Sabtu, 13 Mei 2017
Mengenal Bid’ah (3) : Hukum Bid’ah Bertingkat-Tingkat
Setelah sebelumnya kita membahas mengenai bid’ah hasanah, selanjutnya kita akan melihat tingkatan bid’ah.
Ketahuilah bahwa hukum semua bid’ah adalah terlarang. Namun, hukum tersebut bertingkat-tingkat.
Tingkatan Pertama : Bid’ah yang menyebabkan kekafiran sebagaimana bid’ah orang-orang Jahiliyah yang telah diperingatkan oleh Al Qur’an. Contohnya adalah pada ayat,
وَجَعَلُوا لِلَّهِ مِمَّا ذَرَأَ مِنَ الْحَرْثِ وَالْأَنْعَامِ نَصِيبًا فَقَالُوا هَذَا لِلَّهِ بِزَعْمِهِمْ وَهَذَا لِشُرَكَائِنَا
“Dan mereka memperuntukkan bagi Allah satu bagian dari tanaman dan ternak yang telah diciptakan Allah, lalu mereka berkata sesuai dengan persangkaan mereka: “Ini untuk Allah dan ini untuk berhala-berhala kami”.” (QS. Al An’am [6]: 136)
Tingkatan Kedua : Bid’ah yang termasuk maksiat yang tidak menyebabkan kafir atau dipersilisihkan kekafirannya. Seperti bid’ah yang dilakukan oleh orang-orang Khowarij, Qodariyah (penolak takdir) dan Murji’ah (yang tidak memasukkan amal dalam definisi iman secara istilah).
Tingkatan Ketiga : Bid’ah yang termasuk maksiat seperti bid’ah hidup membujang (kerahiban) dan berpuasa diterik matahari.
Tingkatan Keempat : Bid’ah yang makruh seperti berkumpulnya manusia di masjid-masjid untuk berdo’a pada sore hari saat hari Arofah.
Jadi setiap bid’ah tidak berada dalam satu tingkatan. Ada bid’ah yang besar dan ada bid’ah yang kecil (ringan).
Namun bid’ah itu dikatakan bid’ah yang ringan jika memenuhi beberapa syarat sebagaimana disebutkan oleh Asy Syatibi, yaitu :
● Tidak dilakukan terus menerus.
● Orang yang berbuat bid’ah (mubtadi’) tidak mengajak pada bid’ahnya.
● Tidak dilakukan di tempat yang dilihat oleh orang banyak sehingga orang awam mengikutinya.
● Tidak menganggap remeh bid’ah yang dilakukan.
Apabila syarat di atas terpenuhi, maka bid’ah yang semula disangka ringan lama kelamaan akan menumpuk sedikit demi sedikit sehingga jadilah bid’ah yang besar. Sebagaimana maksiat juga demikian. (Pembahasan pada point ini disarikan dari Al Bida’ Al Hawliyah, Abdullah At Tuwaijiri)
Pembahasan selanjutnya adalah jawaban dari beberapa alasan dalam membela bid’ah. Semoga kita selalu mendapatkan petunjuk Allah.
[Cerkiis.blogspot.com, Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal, Artikel www.muslim.or.id, dipublish ulang oleh http://rumaysho.com, Selesai disusun di rumah tercinta, Desa Pangukan, Sleman. Saat Allah memberi nikmat hujan di siang hari, Kamis, 9 Syawal 1429 (bertepatan dengan 9 Oktober 2008)]
Artikel Terkait Lainnya :
Mengenal Bid’ah (1) : Diawali dengan Memahami Definisi Bid’ah
Mengenal Bid’ah (2) : Mengkritisi Bid’ah Hasanah dan Bid’ah Sayyi’ah
Mengenal Bid’ah (3) : Hukum Bid’ah Bertingkat-Tingkat
Mengenal Bid’ah (4) : Benarkah HP dan Pesawat Termasuk Bid’ah?
Mengenal Bid’ah (5) : Benarkah Pengumpulan Qur’an Termasuk Bid’ah?
Mengenal Bid’ah (6) : Yang Penting Kan Niat Baik?
Mengenal Bid’ah (7) : Selamatan Kematian Kan Sudah Jadi Tradisi?
Mengenal Bid’ah (8) : Kan Banyak Kyai Yang Turut Rayakan Maulid?
Mengenal Bid’ah (9), Membaca Surat Yasin Mengapa Dilarang?
Mengenal Bid’ah (10) : Dampak Buruk Bid’ah