Berikut ini adalah sebuah pesan sekaligus nasehat berharga yang kami ringkas dari berbagai sumber yang insya Allah dapat semakin menambah ilmu yang bermanfaat.
═══════ ❁❁✿❁❁ ═══════
Ketika DUNIA Di Hatimu
Sombong Bila Kau Punya...
Sedih Bila Kau Tak Punya....
Hasad Ketika Melihat Orang Punya....
Salah satu motivasi dan nasehat yang terus membekas dalam jiwa ini, agar tidak lalai dalam urusan akhirat dan mengejar dunia
"Dunia itu ibarat bayangan, Bila kau kejar, dia akan lari darimu. Tapi bila kau palingkan badanmu, dia tak punya pilihan lain selain mengikutimu."
[Ibnul Qayim Al-Jauziyah Rahimahullah]
═══════ ❁❁✿❁❁ ═══════
502.
Aku belajar untuk mensyukuri serta mencintai apapun dan siapapun yang kini ada bersamaku; sebagaimana halnya aku belajar untuk melupakan serta mengikhlaskan apapun dan siapapun yang telah berlalu dari hidupku.
Dengan begitu, hidupku tenang.
[Ustadz Ammi Ahmad]
═══════ ❁❁✿❁❁ ═══════
Belakangan ini saya sedang banyak dikasih oleh manusia. Tentu ini semua takdir Allah. Kemarin, selepas kajian Shubuh, dikasih bingkisan tas kertas karton. Entah isinya apa. Saya terima. Lalu ke Kalibata kemudian ke Tanah Abang pagi-pagi.
Saya mampir ke suatu toko langganan di blok A. Itu toko saking percaya nya sama saya, sering sekali saya dititipi. Pedagangnya cari barang di cabang lain. Sementara saya yang jaga. Kalau ada pembeli, bisa saya yang ajak obrol. Nah, kemarin saat saya obrak-abrik Atlas Favorit buat ngecer, datang dua emak-emak beserta anak mereka. Beli 15 kodi Wadimor buat THR. Nawar khas emak-emak. Harga yang disodorkan toko ini sebenarnya harga ramah untuk momentum Ramadhan.
Di sela itu, pedagangnya kasih saya sarung Atlas Kembang. Disuruh pilih. Alasannya, disuruh bos. Bosnya berpesan, buat pelanggan setia, di bulan ini kasih satu sarung.
Tapi saya malah menghadiahkannya kemudian buat emak-emak tersebut. Sekarang saya sadar betul, itu kesalahan. Karena saya menghadiahkannya di depan pedagang itu. Mungkin saja hatinya kecewa. Semoga Allah perbaiki semuanya. Semoga dagangan beliau laris manis.
Karena Tanah Abang Ramadhan ini tidak seramai tahun kemarin. Salah satu faktornya adalah online market. Kalau otoritas, atau pemerintah tidak menertibkan online marketing, bukan tidak mungkin akan terjadi chaos beberapa tahun ke depan. Sekarang masih adem, tapi kita tak tahu 5 tahun lagi bagaimana.
Karena kalau Tanah Abang saja sudah mulai menyepi, jangan tanya selainnya. Banyak pedagang offline yang akan mati tokonya. Semoga Allah perbaiki kelak kondisi ini.
Kembali ke cerita saya.
Tadi ada antaran gojek ke kediaman saya, ternyata ada kiriman baju koko dari salah satu murid.
Siang ini saya baru buka bingkisan dari majelis kemarin Shubuh. Rupanya dapat baju koko juga. Plus, satu sarung Wadimor Bali. Alhamdulillah. Mungkin orang majelis kemarin Shubuh belum tahu kalau saya pedagang sarung. Mungkin belum tahu bahwa gudang kami ada 4 spot. Tapi jazaahumullahu khayra. Kali ini, takkan hadiah ini saya hadiahkan ke siapapun.
Untuk teman-teman yang barangkali mau memberi hadiah ke saya (ge'er amat), semoga Allah beri ganjaran atas niatnya. Setelah ini, tolong bantu saya dengan mencukupkan hadiah-hadiah di atas. Saya lebih berharap, saya lah yang bisa memberi Anda sesuatu insya Allah. Adapun saya, sudah cukup dan Allah yang mencukupi.
Usul juga dari saya. Mungkin karena ingin hormati ustadz, Anda berazam berikannya hadiah. Tapi besar kemungkinan ustadz tsb sudah rutin dapat hadiah dari banyak pihak lain. Agar tidak menumpuk, saya mendambakan hadiah-hadiah dialokasikan ke para pedagang kecil seperti somay keliling atau lainnya, yang masih pada shalat.
Teman-teman, bisa jadi sarung yang mereka punya buat Lebaran nanti adalah sarung yang mereka punya Lebaran kemarin, sebelumnya dan sebelumnya. Membahagiakan mereka semoga lebih utama. Ini usul saya. Jazaakumullaahu khayra.
[Ustadz Hasan al Jaizy]
═══════ ❁❁✿❁❁ ═══════
504.
[ mafahimuna ]
Metode dan gaya ceramah (penyampaian ilmu) tidak harus selalu dengan berapi-api serta meledak-ledak, melainkan bervariasi sesuai situasi kondisi dengan melihat contoh dari Nabi shalallahu 'alaihi wasallam serta hikayat para ulama.
Ada saat dengan suara yang tinggi dan berapi-api penuh semangat, seperti tatkala sedang berkhutbah Jum'at atau hari 'ied; ada saat dengan suara yang sewajarnya saja seperti ketika bermajelis ta'lim, bahkan terkadang juga dengan suara yang pelan menyentuh qalbu.
Salah seorang guru kami pernah memberikan kritikan terhadap para penceramah yang dalam setiap momen dan kesempatan apapun selalu gaya ceramahnya dengan suara yang tinggi, lantang, dan berapi-api. Karena, gaya yang terus seperti ini terkadang tidak selalu cocok dengan situasi, kondisi, serta segmen mad'u.
Misalnya di suatu momen yang sedang dihadiri oleh banyak masyarakat awam. Tentunya kurang tepat bila gaya penyampaian ilmu selalu dengan suara yang lantang menggelegar; apalagi bila tidak diimbangi dengan pemilihan kata yang tepat.
Bila Allah Ta'ala menaqdirkan kita sebagai para penyampai ilmu, hendaknya memperhatikan hal-hal semacam ini.
Barakallahu fiikum.
[Ustadz Ammi Ahmad]
[ mafahimuna ]
Metode dan gaya ceramah (penyampaian ilmu) tidak harus selalu dengan berapi-api serta meledak-ledak, melainkan bervariasi sesuai situasi kondisi dengan melihat contoh dari Nabi shalallahu 'alaihi wasallam serta hikayat para ulama.
Ada saat dengan suara yang tinggi dan berapi-api penuh semangat, seperti tatkala sedang berkhutbah Jum'at atau hari 'ied; ada saat dengan suara yang sewajarnya saja seperti ketika bermajelis ta'lim, bahkan terkadang juga dengan suara yang pelan menyentuh qalbu.
Salah seorang guru kami pernah memberikan kritikan terhadap para penceramah yang dalam setiap momen dan kesempatan apapun selalu gaya ceramahnya dengan suara yang tinggi, lantang, dan berapi-api. Karena, gaya yang terus seperti ini terkadang tidak selalu cocok dengan situasi, kondisi, serta segmen mad'u.
Misalnya di suatu momen yang sedang dihadiri oleh banyak masyarakat awam. Tentunya kurang tepat bila gaya penyampaian ilmu selalu dengan suara yang lantang menggelegar; apalagi bila tidak diimbangi dengan pemilihan kata yang tepat.
Bila Allah Ta'ala menaqdirkan kita sebagai para penyampai ilmu, hendaknya memperhatikan hal-hal semacam ini.
Barakallahu fiikum.
[Ustadz Ammi Ahmad]
═══════ ❁❁✿❁❁ ═══════
Tidak perlu silau dan iri dengan segala kehidupan orang lain. Setiap jiwa memiliki ujiannya masing-masing.
Betapa banyak, orang yang terlihat begitu sempurna hidupnya, namun sejatinya menghadapi cobaan yang berat; yang andaikata kita di posisinya, belum tentu kita mampu menghadapinya.
Syukurilah apa yang ada dalam genggamanmu. Sebab, rasa syukur akan membawa pada ketenangan jiwa serta ridho Rabb semesta.
Nikmat terbesar dalam hidup adalah iman dan taufiq untuk selalu beramal kebajikan. Bersyukurlah, bila masih dimudahkan jalan untuk senantiasa beribadah serta mempersiapkan kehidupan ukhrawi nan abadi.
Adapun dunia, tak ada yang pasti. Semuanya silih berganti. Tak ada yang perlu dirisaukan dari si fana ini. Kaya miskin, suka duka, tangis tawa, hanyalah perputaran taqdir Ilahi.
[Ustadz Ammi Ahmad]
═══════ ❁❁✿❁❁ ═══════
506.
[ waqi'una ]
Tampaknya, sekarang ini istilah kultum kepanjangannya bukan lagi "kuliah tujuh menit" , tapi lebih tepatnya "kuliah tujuhbelas menit - lebih".
Terserah lebihnya berapa. Bisa 5 menit, 10 menit, 20 menit, bebas.
Sejatinya, berbicara di hadapan manusia secara melampaui batas waktu yang semestinya adalah suatu " penyakit". Kebiasaan yang kurang baik.
Orang kalau sudah bicara, seringnya memang suka nggak terasa. Lupa waktu, lupa capek. Lupa kalau sudah banyak, sudah panjang. Hingga melebar kemana-mana. Asyik banget. Menikmati sekali atas ceramahnya.
Padahal, manusia yang mendengarnya sudah suntuk, sudah ngantuk. Duduk gelisah. Bingung harus apa. Mau pergi nggak enak. Mau jadi pendengar setia kok ya gimana.
Di sinilah, seorang penceramah semestinya bukan hanya memiliki ilmu yang akan disampaikan; tapi juga hikmah dan kebijaksanaan. Harus memahami situasi dan kondisi. Memahami para hadirin di hadapannya. Dan tentunya, disiplin akan durasi waktu.
Itulah mengapa, mayoritas khuthbah dan ceramah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ringkas, padat, serta penuh hikmah.
Barakallahu fiikum.
[Ustadz Ammi Ahmad]
[ waqi'una ]
Tampaknya, sekarang ini istilah kultum kepanjangannya bukan lagi "kuliah tujuh menit" , tapi lebih tepatnya "kuliah tujuhbelas menit - lebih".
Terserah lebihnya berapa. Bisa 5 menit, 10 menit, 20 menit, bebas.
Sejatinya, berbicara di hadapan manusia secara melampaui batas waktu yang semestinya adalah suatu " penyakit". Kebiasaan yang kurang baik.
Orang kalau sudah bicara, seringnya memang suka nggak terasa. Lupa waktu, lupa capek. Lupa kalau sudah banyak, sudah panjang. Hingga melebar kemana-mana. Asyik banget. Menikmati sekali atas ceramahnya.
Padahal, manusia yang mendengarnya sudah suntuk, sudah ngantuk. Duduk gelisah. Bingung harus apa. Mau pergi nggak enak. Mau jadi pendengar setia kok ya gimana.
Di sinilah, seorang penceramah semestinya bukan hanya memiliki ilmu yang akan disampaikan; tapi juga hikmah dan kebijaksanaan. Harus memahami situasi dan kondisi. Memahami para hadirin di hadapannya. Dan tentunya, disiplin akan durasi waktu.
Itulah mengapa, mayoritas khuthbah dan ceramah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ringkas, padat, serta penuh hikmah.
Barakallahu fiikum.
[Ustadz Ammi Ahmad]
═══════ ❁❁✿❁❁ ═══════
Ajarilah keluargamu untuk senantiasa menghiasi rumah dengan ibadah kepada Allah. Sholat, tilawah, dzikir, dirasah, serta berdoa pada siang dan malam.
Meski sederhana, rumah yang selalu dihidupkan ibadah di dalamnya akan menjadi sumber ketentraman dan keberkahan.
Ramadhan Mubarak, adalah moment yang tepat dan berharga untuk menempa keluarga selalu di atas iman dan kebajikan.
Taqabbalallahu minna wa minkum.
[Ustadz Ammi Ahmad]
═══════ ❁❁✿❁❁ ═══════
Malas Shalat ?
Mengapa sebenarnya kamu malas shalat? Pertama, karena kamu belum mengenal siapa tuhanmu. Kedua, kamu malas karena kamu tidak mengenal siapa dirimu sendiri.
Yang Tidak Wajib Shalat ?
Shalat tidak wajib bagi :
1. Anak yang belum baligh,
2. Perempuan yang sedang haid (menstruasi dan nifas,
3. Juga anda sudah dishalati (wafat)
4. Orang Gila yang belum sadar.
Pilih yang mana ?
مَا سَلَكَكُمْ فِيْ سَقَرَ ، قَالُوْا لَمْ نَكُ مِنَ المُصَلِّينَ
"Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)? Mereka menjawab: "Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat.”
[QS. Al-Mudatsir: 42-43]
═══════ ❁❁✿❁❁ ═══════
509.
Allah pasti tahu meski tidak ada yang memperhatikanmu...
وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا
"dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya" (QS Al-An'am : 59)
Jika gugurnya sehelai daun di tengah belantara hutan Allah mengetahuinya, padahal pohon dan daunnya tidak disuruh beribadah (bukan mukallaf) dan tidak pula dihisab, padahal jumlah daun terlalu banyak, maka bagaimana lagi dengan kondisimu, lirikan matamu, gerakan hatimu, sedihnya hatimu, tetesan air matamu, lantunan tilawah quranmu...?!
[ Ustadz Firanda ]
510.
Allah pasti tahu meski tidak ada yang memperhatikanmu...
وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا
"dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya" (QS Al-An'am : 59)
Jika gugurnya sehelai daun di tengah belantara hutan Allah mengetahuinya, padahal pohon dan daunnya tidak disuruh beribadah (bukan mukallaf) dan tidak pula dihisab, padahal jumlah daun terlalu banyak, maka bagaimana lagi dengan kondisimu, lirikan matamu, gerakan hatimu, sedihnya hatimu, tetesan air matamu, lantunan tilawah quranmu...?!
[ Ustadz Firanda ]
═══════ ❁❁✿❁❁ ═══════
Asy Syaikh Muqbil Al Waadi'iy rahimahullah berkata,
Rukun Hizbiyyah itu ada 3 :
1. At Talbis (mencampur adukkan antara kebenaran dan kebatilan)
2. Al Khidaa' (Tipuan atau tipu daya)
3. Al Kadzib (Berbohong)
[Rihlaat da'awiyah lisy Syaikh Muqbil rohimahulloh, Abu Romzi, hal. 114]
****
قال الشيخ مقبل الوادعي – رحمه الله : أركان الحزبية ثلاثة :
1. التلبيس .
2. والخداع .
3. والكذب
رحلات دعوية للشيخ مقبل رحمه الله – تأليف أبي رمزي – ص 114.
Rukun Hizbiyyah itu ada 3 :
1. At Talbis (mencampur adukkan antara kebenaran dan kebatilan)
2. Al Khidaa' (Tipuan atau tipu daya)
3. Al Kadzib (Berbohong)
[Rihlaat da'awiyah lisy Syaikh Muqbil rohimahulloh, Abu Romzi, hal. 114]
****
قال الشيخ مقبل الوادعي – رحمه الله : أركان الحزبية ثلاثة :
1. التلبيس .
2. والخداع .
3. والكذب
رحلات دعوية للشيخ مقبل رحمه الله – تأليف أبي رمزي – ص 114.
═══════ ❁❁✿❁❁ ═══════
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.
[Http://Cerkiis.blogspot.com, disalin dari berbagai sumber referensi pilihan. Penyusun : arifia]