlemen dan pengadilan. Kelak, bukan like dan share di media sosial yang akan menentukan apakah sebuah wacana menjadi ‘benar-salah’ dan legal atau illegal dalam pandangan Negara. Jangan sampai payung hukum dan kebijakan mengenai wacana yang beredar di masyarakat ini bergerak lebih lambat dan masalah sosial yang berkembang. Karena itu saya yang hanya ibu rumah tangga ini, selanjutnya berharap benar agar para pakar di bidang hukum,  kedokteran, sosiologi, para pemuka agama dan pemangku kebijakan segera merespon hal ini.

“Yaelah 2019 masih lama kale”; “Jangan semua ujung-ujungnya dihubungkan ke politik”. Begitu komentar beberapa netizen, sekarang anda boleh berkata seperti itu, tapi ini semua wacana pada akhirnya membutuhkan kekuatan politik untuk menjadi hukum dan kebijakan.

Hari Kamis lalu (7 Desember) Negara tetangga  Australia kita telah mengesahkan peraturan tentang dibolehkannya pernikahan sesame jenis. ‘kemenangan’ itu langsung disambut oleh ‘aksi dramatis’ duta besar Australia untuk perancis yang secara terbuka mengumumkan di media sosial saat melamar pacar sesame jenisnya. Kaget ? ada lebih dari 22 negara di dunia yang sudah mengesahkan persetujuan atas pernikahan sesama jenis, antaralain : Belanda, Kanada, Spanyol, Denmark, Selandia Baru, Perancis, Uruguway, Portugal,  Brazil, Islandia, Swedia, Norwegia, Afrika Selatan, Belgia, Skotlandia, Amerika Serikat (lebih dari 36 negara bagian dan distrik) Jerman, Greendland, Irlandia, Findlandia, Luxemburg, Scotlandia, Inggris dan Wales. Baru-baru ini Taiwan merupakan Negara pertama di ASIA yang  juga mengesahkan legalnya pernikahan sesama Jenis. Penetapan dukungan melalui konsitusi selain didukung oleh parlemen juga disokong oleh para pemimpin negaranya sendiri.

Ada beberapa negara yang pada akhirnya dipimpin oleh penyuka sesama jenis ini, misalnya perdana mentri luxemburg, PM Irlandia, PM Serbia. 'Karena pemimpin adalah cerminan rakyat yang dipimpin'. Karena itu membenahi rakyat dan memilih pemimpin yang berintegritas adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan...

Sekali lagi wacana yang diucapkan JT tentang surrogacy bukanlah sebuah wacana tunggal. Gerakan mereka massif, terstruktur dan didukung bukan hanya oleh dana besar tapi juga back up politik dan lobi internasional.

Cermati saja polanya, paling halus adalah perang wacana : sehingga masyarakat tak lagi melihat homoseksualitas sebagai penyakit, tapi sebuah kewajaran. Orang yang sadar dirinya sakit, akan lebih mudah mencari pertolonganuntuk menyembuhkan sakitnya. Namun mereka yang sakit, namun terus menyangkal keadaannya akan lebih sulit disembuhkan. Bahkan relatif membahayakan yang lain karena rentan menularkan sakitnya.

Masyarakat akan dibuat melihat fenomena ini bukan lagi sebagai hitam putih, tapi abu-abu, dibuat tidak yakin dengan pendapatnya sendiri bahwa ‘perilaku seks menyimpang’ mereka bukan hanya tabu, tapi merusak dan merugikan bagi diri mereka sendiri dan masyarakat. Masyarakat diminta lebih banyak berempati pada keadaan mereka (namun mereka sendiri tak mau berempati dan bertanggungjawab atas kerusakan sosial yang dibuatnya). HAM selalu mereka pakai sebagai senjata untuk pembenaran atas perilaku menyimpang dan kerusakan sosial yang mereka lakukan.

Tapi homoseksualitas bukan hanya tentang identitas diri, tapi juga serangkaian perilaku seksual dan sosial. Ini, bukan wacana tunggal. Semua saling berkaitan. Maka lihatlah puzzle yang terserak dalam sebuah gambar utuh, arus pemikiran liberal, penyelundupan narkoba, buku, majalah dan film selangkangan, pornografi, zina, perkosaan, pembunuhan pasangan, pedofilia dll. Ketika kerusakan merajalela, sementara arus pencegahan dan terapi atas masalah tersebut jauh sangat kecil ketersediannya. Maka jebol, jadi banjir masalah yang akan terus membuat energy bangsa ini terkuras untuk mengatasinya.

Dan itu tugas kita semua, tak akan selesai hanya dengan sumpah serapah.

Setelah jumlah mereka kian banyak, masalah sosial makin menumpuk, maka mereka akan menjadi komunitas baru dengan daya ‘tawar’ dan panggung tersendiri dalam masyarakat. Aktivisnya tak lagi malu-malu, toh jumlah mereka sekarang bereksponen sangat cepat. Lalu apa yang diminta setelah hak pribadi mereka  diakui ? tagar yang akan mereka kampanyekan adalah #marriageEquality.

Kelak mereka akan berkata bahwa membatasi pernikahan hanya pada pasangan heteroseksual adalah melanggar amanat konsitusi bahwa semua warga Negara sama kedudukannya di mata hukum. Karena itu kemudian mereka menyerukan perlunya #FamilyEquality padahal mereka sendiri jelas jelas melecehkan fitrah pernikahan.

Setelah pernikahan disahkan Negara, selanjutnya mereka akan menyerukan adopsi anak, penggunaan teknologi ART dan surrogacy agar mereka juga bisa menjadi ‘keluarga’. Berhenti sampai di situ ? oo tidak, selama hawa nafsu menjadi Tuhan maka gerakan ini akan terus menggilas.

Mereka bukan hanya meminta masyarakat menerima, mendukung dan melegalkan keberadaan lesbian, Gay, transegender tapi juga akhirnya meminta kita semua menerima perilaku predator seksual mereka pada anak anak lewat gerakan Pedosexual dan mengkampanyekan #loveisageless.

Jika kita mengamini kerusakan di satu fase, maka kerusakan itu akan terus menggelinding semua tatanan kemanusiaan dan peradaban. Sehingga bukan hanya manusia saja yang terancam, tapi bahkan hewan dan benda mati macam boneka/sex toy yang ikut ‘jadi korban’ hawa nafsu seksual yang dipuja.

Kita tidak bisa mengatasi semua ini hanya dengan kekahwatiran dan kegalauan. Karena itu berhenti galau dan mulailah beramal, bersama-sama. Tak perlu kita berpecah belah dalam perkara remeh-temeh, karena kita harus bersatu untuk menyelesaikan banyak masalah besar di Negara ini dan umat manusia di muka bumi.

Ini penghujung 2017, semoga keresahan ini jadi momentum untuk bersatu, bergerak bersama untuk jadi solusi atas semua permaslahan bangsa ini ...

kembalilah ke rumah. Benteng terkuat dalam tataran masyarakat. Kembalilah pada kebenaran, kembalilah pada Allah : karena ALLAH adalah sebaik-baik penolong

[Http://Cerkiis.blogspot.com, Penulis: Ninin Kholida]