Begitulah yang sering kita baca di berbagai media, baik artikel, twitter, status Facebook, dan yang lainnya. Indah terdengar, dan bahkan sangat romantis dituliskan bagi para pendamba cinta (semu). Tapi tahukah kawan, bahwa kalimat tersebut berasal dari Bible, kitab suci agama Nashrani ?.
Jika kawan belum tahu, berikut yang tertera dalam buku tersebut :
"Ia membuat segala sesuatu INDAH PADA WAKTUNYA, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir."
Versi bahasa Inggrisnya :
He has made everything beautiful in its time. He also has planted eternity in men's hearts and minds [a divinely implanted sense of a purpose working through the ages which nothing under the sun but God alone can satisfy], yet so that men cannot find out what God has done from the beginning to the end.
[1]
Bahkan kalimat ‘indah pada waktunya’ sudah menjadi syi’ar resmi agama Nashrani yang dinyanyikan dalam berbagai versi lagu rohani mereka.[2]
Allah ta’ala telah berfirman :
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الأمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik” [QS. Al-Hadiid : 16].
Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata ketika mengomentari ayat di atas :
فقوله: ولا يكونوا مثلهم، نهي مطلق عن مشابهتهم، هو خاص - أيضاً في النهي عن مشابهتهم، في قسوة قلوبهم، وقسوة القلوب من ثمرات المعاصي
“Firman-Nya : ‘janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya’ ; merupakan larangan yang bersifat mutlak dalam hal penyerupaan terhadap mereka (orang kafir). Larangan ini juga khusus menyerupai mereka dalam hal kerasnya hati, sedangkan kerasnya hati termasuk di antara buah kemaksiatan” [Iqtidlaa’ Shiraathil-Mustaqiim, 1/290].
Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini dengan mengatakan :
ولهذا نهى الله المؤمنين أن يتشبهوا بهم في شيء من الأمور الأصلية والفرعية
“Oleh karena itu, Allah melarang orang-orang yang beriman untuk menyerupai mereka (orang kafir) dalam hal apapun, baik dalam perkara pokok (ushuliyyah) maupun cabang (furu’iyyah)” [Tafsir Ibnu Katsir, 8/20, tahqiq : Saamiy bin Muhammad Salaamah; Daarith-Thayyibah, Cet. 2/1420].
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka” [Dikeluarkan oleh Ahmad dan yang lainnya, serta dishahihkan oleh Al-Albani dalam Al-Irwaa’ no. 1269 – takhriij selengkapnya silakan baca di sini].
لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ، وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ، حَتَّى لَوْ سَلَكُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوهُ. قُلْنَا : يَا رَسُولَ اللهِ، الْيَهُودُ والنَّصَارَى ؟. قَالَ : فَمَنْ ؟
“Sungguh kalian akan mengikuti sunnah-sunnah yang ada pada pada umat sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta. Hingga seandainya mereka masuk ke lubang biawak, niscaya kalian akan mengikutinya pula”. Kami (para shahabat) bertanya : “Wahai Rasulullah, apakah mereka orang-orang Yahudi dan Nashrani ?”. Beliau menjawab : “Siapa lagi ?” [Muttafaqun ‘alaih].
لِمَ تَلْبِسُونَ الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
"Mengapa kamu mencampur adukkan yang hak dengan yang bathil, dan menyembunyikan kebenaran, padahal kamu mengetahui?" (Qs. Ali Imron :71)
Berikut adalah Halaman Facebook milik akun NASHRANI [3]
Dan Di bawah ini adalah isi Injil Pengkhotbah 3 (Pengkhotbah / PKH / Ecclesiastes 3) dalam terjemahan baru (TB) = Alkitab yang paling banyak digunakan saat ini :
3 : 1 - 15 = Untuk segala sesuatu ada waktunya
(1) Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.
(2) Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam;
(3) ada waktu untuk membunuh, ada waktu untuk menyembuhkan; ada waktu untuk merombak, ada waktu untuk membangun;
(4) ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari;
(5) ada waktu untuk membuang batu, ada waktu untuk mengumpulkan batu; ada waktu untuk memeluk, ada waktu untuk menahan diri dari memeluk;
(6) ada waktu untuk mencari, ada waktu untuk membiarkan rugi; ada waktu untuk menyimpan, ada waktu untuk membuang;
(7) ada waktu untuk merobek, ada waktu untuk menjahit; ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara;
(8) ada waktu untuk mengasihi, ada waktu untuk membenci; ada waktu untuk perang, ada waktu untuk damai.
(9) Apakah untung pekerja dari yang dikerjakannya dengan berjerih payah?
(10) Aku telah melihat pekerjaan yang diberikan Allah kepada anak-anak manusia untuk melelahkan dirinya.
(11) Ia membuat SEGALA SESUATU INDAH PADA WAKTUNYA, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.
(12) ………
(13) ………
(14) ………
(15) ………
Adapun Berikut Ini Adalah Lirik Nyanyian Rohani Nasrani :
Ada waktu tuk berduka
Ada waktu tuk bersuka
Ada waktu tuk berdiam
Ada waktu tuk berkata
Namun di atas segalanya
Ku tau Allahku bekerja
Mendatangkan kebaikan
Bagi yang mengasihiNya
Disaat yang ku alami
Tak seperti yang kuingini
Disaat tiada jawaban
Mengapa harus terjadi
Namun di atas segalanya
Ku tau Allahku bekerja
Mendatangkan kebaikan
Bagi yang mengasihiNya
Mungkin tak kupahami
Apa yang kini aku alami
Namun ku tau pasti
Kasih Allahku takkan berhenti
Kan ku serahkan semua
Pergumulanku padaMu Yesus
Karna kutau pasti
Semuanya kan jadi
"Indah pada waktuNya."
Jangan Sampai Kita Mengikuti Perbuatan Yahudi dan Nashrani Walaupun Hanya Dari Tulisan atau Kitab-kitab Mereka dan Juga Hal-hal lainnya.
Sudah selayaknya sebagai seorang muslim / muslimah untuk merujuk kepada Al - Qur’an dan As - Sunnah dengan pemahaman para sahabat, tabi’in, tabiut tabi’in dan para ulama yang mengikuti mereka bukan mengutip dari Injil.
Dari Ibnu ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” [HR. Ahmad 2: 50 dan Abu Daud no. 4031. Syaikhul Islam dalam Iqtidho‘ 1: 269 mengatakan bahwa sanad hadits ini jayyid/bagus. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih sebagaimana dalam Irwa’ul Gholil no. 1269]
Dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَشَبَّهَ بِغَيْرِنَا
“Bukan termasuk golongan kami siapa saja yang menyerupai selain kami” [HR. Tirmidzi no. 2695. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan]
Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata :
أَنَّ الْمُشَابَهَةَ فِي الْأُمُورِ الظَّاهِرَةِ تُورِثُ تَنَاسُبًا وَتَشَابُهًا فِي الْأَخْلَاقِ وَالْأَعْمَالِ وَلِهَذَا نُهِينَا عَنْ مُشَابَهَةِ الْكُفَّارِ
“Keserupaan dalam perkara lahiriyah bisa berpengaruh pada keserupaan dalam akhlak dan amalan. Oleh karena itu, kita dilarang tasyabbuh dengan orang kafir” [Majmu’ Al Fatawa, 22: 154]
Di tempat lain dalam Majmu’ Al Fatawa, beliau berkata :
فَإِذَا كَانَ هَذَا فِي التَّشَبُّهِ بِهِمْ وَإِنْ كَانَ مِنْ الْعَادَاتِ فَكَيْفَ التَّشَبُّهُ بِهِمْ فِيمَا هُوَ أَبْلَغُ مِنْ ذَلِكَ ؟!
“Jika dalam perkara adat (kebiasaan) saja kita dilarang tasyabbuh dengan mereka, bagaimana lagi dalam perkara yang lebih dari itu?!” [Majmu’ Al Fatawa, 25: 332]
Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah berkata :
“Dan termasuk dalam bentuk meniru-niru orang kafir adalah bercakap-cakap dengan bahasa orang-orang kafir pada kebutuhan yang tidak mendesak. Serta menulis dengan bahasa mereka di tempat-tempat berjualan di negara kaum muslimin. Atau mencampur kalimat dan istilah-istilah dari bahasa mereka di dalam buku-buku Islam dan karya-karya lainnya.” [Al-Khuthab, 2 / 168]
Setelah mengetahui hal ini, akankah kita akan mengikuti mereka dan melariskan syi’ar-syi’ar agama mereka ?. Wallaahul-musta’aan.
[Cerkiis.blogspot.com, Referensi : Artikel Abul Jauza dan Berbagai Sumber Lainnya, Dengan Perubahan Seperlunya Namun Tidak Mengurangi Makna Pembahasan.]
Footnote :
[1] Pengkhotbah, 3:11/Ecclesiastes, 3:11 – sumber : http://www.jesoes.com/index.php?hal=lihatPasal&injil=21&pasal=3#1
[2] Salah satunya : http://www.youtube.com/watch?v=3b0WJAV85qE
[3] http://www.facebook.com/pages/SEMUA-PASTI-INDAH-PADA-WAKTUNYA/110686132105 ].