Jumat, 20 Mei 2016

Perang Badar Berkecamuk


Perang Badar Berkecamuk


BAHASAN : SIRAH NABI

PERANG BADAR BERKECAMUK


Setelah melakukan berbagai persiapan fisik, tepatnya pada hari Jum’at pagi, tanggal 17 Ramadhan, tahun 2 Hijriyah, ketika kedua belah pihak (Muslim dan Quraisy) sudah saling berhadapan dan sedang mengambil ancang-ancang untuk saling menyerbu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdo’a : “Ya Allah Azza wa Jalla, kaum Quraisy telah datang dengan sombong dan penuh kecongkakan. Mereka menentang-Mu dan mendustakan Rasul-Mu. Ya Allah Azza wa Jalla, berilah pertolongan yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah Azza wa Jalla, binasakanlah mereka pagi ini!”

Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan arahan tentang berbagai hal yang berkaitan strategi dan siasat mereka hari itu. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila mereka mendekati kalian, maka lempari mereka ! gunakanlah anah panah kalian terlebih dahulu![1] Dalam riwayat Abu Dâwud, terdapat tambahan : “Janganlah kalian menghunus pedang kalian sampai sangat dekat dengan kalian.”[2]

Setelah itu, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengobarkan semangat pasukan Muslimin. Imam Muslim meriwayatkan bahwa ketika kaum Quraisy sudah mendekat, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Bangkitlah kalian menuju surga yang luasnya seperti luas langit dan bumi.”[3] Mendengar ini, Umair bin Humam al-Anshâri Radhiyallahu anhu berkata, “Wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam! Apakah benar surga seluas langit dan bumi?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Benar.” Dengan penuh rasa kagum, Umair Radhiyallahu anhu berujar, “Wah.. wah!” Mendengar ini, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam balik bertanya : “Kenapa engkau berkata demikian?” Umair Radhiyallahu anhu menjawab, “Tidak, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Demi Allah, aku hanya berharap menjadi bagian dari penghuninya.” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya engkau akan menjadi salah satu penghuninya.” Kemudian, Umair Radhiyallahu anhu mengeluarkan beberapa butir kurma dari kantong anak panahnya dan menyantapnya. Tidak lama kemudian, Umair Radhiyallahu anhu mengatakan, “Seandainya aku masih hidup sampai bisa menghabiskan kurma-kurma ini, maka itu adalah kehidupan yang sangat panjang.” Lalu ia melemparkan kurma-kurma itu, kemudian maju bertempur sampai akhirnya terbunuh.

Sebelum perang Badar berkecamuk, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta kepada para Sahabatnya untuk tidak membunuh orang-orang dari Bani Hasyim dan beberapa orang lainnya. Pasalnya, mereka meninggalkan kota Mekah dan berperang karena terpaksa. Di antara yang disebutkan namanya oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah Abu al-Bukhtari ibn Hisyam (salah seorang yang pergi ke Ka’bah untuk merusak surat pemboikotan kaum Quraisy terhadap kaum Muslimin dan ia tidak pernah menyakiti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam) dan Abbas ibn Abdul Muthalib.

PERANG TANDING

Kedua pasukan pun akhirnya saling berhadapan. Tiga orang dari pasukan Quraisy maju yaitu ‘Utbah bin Rabî’ah, Syaibah bin Rabî’ah dan Walîd bin Utbah. Mereka menantang untuk bertarung. Tiga pemuda Anshar maju menjawab tantangan mereka. Namun pihak Quraisy menolak karena yang mereka inginkan adalah kaum Muhajirin. Akhirnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan ‘Ubaidah bin al-Hârits, Hamzah bin ‘Abdul Muththalib, dan ‘Ali bin Abi Thâlib untuk bertarung dengan mereka. Hamzah Radhiyallahu anhu berhadapan dengan Utbah, Ubaidah Radhiyallahu anhu dengan al-Walâd sementara Ali Radhiyallahu anhu dengan Syaibah. Perang tanding ini dimenangkan oleh pasukan kaum Muslimin.[4]

Enam orang yang bertarung inilah yang disebutkan dalam firman Allah Azza wa Jalla :

هَٰذَانِ خَصْمَانِ اخْتَصَمُوا فِي رَبِّهِمْ ۖ فَالَّذِينَ كَفَرُوا قُطِّعَتْ لَهُمْ ثِيَابٌ مِنْ نَارٍ يُصَبُّ مِنْ فَوْقِ رُءُوسِهِمُ الْحَمِيمُ

“Inilah dua golongan (golongan Mukmin dan golongan kafir) yang bertengkar, mereka saling bertengkar tentang Rabb mereka. Maka orang kafir akan dibuatkan untuk mereka pakaian-pakaian dari api neraka. Disiramkan air yang sedang mendidih ke atas kepala mereka. [al-Hajj/22:19][5]

MALAIKAT DALAM PERANG BADAR

Kaum Muslimin terjun ke kancah peperangan dengan kekuatan iman yang sangat besar. Mereka terus menyerang musuh-musuhnya; dan Allah Azza wa Jalla memberikan bantuan kepada pasukan Muslimin agar memenangkan pertempuran. Allah Azza wa Jalla berfirman:

وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ بِبَدْرٍ وَأَنْتُمْ أَذِلَّةٌ

“Sungguh Allah Azza wa Jalla telah menolong kalian dalam perang Badar, padahal kalian (ketika itu) orang-orang yang lemah.” [Ali Imrân/3:123]

Juga dalam firman-Nya:

إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ أَنِّي مُمِدُّكُمْ بِأَلْفٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ مُرْدِفِينَ

“(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Rabbmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: “Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.” [al-Anfâl/8:9]

Juga dalam surat al-Anfâl ayat 12:

إِذْ يُوحِي رَبُّكَ إِلَى الْمَلَائِكَةِ أَنِّي مَعَكُمْ فَثَبِّتُوا الَّذِينَ آمَنُوا ۚ سَأُلْقِي فِي قُلُوبِ الَّذِينَ كَفَرُوا الرُّعْبَ

“(Ingatlah), ketika Rabbmu mewahyukan kepada para malaikat : “Sesungguhnya Aku bersama kalian, Maka teguhkanlah (pendirian) orang-orang yang telah beriman”. Aku akan berikan rasa takut ke dalam hati orang-orang kafir, … [al-Anfâl/8:12]

Ada juga beberapa hadits shahîh yang menjelaskan tentang bantuan Allah Azza wa Jalla kepada kaum Muslimin dengan mengirimkan malaikat.[6]

KEMATIAN BEBERAPA TOKOH QURAISY

Kematian Abu Jahal

Imam Bukhâri[7] dan Imam Muslim [8] meriwayatkan sebuah hadits dari ‘Abdurrahmân bin ‘Auf Radhiyallahu anhu, beliau bercerita: “Aku benar-benar berada di tengah barisan saat perang Badar, ketika aku menoleh ke sebelah kanan dan sebelah kiri, aku melihat dua pemuda yang masih sangat belia. Seakan-akan aku tidak yakin dengan keberadaan mereka. Salah seorang dari mereka berkata setengah berbisik kepadaku: ‘Paman, tunjukkan kepadaku mana Abu Jahal?’ Aku katakan kepadanya, ‘Wahai anak saudaraku, apa yang akan kau perbuat dengannya?’ Pemuda itu kembali berkata, ‘Aku diberitahu bahwa ia telah mencela Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Dia melanjutkan : “Demi Allah Azza wa Jalla yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya aku melihatnya niscaya debu dan debunya tidak terpisah sampai salah seorang di antara kami mati terlebih dahulu.” Aku tercengang dengan perkataanya. Lalu yang lainnya menyentuhku dan mengatakan hal senada. Tidak beberapa lama, aku melihat Abu Jahal berkeliling di tengah manusia. Aku berkata, ‘Tidakkah kalian lihat ? Itulah orang yang kalian tanyakan tadi !’ Mereka pun saling berlomba mendatanginya dan menyerangnya dengan pedang sampai akhirnya mereka berhasil membunuh Abu Jahal.”

Kemudian dua pemuda tadi mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya : “Siapa di antara kalian yang membunuhnya?” Masing-masing menjawab : “Saya yang membunuhnya.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya: “Apakah kalian sudah membersihkan pedang kalian ?” Mereka menjawab : “Belum” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memperhatikan kedua pedang mereka dan bersabda : “Kalian berdua telah membunuhnya.”

Dalam riwayat yang lain, Imam Bukhâri [9] meriwayatkan dari Anas Radhiyallahu anhu bahwa ketika peperangan telah usai, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Siapa yang pernah melihat apa yang dilakukan oleh Abu Jahal?” Ibnu Mas’ûd bergegas pergi. Lalu ia Radhiyallahu anhu menemukan Abu Jahal telah dipukul oleh dua pemuda anak ‘Afra’ sampai lemas. Ibnu Mas’ûd Radhiyallahu anhu berkata, “Engkau Abu Jahal?” Anas Radhiyallahu anhu mengatakan : ‘Ibnu Mas’ûd menarik jenggot Abu Jahal.

Kematian Umayyah bin Khalaf

`Abdurrahmân bin Auf Radhiyallahu anhu berhasil menjadikan Umayyah sebagai tawanan. Ketika Bilal Radhiyallahu anhu melihat Umayyah berada dalam tawanan `Abdurrahmân bin Auf Radhiyallahu anhu, dia mengatakan : “Saya tidak akan selamat, jika Umayyah selamat.” Sebagaimana diketahui Umayyah pernah menyiksa Bilal di Mekah saat masih menjadi tuannya. Kenangan pahit ini mendorongnya untuk menyerang Umayyah yang sedang dalam tawanan `Abdurrahmân bin Auf. `Abdurrahmân bin Auf sudah berusaha keras untuk melindungi tawanannya, namun gagal karena Bilal memobilisasi beberapa Sahabat dari kaum Anshar. Akhirnya Umayyah pun tewas.[10]

Demikianlah kesudahan perang Badar yang dimenangkan oleh kaum Muslimin. Sebanyak tujuh puluh kafir Quraiys terbunuh sementara yang ditawan ada tujuh puluh orang.[11] Di antara tujuh puluh orang yang tewas ini terdapat beberapa tokoh yang memiliki pengaruh kuat di kalangan kafir Quraisy. Sementara di pihak kaum Muslimin hanya empat belas orang yang terbunuh sebagai syahid, enam dari Quraisy dan delapan dari Anshar[12] . Bagi orang kafir ini merupakan balasan yang adil. Allah Azza wa Jalla berfirman :

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَتَ اللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ﴿٢٨﴾جَهَنَّمَ يَصْلَوْنَهَا ۖ وَبِئْسَ الْقَرَارُ

“Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekufuran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan ? Yaitu neraka Jahannam; mereka masuk ke dalamnya; dan itulah seburuk-buruk tempat kediaman.” [Ibrâhim/14:28-29]

Pelajaran Dari Kisah Di Atas.

1. Boleh melakukan lawan tanding bila diidzinkan oleh amir. Ini adalah pendapat jumhur. Dalam kisah disebutkan bahwa Hamzah, Ali dan Ubaidah Radhiyallahu anhum maju dengan ijin dan perintah dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

2. Pasukan yang berhasil membunuh pasukan lawan berhak mendapatkan barang bawaan lawannya dengan syarat orang yang terbunuh benar-benar personil pasukan lawan, bukan orang-orang yang dilarang membunuhnya seperti anak, kaum wanita dan orang yang sudah tua renta.

(Diangkat dari as-Sîratun Nabawiyyah Fî Dhauil Mashâdiril Ashliyyah, hlm. 348-355 dan 364)

[Http://cerkiis.blogspot.com, Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 04/Tahun XIII/1430H/2009. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016, artikel: almanhaj]

Footnote

[1]. HR al-Bukhâri, al-Fath, 15/173, no. 3975; 12/48, no. 2900

[2]. Sunan Abi Dâwud, 3/188, no. 2664. al-Mundzir rahimahullah tidak mengomentari hadits ini.

[3]. HR. Muslim, 3/1509-1511, no. 1901

[4]. Inilah isi riwayat Abu Dâwud dalam kitab Sunan beliau 4/49, no. 2665. Ibnu Hajar rahimahullah berkomentar tentang riwayat ini : “Ini adalah riwayat yang paling shahîh.” Kemudian beliau rahimahullah mengatakan : “Namun yang masyhur dalam kitab-kitab sirah, yang menjadi lawan Ali Radhiyallahu anhu adalah al-Walîd dan inilah yang cocok dengan keadaan. Karena Ubaidah dan Syaibah sudah tua bagitu juga Hamzah dan Utbah, berbeda Ali dan al-Walîd, keduanya masih muda. Ath-Thabrâni rahimahullah meriwayatkan dengan sanad hasan dari Ali Radhiyallahu anhu, beliau mengatakan : Saya dan Hamzah maju membantu Ubaidah untuk melawan al-Walîd sementara Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mencela apa yang kami lakukan. (Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan) : Riwayat ini sejalan dengan riwayat Abu Dâwud. Wallâhu a’lam. (al-Fath, 15/163)

[5]. HR al-Bukhâri, al-Fath, 15/162-164, no. 3966 dan 3969

[6]. Misalnya, hadits no. 1763 dalam riwayat Imam Muslim dan hadits no. 3995 dalam riwayat Imam al-Bukhâri

[7]. Al-Fath 12/231-232, no. 3141

[8]. Shahîh Muslim, 3/1372, no. 1752

[9]. Al-Fath, 15/158-160, no. 3962 – 3963

[10]. Kisah selengkapnya bisa didapatkan dalam riwayat Imam al-Bukhâri, al-Fath, 10/49-50, no. 2301

[11]. Lihat Shahîh Muslim, 3/1385, no. 1763

[12]. Ini perkataan Mûsa bin Uqbah, sebagaimana dalam al-Bidâyah, 3/330, namun beliau tidak membawakan sanadnya